“Teman-teman sekalian, kalau ada seseorang yang sudah terpilih
menjadi pemimpin (presiden) kita wajib patuh dengannya dan tidak boleh memberontak,” kata
Ustadz Khalid Basalamah dalam sebuah pengajian.
Ia melanjutkan, “Kecuali memang (kalau) orang ini (presiden) sudah masuk dalam syarat bolehnya diberontaki.
Apa itu syaratnya? Ada hadits Nabi Saw. Kata Nabi, nanti akan datang setelahku
pemimpin-pemimpin yang bodoh sekali.”
Yaitu, Ustadz Khalid melanjutkan hadits tersebut, mereka yang
tidak pernah mengambil sunnah dan petunjuk Nabi Muhammad. Kemudian sahabat mengusulkan
agar memberontak terhadap orang-orang yang seperti itu dengan mengangkat pedang.
“Tapi kata Rasulullah, tidak boleh. Selama mereka masih
membolehkan kalian salat. Atau dalam riwayat lain, selama mereka masih salat bersama
kalian,” lanjut Ustadz Khalid.
Dengan demikian berarti ada syaratnya.
Penjelasan lebih lanjut, “Kalau masjid ditutup, tidak boleh
ada pengajian, maka itu tidak bisa didiamkan. Diingatkan. Jika tidak bisa juga,
ya sudah kita harus memberontak. Karena sudah dilarang salat.”
Akan tetapi, lanjut Ustadz Khalid, kalau hanya yang lain-lain
saja. “Mungkin seperti keadaan kita sekarang, tidak ada hubungannya dengan
pemberontakan. Karena pemerintah masih menjalankan maslahat-maslahat agama.”
Yakni bolehnya umat Islam (mengadakan) pengajian, masjid boleh
di-ta’mir, izin membangun masjid
dibuka, Ramadan diiklankan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementerian Agama
ada, nikah dan cerai dengan cara Islam boleh, orang-orang Islam memakai
nama-namanya, dan Al-Qur’an disebarluaskan.
“(Maka) tidak ada sesuatu yang mendesak kita untuk itu
(memberontak). Karena semua (aktivitas umat Islam) masih boleh,” jelas Ustadz
Khalid.
Kata Nabi Saw, kalau kalian dikaruniai oleh Allah pemimpin
yang zalim, maka ambil-lah dari hakmu yang dia (pemimpin) kasih.
“Misal kita dikasih keamanan, kita bisa sekarang (warga) Indonesia
keluar jam 12 malam, jam 1 malam, ada kriminal tapi sedikit. Umumnya aman-aman
saja kita keluar jam 2 malam, jam 3 malam,” terang Ustadz Khalid.
Kemudian, ia menceritakan pengalamannya yang sering keluar
pada dini hari.
“Saya berulang-ulang pergi ke pengajian pada saat subuh,
sebelum subuh keluar, alhamdulillah tidak
ada masalah ke mana-mana. Ke luar kota (atau) dalam kota. Ada (kriminal) tapi
sedikit. Dan itu kriminal wajar jika terjadi kalau masih sedikit,” kata Ustadz
Khalid.
Menurutnya hal tersebut menjadi wajar karena memang pada
zaman nabi kerap terjadi berbagai tindak kriminal. Misalnya mencuri dipotong
tangannya, ada orang yang berzina dirajam.
“Tapi kita bicara globalnya,” ucap Ustadz Khalid.
Kata Nabi Saw, lanjutnya, ambil yang mereka (pemimpin)
berikan kepada kalian yang merupakan hak kalian. Sedangkan (hak-hak) yang belum
didapatkan, mintalah kepada Allah.
“Sesungguhnya, kekuasaan orang itu punya batas. Ada saatnya
nanti dia (pemimpin) akan selesai dari jabatannya. Tinggal kita berdoa kepada Allah
untuk diberikan pemimpin yang lebih baik,” tegas Ustadz Khalid.
Jadi, ada berbagai poin yang harus digarisbawahi.
“Kesimpulan penyampaian kita (adalah) taati pemerintah selama
tidak ada peraturan pelanggaran-pelanggaran agama walaupun ada
kekurangan-kekurangan yang terjadi,” kata Ustadz Khalid menyimpulkan.
Ia melanjutkan, “Mulia sekali hadits Nabi Saw tadi yang saya
sebutkan, kalau kalian dicoba oleh Allah dengan pemimpin yang punya kekurangan,
(maka) ambil-lah apa yang telah diberikan dari hak kalian. Lalu yang belum
diberikan, mintalah kepada Allah.”
“Sesungguhnya dia punya masa jabatannya. Dia akan selesai kok
dari masa jabatannya,” jelas Ustadz Khalid.
Selain itu juga pernyataan Imam Ali bin Abi Thalib dengan
sangat bijaksana mengatakan, harus ada pemimpin dalam Islam. Baik dipimpin oleh
orang mukmin atau orang fasik.
“Orang mukmin berarti apa? Menjalankan kelima rukun Islam,
mengimani keenam rukun iman. Atau fasik. Fasik (adalah) muslim, iya, tapi masih
banyak pelajaran,” kata Ustadz Khalid.
Kata para pengikut Imam Ali:
“Ya Amirul Mukminin,
kalau (pemimpin) orang mukmin, kami bisa paham, maka wajar (menjadi) pemimpin
kami. Tapi kalau pemimpin fasik? Artinya tidak ada pilihan, orang ini saja yang
menjadi pemimpin. Baik itu karena keturunan (dengan) sistem kerajaan, misalnya.
Atau mungkin sistem suku, atau mungkin seperti sekarang sistemnya dipilih siapa
yang paling banyak suaranya, misalnya. Tapi dia muslim dan punya kekurangan.
Bagaimana kami bisa paham kalau kami harus patuh dengan pemimpin seperti itu?”
Imam Ali menjawab dengan sangat bijaksana:
“(Karena) dengan dia, jalan-jalan tetap aman. Tetap bisa
jalan, tetap bisa pergi (dengan aman). Pendapatan negara (bisa diperoleh,
karena) ada roda kehidupan, bisa didapatkan. Dan seorang Muslim bisa ibadah di
rumahnya sampai meninggal dan bertemu dengan Allah dalam keadaan aman.”
“Paling tidak itu. Karena itu sudah cukup bagi seorang
Muslim. Wallahu’alam,” kata Ustadz
Khalid Basalamah mengakhiri pengajian.