Selasa, 30 Desember 2014

Selamat Tahun Baru 2015

Selamat Tahun Baru 2015
Duhai kawan terkasih
bumi sudah menua
mulai pengap rasa semua
pada bumi segalanya mendua
Kisruh buat suasana keruh
sana-sini rusuh
kacaukan bumi
yang semula sunyi
Bumi tercipta
memang untuk kita
tapi lihat
berapa banyak perusak?
Saling sikut lawan
penuh daya mencari kawan
walau akhirnya juga "termakan"
sesal susah di hari kemudian
Tuhan ciptakan bumi
bukankah untuk dihuni?
dihuni tak berarti dihancuri
namun beragam alasan
adalah topeng bagi "pencuri"
Tuhan,
Aku berlindung dalam tangan-Mu
demi semesta yang tercipta
juga bumi yang kini tertangisi
Aku bersumpah
akan damai dalam dunia
teruntuk sesama
siapa saja
yang tentu seirama
Demi malam yang Kau genggam
Aku berjanji setia
dalam Kasih-Mu
juga pada Mahakarya-Mu
Menghargai Mahakarya Tuhan
bagiku serupa laku
kukuhkan iman
agar Tuhan tetap idaman
Selamat Tahun Baru, 2015!
Mari berdamai pada semesta, pada sesama, dan pencipta.
Aru Elgete
Di penghujung 2014

Kamis, 25 Desember 2014

Selamat Natal

Selamat Natal
Di hari bahagia ini
bagi umat Kristiani
dalam naungan Kasih Ilahi
berbela rasa kepada sesama
Nyanyian kerohanian terlantun
untuk Yesus si anak manusia
yg tak berjarak dengan Yang Mahatinggi
damai dan kasih bercurah untuk semesta
Yesus yang diagungkan
atau Isa yang dinabikan
dia firman Tuhan
yang lalu dihidupkan
Kepada saudaraku di Yasmin
yang sulit rasanya beribadah
di tengah manusia biadab
penuh dengki penuh benci
Kepada saudaraku di Yasmin
tetap yakinlah Tuhan ada
bersemayam dalam hatimu
agar damai selalu
Manusia biadab pembawa nama Tuhan
tak layak hidup di dunia rasanya
sebab Tuhan Mahadamai
dan Tuhan pasti murkai
manusia yang penuh dengki
apalagi dengan membawa nama-Nya
Kepada Imam Negeriku
jangan hanya membisu
Lindungi saudaraku yang ingin beribadah
dari ancaman kaum intoleran
Indonesia Negeri Pancasila katanya
bebas dalam beragama
serta bebas beribadah
tapi intoleran kian meruah
Ya Allah, Tuhan Yang Mahadamai
berilah damai pada negeri ini
berilah damai di kota Bogor
di Yasmin tepatnya
Ya Allah, Tuhan Yang Mahabaik
untuk mereka yang membawa nama-Mu
beri mereka hidayah
bahwa perbedaan itu anugerah
sangat indah
Ya Allah
Engkau Mahasegala
Lindungi Indonesia dari marabahaya
agar tercipta damai yang ramai
Bekasi, 25 Desember
Aru Elgete

Selasa, 23 Desember 2014

Katamu

Katamu
Kau tahu Kitab Suci?
jawabmu iya
bermacam-macam rupa
namun satu yang asli
katamu
Kau tahu Nabi?
jawabmu tentu bukan tidak
ada ribuan Nabi
tapi hanya sebagian yang wajib kita tahu
katamu
Kau tahu Tuhan?
kau jawab pasti iya
tak terlihat rupa
namun hadirnya terasa
katamu
Lalu?
Dia Mahakarya
segalanya Dia cipta
di jagad raya
semesta
seluruhnya
katamu
Berjumlahkah Tuhanmu?
kali ini jawabmu tidak
sebab Dia tunggal
kekal
dan tak butuh tenaga relawan
katamu
Apakah Tuhan kita
dan mereka sama?
jawabmu tidak
mengapa?
kau diam
bukankah Tuhan satu?
Lalu kau menanggapi
bahwa mereka tak setia
dengan Tuhan yang Mahasendiri
katamu
Bukankah sama?
hanya konsep saja yang berbeda
dan perkara sebutan
itu hanya gelar
bagi yang dekat dengan Tuhan
Muhammad Kekasih Tuhan
Yesus atau Isa Anak Tuhan
Musa Kalam Tuhan
Syekh Siti Jenar dengan "Manunggaling Kawula Gusti"
dan seterusnya
itu hanya sebuah gelar
sebab mereka tak berjarak dengan Tuhan
kataku
Kawan,
kalau bertuhan
jangan sebatas tahu
tapi selain itu
kita harus kenali Dia
datangi Dia pada sunyi
kenali Dia pada hening
cumbui Dia pada sepi
Tuhan Mahabaik
Dia satu
Tunggal
untuk kita semua
untuk semesta
untuk seluruhnya
Tuhan itu satu
kebesarannya lampaui apapun yang ada
lintasi ruang dan waktu
juga tak terbatas oleh sekat agama
Dia Mahasegala
Bekasi, 23 Desember 2014
Aru Elgete

Senin, 22 Desember 2014

Bu...

Bu...
Bu,
Aku anakmu
yang dulu kau ragu
katamu aku tak pernah punya mampu
aku remeh dihadapmu
kala itu, Bu.
Bu,
Sedihmu yang itu
derai air matamu yang dulu
kecewamu
juga pedih pilumu
karena aku anakmu
aku yang acuh
tak peduli petuahmu
di masa lalu
Bu,
wajahmu kini penuh kerut
usiamu yang kian larut
ruah putih pada rambut
ini senja sudah waktumu, Bu.
Bu,
Aku ingat
saat ramadhan lalu
aku berdiri di pengimaman
di atas mimbar kayu jati
lihat wajahmu dari kejauhan
dengan sungguh yakinku kala itu
kau pasti bangga denganku
Bu,
Seluruh lakuku
tentu untukmu aku persembahkan
dan inginku hanya satu
kau bangga dengan sertai senyummu
dengan sejuta anganmu
yang mulai mewujud kini
Bu,
Aku tau
remehanmu kala itu
bukan agar aku tak mampu
bukan membuatku semakin jatuh
tapi untuk sebuah gairah
agar aku tatap ke depan
ke hari yang cerah
Bu,
Aku mau
pada Tuhan tentu
aku berserah
aku pasrah
demi senjamu yang ruah meriah
kau lihat ramai rumahmu
penuh canda
penuh tawa
penuh suka
penuh cita
oleh cucu-cucumu
Tuhan,
Aku ingin itu!


Selamat Hari Ibu
Puisi ini untuk wanita terhebatku, Wiani.
Bekasi, 22 Desember 2014
Aru Elgete

Minggu, 21 Desember 2014

Benar dan salah

Benar dan salah
Soal benar dan salah
masalah salah yang benar
atau kebenaran yang salah
itu hanya persepsi
Aku bergerak
kau anggap aku murtad
terus bergerak
kau anggap aku tak Tuhan beri rahmat
Kau begitu
aku anggap kau keliru
tetap begitu
aku anggap kau kepala batu
Aku begini
kau anggap aku tak taat
selalu begini
kau anggap aku keparat
Kau ibadat
aku pula ibadat
kita sama sholat
tapi kenapa kita tak maslahat?
Aku bicara
kau tak ingin dengar
terus bicara
kau anggap aku tak guna
Kau selalu bicara
soal surga dan neraka
seakan keduanya dalam genggaman
namun hanya milikmu semata
Aku juga bicara sama
soal surga neraka
kataku semua bisa ke surga
asal taat pada Tuhannya
Lalu aku kau bantah
anggap aku selalu salah
katamu surga hanya berlaku
untuk satu agama saja
Aku membantahmu
bagiku tak begitu
surga milik bersama
bukan hanya milik satu agama
Akhirnya,
kau pasrah
aku menyerah
antara benar dan salah
serahkan saja pada Tuhan
Tak perlu gelisah
biar Tuhan atur semua
bagian surga mana untuk kita
dan bagian surga mana untuk mereka
Kawan,
Kalau manusia berlomba
menilai kebenaran yang berbeda
lalu Tuhan kemana
dan apa tugas Tuhan?
Ketika kau anggap dirimu benar
kenapa kau tak berkenan
aku anggap diriku benar?
biar surga urusan Tuhan
Aku berharap
di surga nanti
semua perbedaan
indah bersama kita nikmati
Bekasi, 21 Desember 2014
Aru Elgete

