Selasa, 30 Desember 2014

Selamat Tahun Baru 2015

Selamat Tahun Baru 2015
Duhai kawan terkasih
bumi sudah menua
mulai pengap rasa semua
pada bumi segalanya mendua
Kisruh buat suasana keruh
sana-sini rusuh
kacaukan bumi
yang semula sunyi
Bumi tercipta
memang untuk kita
tapi lihat
berapa banyak perusak?
Saling sikut lawan
penuh daya mencari kawan
walau akhirnya juga "termakan"
sesal susah di hari kemudian
Tuhan ciptakan bumi
bukankah untuk dihuni?
dihuni tak berarti dihancuri
namun beragam alasan
adalah topeng bagi "pencuri"
Tuhan,
Aku berlindung dalam tangan-Mu
demi semesta yang tercipta
juga bumi yang kini tertangisi
Aku bersumpah
akan damai dalam dunia
teruntuk sesama
siapa saja
yang tentu seirama
Demi malam yang Kau genggam
Aku berjanji setia
dalam Kasih-Mu
juga pada Mahakarya-Mu
Menghargai Mahakarya Tuhan
bagiku serupa laku
kukuhkan iman
agar Tuhan tetap idaman
Selamat Tahun Baru, 2015!
Mari berdamai pada semesta, pada sesama, dan pencipta.
Aru Elgete
Di penghujung 2014

Kamis, 25 Desember 2014

Selamat Natal

Selamat Natal
Di hari bahagia ini
bagi umat Kristiani
dalam naungan Kasih Ilahi
berbela rasa kepada sesama
Nyanyian kerohanian terlantun
untuk Yesus si anak manusia
yg tak berjarak dengan Yang Mahatinggi
damai dan kasih bercurah untuk semesta
Yesus yang diagungkan
atau Isa yang dinabikan
dia firman Tuhan
yang lalu dihidupkan
Kepada saudaraku di Yasmin
yang sulit rasanya beribadah
di tengah manusia biadab
penuh dengki penuh benci
Kepada saudaraku di Yasmin
tetap yakinlah Tuhan ada
bersemayam dalam hatimu
agar damai selalu
Manusia biadab pembawa nama Tuhan
tak layak hidup di dunia rasanya
sebab Tuhan Mahadamai
dan Tuhan pasti murkai
manusia yang penuh dengki
apalagi dengan membawa nama-Nya
Kepada Imam Negeriku
jangan hanya membisu
Lindungi saudaraku yang ingin beribadah
dari ancaman kaum intoleran
Indonesia Negeri Pancasila katanya
bebas dalam beragama
serta bebas beribadah
tapi intoleran kian meruah
Ya Allah, Tuhan Yang Mahadamai
berilah damai pada negeri ini
berilah damai di kota Bogor
di Yasmin tepatnya
Ya Allah, Tuhan Yang Mahabaik
untuk mereka yang membawa nama-Mu
beri mereka hidayah
bahwa perbedaan itu anugerah
sangat indah
Ya Allah
Engkau Mahasegala
Lindungi Indonesia dari marabahaya
agar tercipta damai yang ramai
Bekasi, 25 Desember
Aru Elgete

Selasa, 23 Desember 2014

Katamu

Katamu
Kau tahu Kitab Suci?
jawabmu iya
bermacam-macam rupa
namun satu yang asli
katamu
Kau tahu Nabi?
jawabmu tentu bukan tidak
ada ribuan Nabi
tapi hanya sebagian yang wajib kita tahu
katamu
Kau tahu Tuhan?
kau jawab pasti iya
tak terlihat rupa
namun hadirnya terasa
katamu
Lalu?
Dia Mahakarya
segalanya Dia cipta
di jagad raya
semesta
seluruhnya
katamu
Berjumlahkah Tuhanmu?
kali ini jawabmu tidak
sebab Dia tunggal
kekal
dan tak butuh tenaga relawan
katamu
Apakah Tuhan kita
dan mereka sama?
jawabmu tidak
mengapa?
kau diam
bukankah Tuhan satu?
Lalu kau menanggapi
bahwa mereka tak setia
dengan Tuhan yang Mahasendiri
katamu
Bukankah sama?
hanya konsep saja yang berbeda
dan perkara sebutan
itu hanya gelar
bagi yang dekat dengan Tuhan
Muhammad Kekasih Tuhan
Yesus atau Isa Anak Tuhan
Musa Kalam Tuhan
Syekh Siti Jenar dengan "Manunggaling Kawula Gusti"
dan seterusnya
itu hanya sebuah gelar
sebab mereka tak berjarak dengan Tuhan
kataku
Kawan,
kalau bertuhan
jangan sebatas tahu
tapi selain itu
kita harus kenali Dia
datangi Dia pada sunyi
kenali Dia pada hening
cumbui Dia pada sepi
Tuhan Mahabaik
Dia satu
Tunggal
untuk kita semua
untuk semesta
untuk seluruhnya
Tuhan itu satu
kebesarannya lampaui apapun yang ada
lintasi ruang dan waktu
juga tak terbatas oleh sekat agama
Dia Mahasegala
Bekasi, 23 Desember 2014
Aru Elgete

Senin, 22 Desember 2014

Bu...

