Kamis, 04 Desember 2014

Aku berjalan

Aku berjalan
dalam hutan kemaksiatan
rindang sudah nafsu setan
belukar dosa membumbung berbusa
Aku berjalan
dalam lautan gemerlap
terbawa gelombang yang erat mendekap
sampai berlabuh pada pulau kebimbangan
Aku berjalan
dalam lembah durjana
terpampang jelas ketimpangan
antara penguasa
dan orang biasa
Aku berjalan
menyisiri jalan yang raya
di mana-mana ada cerita ceria
tentang orang kaya
yang derma pada sesama
Aku (masih) berjalan
(tetap) menyisiri jalan yang raya
tempati ruang tamu ibukota
ramaikan dengan segala aksi
Aku (tetap) berjalan
(masih) menyisiri jalan yang raya
terinjak-injak aspal permusuhan
antara penguasa
dan rakyat yang tak (belajar) dewasa
Aku (masih tetap) berjalan
(tetap masih) menyisiri jalan yang raya
saling hujat sudah membulat
saling bunuh tak jadi masalah
Aku berhenti pada sunyi
menggambarkan sebuah sepi
yang hadirkan hening
bahkan senyap tak bergeming
Aku berhenti pada sunyi
hadirkan damai pada hati
bersegera temui Tuhan
yang mampu bertahan
hingga kini dan entah sampai kapan
Tuhan...
Katanya Engkau Mahaluas?
Engkau Mahasegala, bukan?
Yang Mampu ciptakan perbedaan, bukan?
Lalu,
kenapa Engkau seolah bungkam
terhadap mereka yang membawa-Mu
demi kepentingan yang abadi?
Bekasi, 4 Desember 2014
Aru Elgete
Previous Post
Next Post