Jumat, 19 Desember 2014

Bungkam

Bungkam
Ada hal yang selalu bungkam
ketika malam menerjam
menikam pagi yang berpikat
yang masih menggulita pekat
Hari ini
kembali aku bungkam
soal lalu yang kelam
Aku diam
Sebab ada hati
yang kini dekati
menjiwa penuh arti
pada saban langkah
dan mulai terobati
Tak mungkin ada sabda
mungkin juga tak perlu ada
sebab cemas luka di dada
mendiam bungkam kini berada
Bukan dusta maknai hari
bukan munafik pula yang menjamuri
setiap kali aku berdiri
pada bungkam tajam
serupa duri
Nanti,
bukti pasti berujar
soal bungkam yang kini gegar
suatu nanti
waktu kan membukti
Aku dan lalu
belum engkau untuk tahu
namun tak berarti aku enggan
untuk kini
aku masih simpan
Bekasi, 19 Desember 2014
Aru Elgete

Selasa, 16 Desember 2014

Mungkin aku salah

Mungkin aku salah
Sadarkah kau kini beda mengada?
diantara kita
Ya, antara kau dan aku
sudah kaku membeku
Mungkin aku yang bodoh
aku ceroboh
tapi entahlah
sebab dengan merendah
tak hilang masalah
Kemarin lusa merindu-rindu
merangkai jumpa hilangkan nestapa
namun entah karena apa
aku tak bisa menerka
Kelam hari tepatnya
dalam jiwa yang sedikit layu
kita bertemu menjemput temu
tak tahan sudah
rindu kian merekah
Kau ingat canda lepas kita
tertawa bersama
beri cerita pada surya
yang bersaksi atas kita??
Namun sungguh tak sama
saat temu kita bersama
tak bebas tertawa lepas
amarah memerah
tapi...
mungkin aku salah
Ya sudahlah
Dan kini?
semua berubah
acuhmu menjiwa resah
buat hilang arah sudah
mungkin aku salah
Tapi ya sudahlah...
Bekasi, 16 Desember 2014
Aru Elgete

Jumat, 12 Desember 2014

Maafkan aku

Maafkan aku
Aku bersumpah
demi Kuasa Sang Raja
demi segala yang ada
di segala arah
Sungguh!
berniat saja sudah terlaknat
apalagi pergi pada pagi
atau menghitam di pinggir malam
Tak mampu aku menjauh
basahi sekujur tubuh
sudah penuh peluh
selalu aku temui rindu
saat senja meredup
Namun ketika surya menari
di taman cakrawala surga
aku termakan laku dunia
pergi begitu saja
Jangankan menamu
menghampiri saja
seakan aku lupa
pada kini
aku mulai menemu
derai rindu
Aku pada diriku
berkata ingin kita kembali ada
merajut cinta
yang dulu kau pasti berada
dalam erat berdekap
Duhai penguasa malam
yang merajai alam
dalam temaram kau pasti ada
juga pada terang
kau berada
meski tak terlihat
di mana pun kau mengada
Maafkan aku, Tuhan.
Aku pasti kembali
kita bersama tetap kita
saling mencinta
pada senja
atau saat surya memanja
Bekasi, 12 Desember 2014
Aru Elgete

Kamis, 04 Desember 2014

Aku berjalan

Aku berjalan
Aku berjalan
dalam hutan kemaksiatan
rindang sudah nafsu setan
belukar dosa membumbung berbusa
Aku berjalan
dalam lautan gemerlap
terbawa gelombang yang erat mendekap
sampai berlabuh pada pulau kebimbangan
Aku berjalan
dalam lembah durjana
terpampang jelas ketimpangan
antara penguasa
dan orang biasa
Aku berjalan
menyisiri jalan yang raya
di mana-mana ada cerita ceria
tentang orang kaya
yang derma pada sesama
Aku (masih) berjalan
(tetap) menyisiri jalan yang raya
tempati ruang tamu ibukota
ramaikan dengan segala aksi
Aku (tetap) berjalan
(masih) menyisiri jalan yang raya
terinjak-injak aspal permusuhan
antara penguasa
dan rakyat yang tak (belajar) dewasa
Aku (masih tetap) berjalan
(tetap masih) menyisiri jalan yang raya
saling hujat sudah membulat
saling bunuh tak jadi masalah
Aku berhenti pada sunyi
menggambarkan sebuah sepi
yang hadirkan hening
bahkan senyap tak bergeming
Aku berhenti pada sunyi
hadirkan damai pada hati
bersegera temui Tuhan
yang mampu bertahan
hingga kini dan entah sampai kapan
Tuhan...
Katanya Engkau Mahaluas?
Engkau Mahasegala, bukan?
Yang Mampu ciptakan perbedaan, bukan?
Lalu,
kenapa Engkau seolah bungkam
terhadap mereka yang membawa-Mu
demi kepentingan yang abadi?
Bekasi, 4 Desember 2014
Aru Elgete

Senin, 01 Desember 2014

Bolehkah aku enggan?

Bolehkah aku enggan?
Sebaiknya aku tangisi
cipta-Mu yang kini mengisi
memberangus seluruh cinta di segala sisi
demi nama-Mu semua pantas dihabisi
Duhai Yang Mahaluas
bolehkah aku menggaduh
meragu sekejap saja
sebab agama kini sudah tak bersahaja??
Kalau aku boleh menawar
harusnya tak perlu kelakar
gelak tawa saling hina
sana-sini merana
berwajah durjana
Aku enggan sudah beragama
bolehkah, Tuhan?
Aku enggan sudah
mendengar petuah ceramah
namun,
bolehkah kita tetap bersama?
tanpa ada agama
yang menjembatani kita
Aku ingin keluar
dari sekat terikat
dari senggama dosa
dari sengatan neraka
dari kenikmatan surga
dari iming-iming pahala
Aku ingin mencapai-Mu
ingin memeluk-Mu
dari bayang-bayang cinta
dari hangatnya merindu kasih
dari aksara malam
yang jadikan pesona gulita
gulirkan pelita
sebab nama-Mu yang indah menggila
Aku ingin kita menamai rindu
dengan ikatan syahdu
dengan janji-Mu yang merdu
dengan segala-Mu yang segala-gala
Aku mencinta-Mu
tanpa iming-iming surga
bukan sebab jauhi neraka
apalagi hanya soal pahala
atau berhindar dari dosa
Aku ingin merindu-Mu
murni dari segala prasangka
terbebas dari seluruh gaduh
dan aku ingin tersekat
dari semua gemuruh
Bekasi, 1 Desember 2014
Aru Elgete

Sabtu, 29 November 2014

Semoga rindu tak mati

Semoga rindu tak mati
Lama sudah tak bersajak
tentang rasa yang berarak
Namun begitu
tak berarti cinta beriak
Kita berwacana
miliki bersama rencana
untuk di sana kita nanti berkelana
menari-nari dalam suatu imaji
Usah kita beradu emosi
sebab asmara kian membara
kobar gelegar rindu menggebu
abai saja seluruh nestapa
Aku menangisi
sebuah curiga yang tak berkesudahan
karena aku tak begitu
menjadi semua rasa membisu
Aku mencinta
dengan seluruh cerita
menanti dengan angan meniti
semoga rindu tak pernah mati
Bekasi, 29 November 2014
Aru Elgete

Jumat, 28 November 2014

Mimpi

Mimpi
Aku bermimpi
kelak semua berdawai damai
ramai tak serang sana-sini
menjalin kasih dengan asih
Aku bermimpi
untuk Bangsaku yang Raya
untuk Negeriku yang Kaya
untuk Tanahku yang Mulia
agar semua tetap tak sama
dalam beragama
Namun tatakrama
semoga berirama
supaya indah kita bersama
Negeriku indah karena berbeda
Bangsaku berpesonakan welas asih
yang beri kenyamanan
dalam segala langkah kehidupan
Aku bermimpi
Negeriku tak lagi kisruh
demi nama apapun
Indonesia adalah bangsaku yang santun!
Aku bermimpi
Enggan melihat agama
kalau agama hanya senggama
keluar-masuk menuju klimaks sempurna
Aku bermimpi
Berhenti memandang agama
kalau sikap manusia tak penuhi norma
karena agama adalah cinta
kemanusiaan sebagai bagian dari cinta
haruslah terpelihara dalam agama
Tak perlu pandang agama
jika bisa berbaik budi pada sesama
mereka takkan bertanya
dari mana suku
dan apa agamamu...
Aku bermimpi
Indonesia adalah cerminan
bagi seluruh warga dunia
bahwa Indonesia bisa tertawa bersama
dalam perbedaan yang ada
Selamat tidur, mimpi. Semoga esok kita berjumpa!