Bu...
Bu,
Aku anakmu
yang dulu kau ragu
katamu aku tak pernah punya mampu
aku remeh dihadapmu
kala itu, Bu.
Bu,
Sedihmu yang itu
derai air matamu yang dulu
kecewamu
juga pedih pilumu
karena aku anakmu
aku yang acuh
tak peduli petuahmu
di masa lalu
Bu,
wajahmu kini penuh kerut
usiamu yang kian larut
ruah putih pada rambut
ini senja sudah waktumu, Bu.
Bu,
Aku ingat
saat ramadhan lalu
aku berdiri di pengimaman
di atas mimbar kayu jati
lihat wajahmu dari kejauhan
dengan sungguh yakinku kala itu
kau pasti bangga denganku
Bu,
Seluruh lakuku
tentu untukmu aku persembahkan
dan inginku hanya satu
kau bangga dengan sertai senyummu
dengan sejuta anganmu
yang mulai mewujud kini
Bu,
Aku tau
remehanmu kala itu
bukan agar aku tak mampu
bukan membuatku semakin jatuh
tapi untuk sebuah gairah
agar aku tatap ke depan
ke hari yang cerah
Bu,
Aku mau
pada Tuhan tentu
aku berserah
aku pasrah
demi senjamu yang ruah meriah
kau lihat ramai rumahmu
penuh canda
penuh tawa
penuh suka
penuh cita
oleh cucu-cucumu
Tuhan,
Aku ingin itu!


Selamat Hari Ibu
Puisi ini untuk wanita terhebatku, Wiani.
Bekasi, 22 Desember 2014
Aru Elgete

Minggu, 21 Desember 2014

Benar dan salah

Benar dan salah
Soal benar dan salah
masalah salah yang benar
atau kebenaran yang salah
itu hanya persepsi
Aku bergerak
kau anggap aku murtad
terus bergerak
kau anggap aku tak Tuhan beri rahmat
Kau begitu
aku anggap kau keliru
tetap begitu
aku anggap kau kepala batu
Aku begini
kau anggap aku tak taat
selalu begini
kau anggap aku keparat
Kau ibadat
aku pula ibadat
kita sama sholat
tapi kenapa kita tak maslahat?
Aku bicara
kau tak ingin dengar
terus bicara
kau anggap aku tak guna
Kau selalu bicara
soal surga dan neraka
seakan keduanya dalam genggaman
namun hanya milikmu semata
Aku juga bicara sama
soal surga neraka
kataku semua bisa ke surga
asal taat pada Tuhannya
Lalu aku kau bantah
anggap aku selalu salah
katamu surga hanya berlaku
untuk satu agama saja
Aku membantahmu
bagiku tak begitu
surga milik bersama
bukan hanya milik satu agama
Akhirnya,
kau pasrah
aku menyerah
antara benar dan salah
serahkan saja pada Tuhan
Tak perlu gelisah
biar Tuhan atur semua
bagian surga mana untuk kita
dan bagian surga mana untuk mereka
Kawan,
Kalau manusia berlomba
menilai kebenaran yang berbeda
lalu Tuhan kemana
dan apa tugas Tuhan?
Ketika kau anggap dirimu benar
kenapa kau tak berkenan
aku anggap diriku benar?
biar surga urusan Tuhan
Aku berharap
di surga nanti
semua perbedaan
indah bersama kita nikmati
Bekasi, 21 Desember 2014
Aru Elgete

Jumat, 19 Desember 2014

Bungkam

Bungkam
Ada hal yang selalu bungkam
ketika malam menerjam
menikam pagi yang berpikat
yang masih menggulita pekat
Hari ini
kembali aku bungkam
soal lalu yang kelam
Aku diam
Sebab ada hati
yang kini dekati
menjiwa penuh arti
pada saban langkah
dan mulai terobati
Tak mungkin ada sabda
mungkin juga tak perlu ada
sebab cemas luka di dada
mendiam bungkam kini berada
Bukan dusta maknai hari
bukan munafik pula yang menjamuri
setiap kali aku berdiri
pada bungkam tajam
serupa duri
Nanti,
bukti pasti berujar
soal bungkam yang kini gegar
suatu nanti
waktu kan membukti
Aku dan lalu
belum engkau untuk tahu
namun tak berarti aku enggan
untuk kini
aku masih simpan
Bekasi, 19 Desember 2014
Aru Elgete

Selasa, 16 Desember 2014

Mungkin aku salah

Mungkin aku salah
Sadarkah kau kini beda mengada?
diantara kita
Ya, antara kau dan aku
sudah kaku membeku
Mungkin aku yang bodoh
aku ceroboh
tapi entahlah
sebab dengan merendah
tak hilang masalah
Kemarin lusa merindu-rindu
merangkai jumpa hilangkan nestapa
namun entah karena apa
aku tak bisa menerka
Kelam hari tepatnya
dalam jiwa yang sedikit layu
kita bertemu menjemput temu
tak tahan sudah
rindu kian merekah
Kau ingat canda lepas kita
tertawa bersama
beri cerita pada surya
yang bersaksi atas kita??
Namun sungguh tak sama
saat temu kita bersama
tak bebas tertawa lepas
amarah memerah
tapi...
mungkin aku salah
Ya sudahlah
Dan kini?
semua berubah
acuhmu menjiwa resah
buat hilang arah sudah
mungkin aku salah
Tapi ya sudahlah...
Bekasi, 16 Desember 2014
Aru Elgete