Bekasi, 28 November 2014
Aru Elgete

Selasa, 18 November 2014

Duhai imam negeriku...

Duhai imam negeriku
Hari ini semua bergemuruh
dimana-mana ada rusuh yang lusuh
negeri ini rasa ingin lekas rubuh
Duhai imam negeriku
Tetap berpegang pada anganmu
bahwa sejahtera takkan semu
harapku agar janjimu tak buatku jemu
Duhai imam negeriku
Tetaplah bekerja sepenuh jiwa
jangan hiraukan mereka yang memanja
ingin ini-itu namun tak lakukan apa-apa
Duhai imam negeriku
Tak perlu khawatir dengan mereka
jangan gentar hadapi mereka yang "mencakar"
dengan amarah yang tak berarah
Duhai imam negeriku
Terkhusus saudaraku di ujung Timur sana
kapan mereka hidup seperti di sini?
Ya, di sini
di sebuah pulau yang selalu tersuguh manja
Duhai imam negeriku
Indonesia bukan hanya di sini
di sana juga ada "tubuh"mu yang menderita
menanti bahagia di keindahan alamnya
Duhai imam negeriku
Tetaplah memesona
jangan beri saudaraku di sana
sepanjang nafas selalu merana
Duhai imam negeriku
sampai berapa lama di sini kau manja?
namun tak kau dengar teriakan di sana
"kapan aku bebas dari segala duka?"
Duhai imam negeriku...


Bekasi, 18 November 2014


Aru Elgete

Rabu, 12 November 2014

Teruntuk kalian; para pahlawan

Teruntuk kalian; para pahlawan
Seluruh jiwa raga kala itu
bukan apa-apa
demi sebuah kehormatan
agar Ibu Pertiwi
bisa ketawa-ketiwi
Atas nama Tanah Air
kalian bersama
seperti air mengalir
bersama deras
menuju arah yang sama
Dahulu,
ketika Surabaya menjadi saksi
pengorbanan yang diberikan
sungguh tanpa imbalan
Dahulu,
agama bukan hal segala
saat merdeka sudah memekik
bercampur baur
bersatu padu
demi bangsa yang mulia
Dahulu,
Tak pandang suku mana
asal rela bangsa bahagia
haruslah jangan seteru
atas nama suku
Dahulu,
Merdeka atau mati adalah pilihan
bukan soal surga dan neraka
bukan soal pahala dan dosa
Dahulu,
Pahlawan kami berjuang
demi bangsa yang riang
selamanya
bukan sementara
apalagi sebentar saja
Dahulu,
Para Kiai tertemani santri
juga pendeta dari tiap sudut kota
sang biksu yang tak ingin hanya membisu
juga seluruh pemuka agama
yang tentu miliki tata krama
mengimani bahwa berjuang demi bangsa
adalah hal terindah dalam pandangan Tuhan
Dahulu,
Kalian berantas musuh
dan kini
dari dunia aku mohon
semoga berkenan dari surga
doakan kami agar mampu melawan
mereka yang ingin hancurkan
Tempat mereka dilahirkan
Lalu, terima kasih yang bagaimana kita beri kepada para pejuang Indonesia?
Bahagiakah Ibu Pertiwi saat ini?
Semoga kita mengerti
Negeri ini lahir dari rupa yang ragam
dan demi Indonesia yang memesona
Aku bersumpah
Indonesia takkan bisa menjadi seragam
Bekasi, 12 November 2014
Aru Elgete

Sabtu, 08 November 2014

Hujan dan rindu tak saling kemana

Hujan dan rindu tak saling kemana
Pada penghujung sore kali ini
Dekap hujan sejukkan semesta
Beratap awan yang mengabu
Ada segenap rindu menggebu
Sedikit resah mungkin saja
Menunggu selalu aku untukmu
Bersama hujan sore ini
Aku bersumpah
Tiada rindu lagi yang 'melagi'
Tiada rindu serupa candu
Selain rindu dalam jiwa
Basahi angan serupa hujan
Untuk hujan kali ini
Aku berpesan pada setiap insan
Tetap rindui rindumu yang merindu
Sebab di dalam rindu terdapat rindu
Berawal dari kini
Dari hujan yang senandungkan rindu
Semoga tetap aku rindui rindu
Pada tiap-tiap rindu yang rindu
Sebab hujan indah merona
Rindumu juga sungguh memesona
Dalam hujan terdapat rindu
Dua keindahan yang tak saling kemana

Bekasi, 8 November 2014
Aru Elgete

Aku dengan tanpa dan keakuanku

Belum jauh kita berada
Masih disini ada bersama
Dalam waktu yang tiada berbeda
Terlalu melulu kita maknai segala
Ada cemas datang berburu
Pada tiap pagi yang baru
Di pelataran malam
Aku bersaksi
Engkau bukan sembarang
Deru angin menyapa
Jadi saksi tak berlupa
Rindu hampiri kemari
Silih berganti kita menari
Untuk sebuah rasa tinggalkan perih
Agar ubah lampau niscaya memberi
Tak perlu harap meruah
Sebab di depan penuh halang
Kita bersama menantang
Atas nama rindu yang menghadang
Syukuri segala Tuhan beri anugerah
Amelia terkasih
Sekian rasa berlimpah
Beralasan pun aku entah
Mencintamu dengan sederhana
Kita bahagia rupanya
Meski dengan 'ketanpaanku'
Kita bersama maknai dunia yang lebih mendunia
Maknai cinta yang cinta
Maknai segala yang segala
Maknai aku dengan keakuanku
Juga maknai kita dengan 'ketanpaanku'


Bekasi, 8 November 2014
Aru Elgete

Jumat, 07 November 2014

Untuk mereka yang entahlah...

Untuk mereka yang entahlah...
Pada selaksa bahagia selalu
Tentu amarah pasti memburu
Remuk rasa pada setiap penjuru
Sungguh acuh penuh seluruh
Kala memburu amarah itu
Merasuk dalam jiwa
Keras membatu
Aku masih enggan membuka
Sebab letup emosi bukan segala
Aku berada diantara kita
Terselip dalam gemuruh tawa
Seolah kata yang tak bertata
Adalah penghuni canda yang mengada
Padahal sebuah kata
Lekas laku segera membentuk
Akan biasa begitu
Membentuk pribadi yang...
Ah entahlah
Mungkin 'begitu'
Serah seluruh pada Tuhan
Biar Dia segala pasrah berarah
Semoga Tuhan beri petuah
Pada mereka yang...
Ah entahlah

Bekasi, 7 November 2014
Aru Elgete

Selasa, 04 November 2014

Jangan seragamkan Indonesia!

Tuhan...
Nama-Mu gemakan semesta
Atasnama cinta katanya
Padahal tebar petaka dimana-mana
Tuhan...
Nama-Mu serupa tameng kini
Menjadi topeng saat ini
Untuk mereka yang gemar gaduh sana-sini
Tuhan...
Nama-Mu indah selalu
Firman-Mu juga anggun sekali
Ceria hari bersamamu nanti
Aku tahu
Aku takan pernah tahu
Kebenaran yang benar-benar benar
Mahasuci Engkau dari segala dusta
Tuhan...
Aku mohon
Demi Indonesia
Sebuah Mahakarya indah-Mu
Agar tetap ramai penuh damai
Biar beda selalu ada
Asal Tuhan tetap di dada
Tentu masalah hilang sudah
Justru Maslahah kini berada
Demi Indonesia yang ragam
Jangan ubah menjadi seragam
Karena indah sudah meruah
Semoga Tuhan untuk Indonesia
Beri anugerah tetap melimpah
Atasnama Indonesia, Indonesia tetap tenteram dengan Kebhinnekaan dan Kemanusiaan yang sudah ada sejak dulu, jauh sebelum Agama "dari luar" datang. Dan jangan rusak Indonesia dengan mengatasnamakan apapun, apalagi Agama!! Untuk Indonesia, aku berjanji, tak tinggal diam kalau Pancasilamu tak dihargai oleh "anak"mu sendiri...

Bekasi, 4 November 2014
Aru Elgete

Kamis, 30 Oktober 2014

Negeriku bukan atasnama Agama

Untuk segala keindahan negeriku
Penuh bangga hasrat merasa
Tak pernah ingkari aku
Negeriku yang luar biasa
Leluhur beri waris
Petuah tetua tiada habis
Bahwa Indonesia berjiwa damai
Meski ruah seluruh ramai
Segala macam penuh ragam
Lengkapi anggun menawan
Indonesia adalah rumah tenteram
Dari manusia hingga hewan
Bahwa sungguh Indonesia beragam
Ragam tak berarti seragam
Sebab indah pasti terlihat
Dengan segala perbedaan yang melekat
Namun kini
Atasnama agama
Banyak dosa disini
Singkirkan petuah leluhur lama
Teruntuk kalian yang mengatasnamakan agama
Demi Indonesia aku bersumpah
Takan pernah menemu hasil
Jika tak hargai perbedaan yang meriah ruah
Agama bukan senjata
Agama tak buta
Sebab agama adalah cinta
Menata akhlak agar rapi bertata
Indonesia adalah Darussalam
Indonesia adalah rumah tenteram
Bagi insan yang hargai perbedaan
Semoga Indonesia tak karam
"Menghargai perbedaan, sama dengan menghargai Tuhan."
Bekasi, 30 Oktober 2014
Aru Elgete

Senin, 27 Oktober 2014

Kita dan Tuhan saling mengasihi

Bukan lagi tabu bagiku
Ucap syukur tak berukur
Berkat Tuhan,
Kini rindu seirama
Merdu sekali
Walau sesaat tak terdengar sama
Bahagia tentu sempurna
Dari cinta yang sederhana
Lahirkan haru membiru
Meski rasa awal membaru
Cinta serta Kasih Tuhan berlimpah
Karena itu aku bersumpah
Atasnama segala anugerah
Bahwa cinta adalah Tuhan
Barangsiapa yang mencinta
Sebab Tuhan penuh cinta
Dan kepada Tuhan seluruh cinta
Sampai mati pasti tetap terjaga
Dan teruntuk wanitaku, Amelia
Mari menuju Tuhan
Kasihi Dia
Cintai Dia
Agar Tuhan mengasihi kita
Semoga kita dan Tuhan saling mengasihi

Bekasi, 27 Oktober 2014
Aru Elgete

Terima Kasih Untuk Segala Kasih

Sejak sambut mentari berlari
Ada bahagia tercipta berseri
Tiada lagi perih menari-nari
Indah melulu kita rasa kemari

Dan saat raja siang menghangat
Kita temui Tuhan dalam keindahan Mahadahsyat
Tukar tawa beri canda terikat
Pada seluruh keanggunan Tuhan yang terlihat

Bahkan ketika mahapelita mulai lelah
Masih ceria tiada luka membara
Hilang segala perih memarah
Cipta rindu angan mengulang entahlah

Senja sebagai saksi
Tertemani bianglala yang mengisi
Kita berjanji bukan ilusi
Atasnama rasa yang tak sekadar halusinasi

Rembulan pada permadani malam
Lengkapi segala keanggunan Tuhan
Bersama firman-Nya yang terdendang
Tambah harap semoga tak hilang

Demi segala Kuasa Tuhan
Aku berjanji sedia bertahan
Dalam hangat segala angan
Raih bersama seluruh masa depan

Amelia yang terkasih
Terima Kasih atas segala kasih
Harapku tiada luka tersisih
Semoga tak percuma seluruh benih


Bekasi, 26 Oktober 2014


Aru Elgete

Jumat, 24 Oktober 2014

Amelia, Jangan Enggan Menuju Tuhan!

Amelia, Jangan Enggan Menuju Tuhan!
Walau tak berikat kita
Namun rasa merekat indah tertata
Bertukar tawa berseri-seri
Juga lontar duka beri perih
Maaf,
Bukan aku berarti khilaf
Mungkin ada makna dalam semua
Atau Tuhan sedang berkata
Segala hidup pasti uji takan tiada
Jika mampu kita hadapi
Lebih hebat kita dari kini
Semoga Tuhan merestui
Kita mencinta hingga nanti
Sore itu
Beratap senja merah merekah
Ada amarah tertumpah
Dan...
Ya, aku salah!!
Amelia yang sudah tak maya
Maaf aku beri luka dalam kita
Coba lekat pada Yang Kuat
Agar semua tak tampak pekat
Amelia yang bukan ilusi
Dari segenap aksara puisi
Aku mencintamu
Dengan segenap kebodohanku
Esok,
Jangan enggan menuju Tuhan
Segerakan waktu untuk bercerita
Semoga kelak beri cara bagi kita
Maknai segala yang Tuhan beri
Bekasi, 24 Oktober 2014
Aru Elgete

Kamis, 23 Oktober 2014

Aku fakir yang selama ini kafir

Aku fakir yang selama ini kafir
Mungkin lelah
Atau bagaimana entah
Saat ini enggan sudah
Menukil seluruh duka yang ada
Hindari berlari mengitari
Kubang kabung yang membumbung
Agar kelak kita menari
Rayakan suka tiada berbendung
Aku fakir
Yang selama ini mungkin kafir
Aku tak miliki apa
Soal setia aku dusta
Semoga ini akhir
Dari segala yang terpikir
Bersamamu aku kelak
Harap tak tinggalkan bercak
Dirimu yang semula maya
Kini hadir beri segala ubah
Demi nanti kita bersama
Lebih baik tentu semoga
Segala doa seluruh amin
Semoga dengar Tuhan disana
Dan beri nikmat teruntuk kita
Sepasang insan yang mencinta
Untuk Amelia tercinta
Resah tak perlu tercipta
Sebab kini aku menata
Rindu-rindu yang semula tiada ada


Bekasi, 23 Oktober 2014

Aru Elgete

Selasa, 21 Oktober 2014

Aku meMELuk Indah Anganmu

Hidupmu penuh harap
Inginkan menuju sampai
Bukan hanya berandai
Sebab senja telah mengintai

Di tua nanti kau berada
Tentu harap sedia ada
Dengan cinta yang sungguh
Bersama hingga rembulan tiada

Aku kini,
Tak takut maut menjemput
Aku bahkan menjemput maut
Demi anganmu yang merajut

Mari berdua lengkapi juang
Agar lusa kita menang
Tiada lagi sesiapa yang menghadang
Dan bukti pasti nyatakan
Aku bukan pecundang!!

Untuk Amelia,
Gadis yang tak lagi maya
Harap kita kini sebaya
Semoga doa teramini semua

Sebab harap kita menang
Dari sini kita saling juang
Untuk Amelia tersayang
Kini,
Aku meMELuk Indah Anganmu



Bekasi, 21 Oktober 2014


Aru Elgete

Semoga Indonesia, Raya...

Semoga Indonesia, Raya...
Indonesia tercinta
Indonesia tiada lagi dimana
Indonesia yang satu adanya
Indonesia semoga baik-baik saja
Negeriku yang baru
Negeriku yang sudah tidak dahulu
Negeriku kini semoga tenteram
Dan tetap terjaga dalam ragam
Saat ini kau sudah baru
Bersama pemimpin yang baru
Semoga segala haru
Buatmu tak tampak keruh
Aku bersumpah
Demi Indonesia yang Raya
Demi Negeriku yang Jaya
Demi Bangsaku yang Mulia
Akan terjaga selalu dihati
Hingga nanti
Tuhan inginkan aku mati
Dan tertimbun tanahmu
Terkubur dalam pelukmu
Siapa tak suka pemimpinmu
Sila pergi dengan lekas
Sebab ditangan pemimpinmu
Dirimu yang Raya lantas bergegas
Harapku hanya satu
Tenteram hidup tiada deru
Genggam erat dalam beda
Namun sama kita bertuju
Indonesia yang Satu
Indonesia yang Baru
Indonesia yang Haru-biru
Bersama pemimpin yang baru
Kami percayakan Indonesia kepada Bapak Joko Widodo dan Bapak Jusuf Kalla. Agar Indonesia, Raya....