Jumat, 12 Desember 2014

Maafkan aku

Maafkan aku
Aku bersumpah
demi Kuasa Sang Raja
demi segala yang ada
di segala arah
Sungguh!
berniat saja sudah terlaknat
apalagi pergi pada pagi
atau menghitam di pinggir malam
Tak mampu aku menjauh
basahi sekujur tubuh
sudah penuh peluh
selalu aku temui rindu
saat senja meredup
Namun ketika surya menari
di taman cakrawala surga
aku termakan laku dunia
pergi begitu saja
Jangankan menamu
menghampiri saja
seakan aku lupa
pada kini
aku mulai menemu
derai rindu
Aku pada diriku
berkata ingin kita kembali ada
merajut cinta
yang dulu kau pasti berada
dalam erat berdekap
Duhai penguasa malam
yang merajai alam
dalam temaram kau pasti ada
juga pada terang
kau berada
meski tak terlihat
di mana pun kau mengada
Maafkan aku, Tuhan.
Aku pasti kembali
kita bersama tetap kita
saling mencinta
pada senja
atau saat surya memanja
Bekasi, 12 Desember 2014
Aru Elgete

Kamis, 04 Desember 2014

Aku berjalan

Aku berjalan
Aku berjalan
dalam hutan kemaksiatan
rindang sudah nafsu setan
belukar dosa membumbung berbusa
Aku berjalan
dalam lautan gemerlap
terbawa gelombang yang erat mendekap
sampai berlabuh pada pulau kebimbangan
Aku berjalan
dalam lembah durjana
terpampang jelas ketimpangan
antara penguasa
dan orang biasa
Aku berjalan
menyisiri jalan yang raya
di mana-mana ada cerita ceria
tentang orang kaya
yang derma pada sesama
Aku (masih) berjalan
(tetap) menyisiri jalan yang raya
tempati ruang tamu ibukota
ramaikan dengan segala aksi
Aku (tetap) berjalan
(masih) menyisiri jalan yang raya
terinjak-injak aspal permusuhan
antara penguasa
dan rakyat yang tak (belajar) dewasa
Aku (masih tetap) berjalan
(tetap masih) menyisiri jalan yang raya
saling hujat sudah membulat
saling bunuh tak jadi masalah
Aku berhenti pada sunyi
menggambarkan sebuah sepi
yang hadirkan hening
bahkan senyap tak bergeming
Aku berhenti pada sunyi
hadirkan damai pada hati
bersegera temui Tuhan
yang mampu bertahan
hingga kini dan entah sampai kapan
Tuhan...
Katanya Engkau Mahaluas?
Engkau Mahasegala, bukan?
Yang Mampu ciptakan perbedaan, bukan?
Lalu,
kenapa Engkau seolah bungkam
terhadap mereka yang membawa-Mu
demi kepentingan yang abadi?
Bekasi, 4 Desember 2014
Aru Elgete

Senin, 01 Desember 2014

Bolehkah aku enggan?

Bolehkah aku enggan?
Sebaiknya aku tangisi
cipta-Mu yang kini mengisi
memberangus seluruh cinta di segala sisi
demi nama-Mu semua pantas dihabisi
Duhai Yang Mahaluas
bolehkah aku menggaduh
meragu sekejap saja
sebab agama kini sudah tak bersahaja??
Kalau aku boleh menawar
harusnya tak perlu kelakar
gelak tawa saling hina
sana-sini merana
berwajah durjana
Aku enggan sudah beragama
bolehkah, Tuhan?
Aku enggan sudah
mendengar petuah ceramah
namun,
bolehkah kita tetap bersama?
tanpa ada agama
yang menjembatani kita
Aku ingin keluar
dari sekat terikat
dari senggama dosa
dari sengatan neraka
dari kenikmatan surga
dari iming-iming pahala
Aku ingin mencapai-Mu
ingin memeluk-Mu
dari bayang-bayang cinta
dari hangatnya merindu kasih
dari aksara malam
yang jadikan pesona gulita
gulirkan pelita
sebab nama-Mu yang indah menggila
Aku ingin kita menamai rindu
dengan ikatan syahdu
dengan janji-Mu yang merdu
dengan segala-Mu yang segala-gala
Aku mencinta-Mu
tanpa iming-iming surga
bukan sebab jauhi neraka
apalagi hanya soal pahala
atau berhindar dari dosa
Aku ingin merindu-Mu
murni dari segala prasangka
terbebas dari seluruh gaduh
dan aku ingin tersekat
dari semua gemuruh
Bekasi, 1 Desember 2014
Aru Elgete