Bekasi, 20 Oktober 2014

Aru Elgete

Minggu, 19 Oktober 2014

Puisi di penghujung kota Bekasi

Puisi di penghujung kota Bekasi
Di ranjang senja kala itu
Kita nikmati suka
Serta mereka yang tertawa
Gelorakan cita bersama
Sore itu
Di penghujung kota Bekasi
Aku bersaksi
Selain dirimu
Tiada lagi wanita di hati
Puisi yang terlantun itu
Adalah bukti segalaku
Bahwa kau inginku
Meski ada malu di raut wajahmu
Kini,
Saat itu telah berlalu
Kelam hari sudah mewaktu
Dan kau?
Iya, kau.
Ah... Sudahlah
Bukan enggan inginmu
Aku tahu
Aku pula yakini
Kau adalah kita dan Tuhan
Suatu nanti
Amelia yang tersayang
Saat ini tiada apa diantara kita
Kau ingin aku bertahan
Dan aku berangan bersama disana
Untuk kini
Biar waktu berjalan
Hadapi segala rintang
Tantang segala hadang
Tak gentar kian berkobar
Semoga Tuhan beri sabar
Penuh bukti seluruh ucap
Kan terlihat dalam pekat
Dalam rasa yang melulu sedap
Aku dan kau,
Ya, aku dan kau,
Kita terikat
Oleh ikrar selamanya
Untuk Amelia,
Tunggu aku disana
Jangan kemana
Hingga aku buktikan segala
Pada dunia tentunya
Semoga kita, Tuhan beri "iya"

Cibitung, 17 Oktober 2014
Aru Elgete

Kamis, 16 Oktober 2014

Ketuhanan Yang Maha k'ESA'h

Ketuhanan Yang Maha k'ESA'h
Negeriku sayang
Negeriku malang
Kau ku sayang
Namun kau malang
Aku hirup udaramu
Sejuk rasa bagiku
Penuh indah berbangga
Untukmu negeriku
Katanya kau berketuhanan
Katanya kau berkemanusiaan
Namun sungguh
Kebiadaban yang tersuguh
Kakiku kaku berjibaku
Saat lihat kau kini
Buatku enggan melenggang langkah
Tapi ini rupamu yang entahlah
Pancasila dasarmu
Namun resah aku lelah
Lihat keluh penuh kesah
Seakan kau tiada berarah
Seharusnya
Ketuhanan juga kemanusiaan
Berjalan beriringan
Entahlah, mungkin kini hanya angan
Bagiku,
Tuhan satu
Dia tiada dua
Dan Dia tak perlu dibela
Tapi kini??
Silamu yang pertama
Sudah hilang arah
Entahlah
Jerit derita tertumpah
Hanya sebab perbedaan yang meruah
Namun inilah engkau yang sungguh
Negeriku yang teguh
Dan saat ini,
Aku sedia nikmati
Ketuhanan Yang Maha k'ESA'h
Kemanusiaan yang hilang sudah
Penuh seluruh sungguh antah berantah
Negeriku sayang
Negeriku malang
Kau malang
Dan selalu tersayang

Bekasi, 16 Oktober 2014
Aru Elgete

Minggu, 12 Oktober 2014

Wanita itu rembulan

Wanita itu rembulan
Di pelataran malam itu
Ternaungi sejuk udara
Berpeluk mesra dengan sejuta ceria
Saling canda indah sudah
Kecewa tentu ada
Pada setiap canda
Namun itulah dunia
Semua lengkap ada
Ada satu yang memesona
Senyum indah merona
Buat aku tak lagi merana
Oleh cinta yang entah kemana
Seketika hilang melayang
Derita hati sebab ilusi
Tak lagi aku meradang
Karena rasa yang berhalang
Dia rembulan
Indah tak keruan
Dan aku tak tahan
Menahan laju rasa yang ber angan
Wanita itu
Ternamai rembulan olehku
Sebab senyum malam itu
Benar indah bagiku
Serupa rembulan yang hampir penuh
Wanita itu
Bernama REMBULAN!! :))

Bekasi, 12 Oktober 2014
Tentang semalam, kita bermalam di Wanayasa, Purwakarta.
Aru Elgete

Kamis, 09 Oktober 2014

Mahacinta hanya cintai cinta

Mahacinta hanya cintai cinta
Meski tiada kunjung rupa dan raga
Walau ragu kerap membelenggu
Sekalipun tak terlihat entah kemana
Aku yakini Mahacinta memang ada
Seluruh Kasih untuk semua
Segala Cinta untuk kita
Dari Mahacinta
Sang Penguasa semesta
Dalam dunia
Ada banyak cerita
Oleh mereka
Yang selalu teriakan nama-Nya
Juga ada pula
Mereka yang seakan gila
Memilih jalan sunyi gulita
Demi mencumbu Mahacinta
Aku kini mengerti
Mahacinta hanya mencintai cinta
Mencintai mereka yang mencintai cinta
Dan Mahacinta sungguh penuh cinta
Namun satu yang tak dicinta
Adalah mereka yang tak mencintai cinta
Mereka yang tak mengerti cinta
Bahwa cinta cerminan dari Mahacinta
Simbol kebesaran-Nya
Bukan bentuk kesombongan manusia
Tak perlu dihadapkan ke muka
Sebab Mahacinta terpelihara dalam dada
Barangsiapa yang mencinta Mahacinta
Ia pasti mencintai cinta
Ia tentu tak tebar malapetaka
Atasnama apapun
Termasuk Agama!!!
Bekasi, 8 Oktober 2014
Aru Elgete

Selasa, 07 Oktober 2014

Indonesia 'masih' kenthir

Indonesia 'masih' kenthir
Tuhan,
Kami hidup di atas tanah
Serta hirup udara yang ramah
Dalam bangsa yang... Ah entahlah
Katanya bangsa kami tiada dua
Berpondasikan moral juga akhlak
Nyatanya semua berbeda
Bangsa kami mulai terkoyak
Pancasila yang leluhur kami adakan
Kini larut dalam udara kehancuran
Tiap-tiap butir yang bergulir
Kini diam bahkan tak lagi mengalir
Di dalamnya ada nama-Mu
Ketuhanan Yang Maha Esa katanya
Tapi sebab faham tak sama
Mereka hancurkan semua
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Mereka pembela Tuhan katanya
Namun laku sungguh biadab
Karena perbedaan
Hancur sudah kemanusiaan
Padahal kita harus junjung
Persatuan Indonesia
Sebab dengan itu kita agung
Kalau rukun dalam bersama
Bilamana mereka tahu
Bahwa Engkau Mahakasih
Maka takan ada terpecah
Bahkan tumpah darah atasnama Agama
Dalam bangsa yang penuh ragam
Dan jika mereka tahu
Yang Engkau ingin manusia tenteram
Pada dunia yang beragam
Tentu indah kami bersatu
Persatuan Indonesia tercipta
Kalau tebar Kasih Tuhan
Dan menjunjung tinggi Kemanusiaan
Jaminan aman untuk semesta
Teruntuk wakil kami di senayan
Mohon aku kepada-Mu, Tuhan
Sembuhkan mereka dari kesesatan
Agar rakyat tetap berdaulat
Belum 2 dekade kami bebas
Dari cengkeram tirani kuasa
Kini kami kembali dipaksa
Ikuti ingin para perampas
Kami jelata namun tak lagi buta
Kini kami mahir membaca
Sejarah kelam tentang Indonesia
Jangan remehkan kami
Dan anggap kami tak bisa apa-apa
Suatu nanti
Kalau amarah mulai memerah
Takan mampu lagi terbendung
Sebab ditangan kami
Semua bisa terjadi
Tuhan,
Bantu kami
Agar Indonesia tetap bertahan
Bahkan maju
Menggapai mimpi
Yang sejak dulu tak berujung tepi
Kami ingin keadilan Sosial
Bagi rakyat Indonesia
Seluruhnya
Bukan sebagian
Apalagi segelintir
Semoga Indonesia tak lagi kenthir
Bekasi, 7 Oktober 2014
Aru Elgete

Amelia bukan fiksi, diksi, tema puisi, atau ilusi

Amelia bukan fiksi, diksi, tema puisi, atau ilusi
Aku terhujani tanya
Oleh mereka yang menyana
Tentang rupa Amelia
Apa dan siapa dia
Mereka penuh terka
Menduga-duga segala rasa
Gerangan apa aku untuknya
Seakan semua aku sandiwara
Di kota Jakarta kala itu
Bercanda ria tepiskan pilu
Meski baru aku tahu
Tempiaskan gemercik rasa yang terlalu
Serawan harapan aku menduga
Hadiah Tuhan Amelia mungkin saja
Aku rasakan indah rasanya
Dalam keramaian kota Jakarta
Amelia bukan fiksi
Bukan pula diksi
Atau sekedar tema puisi
Bahkan sebatas ilusi
Amelia itu ada
Wanita yang sesakkan dada
Sebab rindu kian mengada-ada
Walau bagaimana Amelia disana
Aku kini entahlah
Tuhan semoga tak salah
Beri aku petunjuk arah
Dalam resah seluruh kesah
Aku tahu
Tak mampu aku tahu
Kuasa Tuhan yang indah itu
Cukup menunggu aku
Hingga Tuhan ketuk palu
Untukku
Untuk Amelia yang tersuguh
Oleh Tuhan
Dari Tuhan
Untuk aku dan Amelia
Semoga saja
Tuhan tetap dalam kita
Duhai Amelia
Si Gadis Maya
Bekasi, 6 Oktober 2014
Aru Elgete

Minggu, 05 Oktober 2014

Amelia, Aku menggilaimu dengan gila

Amelia, Aku menggilaimu dengan gila
Sebab aku yang biasa
Dan Tuhan pemilik kuasa
Aku hanya penerka-nerka
Karena hanya itu yang aku bisa
Meski Tuhan entah dimana
Aku tetap yakini Dia ada
Bersemayam di dalam dada
Tadah hamba seluruh pendoa
Tuhan Mahadekat
Sangat dekat melekat
Di sepertiga malam yang pekat
Penuh harap pendosa terlaknat
Aku hanya pendoa
Juga pendosa tiada dua
Inginkan harap lekas melahap
Walau akhirnya tak lagi sedap
Amelia yang entah siapa
Dia angan inginku
Pada Tuhan hanya meminta
Agar bersama kelak disana
Amelia yang entah dimana
Aku masih saja gila
Tetap menggila
Mungkin selamanya gila
Amelia yang entah apa
Katamu cinta itu menerima
Bukan memberi
Sila kau terima
Sebab aku siap memberi
Ini bukan aksara serapah
Bukan puisi sebatas ilusi
Juga sajak yang berarak
Apalagi omong kosong melompong
Kalau dunia bukan tempatnya
Aku harap disana kita bersama
Di keabadian tempat Tuhan menatap kita
Bersama disana kita selamanya
Sebab cintaku adalah cinta-Nya
Aku yang masih ragu
Dimana Tuhan berada
Tapi yakin aku
Tuhan ada dalam kita
Amelia
Dalam aksara ini
Ada doa yang tersuguh
Serta harap berlabuh
Di sepertiga malam nanti
Pada setiap butir-butir tasbih
Terucap namamu walau lirih
Semoga harap tak lantas memipih
Amelia
Aku masih saja gila
Menggilaimu dengan gila
Aku gila
Masih tetap gila
Semoga Amelia menjadi nyata :)
Bekasi, 5 Oktober 2014
Aru Elgete

Sabtu, 04 Oktober 2014

Amelia, Aku ini siapamu?

Amelia, Aku ini siapamu?
Aku ini siapamu?
Tiada apa aku untukmu
Sebab sungguh aku biasa
Namun inilah aku dengan keakuanku
Aku ini siapamu?
Belum lama kita menemu
Tapi kini aku adalah pengagummu
Dalam diam yang sebenarnya malu-malu
Aku ini siapamu?
Tak pantas aku menanti
Apalagi harap penuh suatu nanti
Cukuplah aku mengagumimu dalam hati
Aku ini siapamu?
Segala aku tak bisa
Mungkin aku cukup mendoa
Agar dirimu bahagia
Walau entah dengan siapa
Aku ini siapamu?
Takan berhak aku disampingmu
Aku gila
Gila sudah
Sudah gila
Ya, aku tergila-gila denganmu; AMELIA.....
Bekasi, 4 Oktober 2014
Aru Elgete

Jumat, 03 Oktober 2014

Amelia si Gadis Maya

Amelia si Gadis Maya
Masih tentang Dara bernama Amelia
Si gadis maya yang masih tak nyata
Berharap aku kita mencinta
Dalam selaksa rindu yang lantas bertahta
Terlalu cepat kini
Jika ungkap tebarkan rasa
Sebab aku hanya biasa
Dan kini masih teramat dini
Aku ingin mencari Tuhan
Sebelum semua terungkapkan
Jumpa dengan Tuhan
Adalah asa yang tak terdefinisikan
Amelia masih maya
Temu rindu kini menyana
Namun entah siapa dia
Karena harap ingin aku kesana
Buat nyata ke'maya'annya
Hanya Tuhan tempat bertahan
Juga menahan hasrat tertanam
Ketika Tuhan yang teringat
Tentu Amelia kian melekat
Amelia dan Tuhan
Saat ini adalah teman
Dalam segala pencarian
Pada tiap-tiap butir tasbih yang terpilin
Aku, Amelia, dan Tuhan
Semoga bahagia tetap ada
Aku dan Amelia lekas nyata
Dan Tuhan tersenyum mesra untuk kita
Semoga Tuhan dan Amelia
Segera temu saling jamu
Dan tiada lagi semu jemu
Pada akhirnya kita memadu rindu
AMELIA............
Bekasi, 3 Oktober 2012
Aru Elgete

Amelia, Aku gila

Amelia, Aku gila
Bersama nafas yang mulai terengah
Aku berlari capai usaha tanpa lengah
Lengah pasrah hampir sudah
Namun esok semoga lebih indah
Aku mulai merasa
Dengan rasa penuh asa
Tapi aku tak kuasa
Sebab aku hanya manusia sungguh biasa
Aku masih berlari
Mencoba sempat mengitari
Dalam naungan mentari
Lantas nyaris tiada daya aku berdiri
Siang itu
Kala itu
Saat semesta membisu
Tak berdiam aku membatu
Aku mengejar cinta
Murni dari segala nestapa
Sebab aku mengejar cinta
Lelah tentu pasti membasah
Dara itu bernama Amelia
Tuhan indah pasti cipta-Nya
Aku menanti Tuhan beri
Agar senja segala rupa lekas hampiri
Mungkin aku gila
Ya, gila
Dan akan masih gila
Jika Tuhan tak membela
Tuhan,
Selama ini aku mencari-Mu
Walau hingga titik jenuh
Maksud hati  meraih cinta seluruh sungguh
Aku ingin berangan
Suatu nanti entah kapan
Kita bertemu dan saling bertatapan
Agar Amelia aku temukan
Dara itu bernama Amelia
Sebab Tuhan aku mencari
Tentu aku semakin gila
Mencari cinta dengan berlari
Amelia Dara itu
Aku ingin Tuhan bersama
Dalam kita
Ya, dalam kita yang mencinta
Amelia
Aku gila
Semakin gila
Dan akan tetap gila
Jika tiada Tuhan yang cinta-Nya menggila
AMELIA..............

Bekasi, 2 Oktober 2014
Aru Elgete

Minggu, 28 September 2014

Tuhan, Aku mencari-Mu

Tuhan, Aku mencari-Mu
Seluruh alam menerka-nerka
Akan cinta yang Maha
Hanya ada satu katanya
Tapi entah dimana
Aku kunjung tak lihat
Menerawang kian pekat
Meski lekat
Namun entahlah,
Mungkin berkarat
Kesiur angin katanya bukti
Bahwa ada sang penguasa
Yang dahsyat sekali sakti
Walau sebagian meyakini
Penguasa ada di hati
Dia bernama Tuhan,
El,
Elohim,
Yahweh,
Atau Allah,
Dan nama-nama lainnya
Sang penguasa alam
Pasti terjaga dalam malam
Aku selalu mencari
Kemana saja asal usai menanti
Keberadaan yang selalu dinanti
Bersama di keabadian abadi takan mati
Duhai Allah, El, Elohim, Yahweh, Tuhan
Aku tak butuh sebutan-Mu
Dan selama aku berada di nafas-Mu
Izinkan aku mencari-Mu
Jujurlah aku cinta
Pada cinta yang Maha
Sungguh aku penuh cinta
Dan,
Suatu nanti
Aku lekas melesat pergi
Ke dalam diri sendiri
Tepat di hati
Bahwa Dia telah terpatri
Bekasi, 28 September 2014
Aru Elgete

Kamis, 25 September 2014

Tuhan, Kau dimana??

Tuhan, Kau dimana??
Menerabas kesunyian sepi
Melebur pada malam-malam temaram
Tersudut aku menepi
Akan segala kesah yang berapi-api
Tetua beri cerita
Bagaimana juga apa diri-Mu
Segala rupa dunia adalah saksi
Tentang cinta yang tiada rupa,
Namun tetap hadir terasa
Aku mencari
Menilik seluruh semesta
Tak pernah aku temui
Hampir pasrah sudah
Aku ingin memeluk-Mu
Bermain malam dalam kesunyian
Tertawa riang gembira bersama
Di atas sajadah yang pudar warna
Tuhan, Kau dimana??
Aku rindu
Aku ingin kita bertemu
Saling jamu
Agar tak lagi semu
Angan ingin menemu
Tuhan, Kau dimana??
Aku merasa
Aku tahu Kau ada
Tapi dimana??
Engkau Yang Mahasegala
Aku ini semakin gila
Menanti waktu tiba
Kau hadir di penghujung nyawaku
Tuhan, Kau dimana??
Aku rindu
Selalu begitu
Entah, aku tak tahu
Aku ingin kita segera bertemu
Di pangkuan-Mu
Dalam ruang sunyi
Kita hanya berdua menata sepi
Menjadi indah tanpa sesiapa lagi
Semoga...
Bekasi, 24 September 2014

Rabu, 27 Agustus 2014

Untukmu, Daraku.

Untukmu, Daraku.
Rasa yang mengemuka
Nampak hadir seketika
Namun tak lantas lenyap sisihkan luka
Walau kadang ada duka yang tak dapat diterka
Andai hatimu tiada siapa
Aku kini mungkin kita
Rangkai kata segala rupa
'tuk angan yang bertahta
Saat cinta tertata
Aku rela hampa rasa
Asal Tuhan tentukan asa
Tuntun angan menjadi ingin
Untuk cinta segala amin
Sudahlah!
Aku hadir dalam entah
Meski kesah melulu resah
Hadirkan rindu yang tak bersudah
Ciptakan angan tetap angan
Biar Tuhan yang tentukan
Aku ingin suatu nanti
Atau kapan hari berganti
Sebuah harap tak henti
Miliki rasa yang kunjung tak mati
Aku berjanji
Takan satu ku miliki
Sampai aku dan kita menjadi 'kini'
Dan saat raga tak lagi mampu berdiri
Aku masih miliki hati
Untukmu duhai Daraku
Bekasi, 27 Agustus 2014
Aru Elgete

RINDUKU MASIH BERULANG

RINDUKU MASIH BERULANG
Sudah acuh dengan sungguh
Rasa yang kini tersuguh
Semula luluh
Kini rapuh
Sungguh
Rindu yang kemarin lusa indah
Kini hirau sudah
Tiada lagi benar dan salah
Diantara kita
Sebab lenyap segala kata
Pekik cinta teriakmu
Adalah jemu yang menjamu temu
Dalam malam penuh riang
Meski luka tetap saja mengekang
Tak mampu terhadang
Tuhan telah lukiskan
Tentang paras rupawan
Dalam kanvas suci
Pada setiap mimpi
Karena Dia tiada menepi
Duhai Tuhan Penguasa Rindu
Jauhi aku dari peluk syahwat tak menentu
Aku bosan dengan rasa yang melulu
Tinggalkan duka serta luka terlalu
Aku enggan lagi memeluk pilu
Semoga nestapa hilang sudah
Yang memburu kesah
Mengintai segala keluh
Memangsa seluruh asa
Pada ruang 'penguasa'
Oh, Tuhan
Mohon aku padaMu
Agar duka tak lagi bertandang
Pada jiwa-jiwa yang tenang
Sebab Rinduku masih berulang
Bekasi, 26 Agustus 2014
Aru Elgete

Selasa, 19 Agustus 2014

Aku Menghilang

Aku Menghilang
Kasih...
Aku hilang dari asa
Cerabut harap pada rasa
Semoga nanti
Esok atau lusa
Lenyap sudah luka di hati
Kasih...
Aku pamit
Pergi dari segala duka
Hingga jumpa dengan suka
Aku resah
Bukan lelah
Aku ingin tenang tanpa kesah
Kasih...
Sudah ruah rindu menggebu
Antah berantah sudah
Aku entah
Tak tahu kemana aku
Aku hilang
Menghilang lenyap
Melenyap hilang
Kasih...
Andai senja kita jumpa
Di dekat 'ranjang' bianglala
Aku ingin
Tiada lagi kita dahulu
Kita mulai dengan yang baru
Kasih...
Bila hujan basahi rindu
Akan enggan aku terhujani
Agar tak lagi menanam duka
Sebab rindu adalah luka
Kasih...
Biar aku pergi
Temui pagi yang baru
Lebih indah rupa
Lebih elok parasnya
Lebih sejuk terasa
Kasih...
Aku berharap
Pada Tuhan Pemilik Gelap
Agar lekas Lenyapkan aku
Hilangkan aku
Dari rindu yang kadung aku candu
Semoga kau bahagia, Kasih......
Bekasi, 19 Agustus 2014
Aru Elgete

Minggu, 17 Agustus 2014

Untuk Indonesiaku

Untuk Indonesiaku
Untuk Indonesiaku
Takan jemu aku bangga
Hirup asa dalam jiwamu
Rangkai segala pada hatimu
Aku adalah jiwamu
Dalam hening aku mendoa
Agar dirimu baik-baik saja
Sebab lukamu adalah darahku
Untuk Indonesiaku
Telah menua kini engkau
Jangan lagi bersenda gurau
Dengan mereka yang 'mengigau'
Untuk Indonesiaku
Kini, aku sudah dewasa
Tak lagi manja pada Ibu
Aku berjanji,
Akan menjagamu hingga aku tiada
Untuk Indonesiaku
Pancasila adalah dasarmu
Jangan rusak hingga nanti
Aku jaga sampai mati!
Untuk Indonesiaku
Bhinneka Tunggal Ika semboyanmu
Aku dan mereka berbeda
Tapi 'semoga' tetap satu untukmu
Untuk Indonesiaku
NKRI harga mati 'katanya'
Tak rela aku pada mereka
Yang tak akui Ke-NKRI-anmu
Untuk Indonesiaku
Undang-Undang Dasar milikmu
Dalil tentangmu ada disana
Namun 'lagi' aku takan rela
Jika mereka 'bermain' dengan UUDmu itu!!
Untuk Indonesiaku
Jangan engkau berikan jiwa ragamu
Pada orang yang telah membuat luka di dadamu
Sebab luka di dada akan selalu ada
Untuk Indonesiaku
Relakanlah jiwa serta ragamu
Pada orang yang tak pernah 'bersandiwara'
Sebab Ia takan buat luka di dadamu
Untuk Indonesiaku
Biar aku jauh mengembara
Doakan aku agar kembali
Dalam naungan kasih Ibu pertiwi
Untuk Indonesiaku
Aku cinta kepadamu
Izinkan aku tetap ada dalam jiwamu
Agar kelak nanti
Aku mati dalam raga yang Ke-Indonesiaan!!
Bekasi, 17 Agustus 2014
Aru Elgete

Rabu, 04 Juni 2014

Aku mendoa

Aku mendoa
Pada tiap-tiap hening dalam malam
Ada doa penuh sungguh
Teruntuk cinta yang tersuguh
Meski kita tak lagi 'saling' menyuguh
Di sepertiga malam terakhir
Aku mengharap takdir
Semoga entah kita menemu
Dalam rerindu yang tak kunjung temu
Jika nanti hilang sudah
Aku pasrah
Aku berserah
Biar Tuhan mengijabah
Segala doa yang membuncah
Suatu nanti akan tiba
Saat cinta tak saling sama
Namun doa tetap ada
Meski entah terjadi apa
Maha Segala bagi Tuhan
Pemberi nikmat tiada dua
Walau perih tetap menahan
Nikmat Tuhan selalu ada
Pada jenuh dalam doa
Ada nikmat terasa
Ketika segala tercurah
Teruntuk rindu yang hampir 'sudah'
Aku mendoa
Agar cinta tetap kita
Aku mendoa
Agar kita tetap cinta
Aku mendoa
Agar cinta kita tetap
Aku mendoa
Agar tetap kita cinta
Aku mendoa
Agar kita dan cinta 'tetap'
Bekasi, 4 Juni 2014
Ini puisi buat kamu :)

Senin, 02 Juni 2014

CINTA YANG CINTA

CINTA YANG CINTA
INI TENTANG CINTA YANG CINTA
Ada kala hati membisu
Pada cinta yang dicinta
Enggan untuk mencinta cinta
Meski ruah dicinta cinta
Cinta yang cinta
Hanya untuk yang dicinta
Oleh hati penuh cinta
Tiada lain yang tercinta
Ketika tiada lagi hati dicinta
Oleh cinta yang dicinta
Akan tetap disini
Menanti cinta hingga kembali
Derak langkah melenggang pergi
Tinggalkan cinta yang mencinta
Namun hati tak lantas bergegas
Bertahan dengan perih membekas
Cinta yang cinta
Pada cinta yang dicinta
Semoga lekas mencinta
Sebab cinta adalah cinta
Yang mencinta penuh cinta
Cinta yang cinta
Adalah Tuhan memberi
Agar saling mencinta
Dengan cinta penuh cinta
Tuhan...
Cinta ini milikMu
MilikMu segala Cinta
Cinta dan Engkau
Adalah Aku yang mencinta
Sebab cinta adalah Cinta
Bekasi, 2 Juni 2014

Jumat, 23 Mei 2014

aku yang kini

aku yang kini
AKU YANG KINI

Aku tak pernah meminta
Tak pernah jua ingin
Aku pula tak berpesan
Untuk menjadi aku yang kini

Ayah bilang;
Aku harus beriman,
Pada Tuhan, RasulNya dan Ulil Amri
Ulil Amri yang seperti apa?

Tuhaaaaaan,
Aku malu pada semua
Kini,
Segala tak aku percaya

Ulil Amri yang mana lagi, Tuhan?
Aku yang kini
Telah enggan percaya
Pada sesiapa yang menista

Biar aku tak beriman
Biar saja aku durhaka
Aku rela tak beragama
Asal hidup tak penuh kecewa

Untuk apa membawa agama?
Mencaci atasnama Agama
Meneriakan ayat-ayat Tuhan
Kalau laku serupa setan
Untuk apa?

Tuhan,
Andai Muhammad kini datang
Aku curahkan segala
Bahwa aku malu beragama

Aku yang kini
Telah mengerti
Setiap jiwa yang bersimbol agama
Adalah ia yang menista
Namun tentu tak semua

Bertuhan atau tak bertuhan
Beragama atau tak beragama
Bagiku sama saja
Asal tak merugikan sesama

Aku yang kini
Masih beragama
Tetap bertuhan
Namun kini, aku malu
Agama dan Tuhanku telah dirusak
Oleh sebagian manusia yang mendaku beragama!

Agama bukan permainan
Agama bukan ajang mencari untung
Agama adalah pembersih
Untuk jiwa serta hati manusia
Yang menjunjung Cinta Kasih

Aku yang kini,
Telah kecewa
Pada mereka
Yang beragama
Namun hati penuh noda


Aru Elgete

Bekasi, 23 Mei 2014 


Kamis, 22 Mei 2014

Entahlah! Aku Entah

Entahlah! Aku Entah
Entahlah!

Kau dengannya
Aku denganmu
Kini,
Kau dan aku merindu-rindu

Entahlah!
Aku gundah
Ketika gulana mulai resah
Melulu dia yang kau kesah

Kau anggap ini salah
Kau anggap ini tak benar
Entahlah!
Aku entah, siapa yang benar??

Ya muqolibal qulub
Duhai Yang Maha membolak-balikan rasa
Rindu ini milikMu
Cinta ini Engkau yang Kuasai

Aku pasrah
Entahlah!
Pada siapa aku menggaduh
Ah, sesal ini membubuh

Jika bisa terulang waktu
Tentu aku enggan begitu
Entahlah!
Rasa ini terlanjur membatu

Dengan segala entah
Aku enggan menepi
Sebab ini adalah entah
Tak tahu aku bagaimana

Entahlah, Aku entah!



Bekasi, 22 Mei 2014

Selasa, 20 Mei 2014

HANYA SEMENTARA

HANYA SEMENTARA
UNTUK SEMENTARA

Pada malam-malam temaram
Selalu rembulan beri pelita
Dalam sepi yang tak bertata
Mungkin, hanya rembulan teman setia

Hingga pada akhirnya
Aku temui cinta dan rindu
Entah tepat atau keliru
Aku tak tahu
Ini jalan ceritaNya

Kau yang punya cinta namun jauh
Usah resah menggaduh
Aku kan temani hingga nanti
Hanya sementara

Dari kelakar yang membakar jiwa
Ada angan untuk ingin
Menjadi kekasih hati
Meski hanya sementara

Namun kini
Ada beda dari semula
Gejolak dada gemertakan hati
Kala kau menderu rasa yang kau punya

Andai kita tak saling ada
Andai kita tak saling sapa
Andai kita tak saling tatap
Mungkin seluruh deru kan lenyap

Aku yang semula biasa
Takan mungkin bisa semula
Rasa ini sudah erat melekat
Dan tentu kian kuat merekat

Insan yang beragama
Harus 'iya' padaNya
Namun usaha jua harus ada
Lantas beri doa agar indah

Waktu kita 'hanya sementara'
Namun rasa entah bagaimana
Mungkin selamanya
Atau bahkan menerabas hingga Surga


Amiiiinn.


Bekasi, 20 Mei 2014


Minggu, 18 Mei 2014

RINDUKU ENTAH KEMANA

RINDUKU ENTAH KEMANA
Rinduku entah kemana

Semula kau cerita
Berkisah tentang jiwa yang resah
Dan aku serupa relawan kebahagiaan
Temani duka dalam suka

Kini, rerindu tak keruan
Melambai manja pada kesah
Hampir tak bertuan
Rindu ini kian membuncah

Ada sesal namun tak mungkin
Entahlah,
Rindu ini entah kemana
Jatuh tepat dipelukmu
Namun seperti tak berhirau

Aku yang berharap
Pada Tuhan pemilik rasa
Semoga senja tak kelabu
Bersama kita mempesiang rindu

Aku penuh harap
Agar senja saling menyapa
Dalam gulita gemerlap
Kita bersama dan tiada yang lain

Aku merindumu
Kau merindunya
Rindu ini tak saling sapa
Rindu ini entah kemana

Dalam malam ada doa
Semoga saja segala amin
Untuk Tuhan menjadi saksi
Aku yang menghamba dengan segala ingin

Aku merindumu
Dengan segala harap
Rindu ini entah kemana



Jakarta, 17 Mei 2014

Sabtu, 17 Mei 2014

SENYUM ITU

SENYUM ITU
SENYUM ITU

Tuhan,
Engkau pemilik segala kuasa
Lemah aku setia menghamba
Tiada apa aku untukMu

Tuhan,
Engkau luar biasa
Suguhkan nikmat yang tak biasa
Siang itu
Kala itu
Ada senyum renyahMu yang membias di wajahnya

Tuhan,
Engkau Maha segala
NikmatMu tiada dua
Senyum itu aku suka

Tuhan,
Andai Kau ridhoi aku
Bahagia pasti merekah
Namun aku tak bisa menerka
Hanya berharap berselimut do'a
Semoga ada bahagia di ujung sana.

Tuhan,
Dia bukan milikku
Aku jua bukan miliknya
Tapi aku dan dia milikMu yang saling 'cinta'



Jakarta, 27 April 2014

Kamis, 01 Mei 2014

Dari Cirebon Menuju Jakarta

Dari Cirebon Menuju Jakarta


TEMPAT AKU MENDEWASA

Dalam kelam berselimut temaram
Purnama memeluk malam yang muram
Dengan segenap benderang yang geletarkan hati
Tinggalkan aku akan tempat pendewasa jiwa

Bukan selamanya tak berderak langkah
Kembali menemu perantara Tuhan dan aku
Pada malam-malam yang berkah
Senandung doa bermelodi indah

Takan cukup sang waktu
Untuk definisikan segala yang ter-raih
Atau seberapa ruah upaya cita bercapai
Sungguh! Pada yang mendewasakanku;
Aksara tak mampu tuliskan jasamu
Penuh ikhlas tanpa balas
Selamat Tinggal Buntet, Engkau adalah rindu bagiku



TENTANG SAHABAT

Sepertiga malam dalam naungan purnama
Rangkai kisah sedikit berirama
Canda-tawa pada jiwa melekat
Bersama aku dan sahabat

Samar-samar gempita kota
Hiruk-pikuk dalam gelap di beranda pagi
Berbumbung riang temui Jakarta
Berteman sahabat yang takan pergi

Bersama meraih kemerling gemintang
Lahirkan sejuta kenang yang silang saling
Tak perlu bergeming gamang
Sebab kita setia selagi purnama tak hilang

Teruntuk sahabat;
Jika suatu nanti asa menghujam citamu
Sukacita akan kita agar selalu menemu
Usah gurat asa pada rasa yang semu

Tunggu aku disana;
Tepat diatas hamparan kemilau bebintang
Kita bersama rayakan bahagia
Hingga senja tetap bersama


Pantura, 26 April 2013
Dari Cirebon menuju Jakarta