Sabtu, 28 Maret 2020

Pernyataan Jubir Covid-19 Menyakiti Hati Orang Miskin


Sumber foto: antaranews.com

Kemarin, pasca diumumkannya kabar terbaru mengenai kasus positif, sembuh, dan meninggal akibat korona, di twitter ramai sekali. Keramaian itu pertama kali muncul dari akun @borderrakyat, yang mengunggah sebuah potongan video dari Kompas TV. 

Pasalnya, ada yang keliru dari penyampaian Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Korona Achmad Yurianto pada Jumat, 27 Maret 2020, kemarin. Pernyataan Pak Yuri itu kemudian dianggap 'melukai' hati orang miskin. Dalam video berdurasi 33 menit 10 detik itu, pernyataan Pak Yuri yang menyakiti hati orang miskin berada pada menit ke 22 lewat 40 detik. 

Berikut ini kutipan pernyataannya:

..."Oleh karena itu, ini cara yang paling tepat untuk memutus rantai penularan dari penyakit ini. Kalau ini bisa kita lakukan bersama-sama di mana semua orang berusaha saling melindungi; yang sakit melindungi yang sehat agar tidak tertular oleh penyakitnya, yang sehat melindungi yang sakit agar tidak keluar dari rumah dan melakukan kegiatan yang tidak perlu di luar rumah, kemudian yang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar, dan yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya. Ini menjadi kerja sama yang penting."

Pernyataan: yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya; tentu saja menyakitkan karena menganggap bahwa korona ini merupakan virus yang menyerang orang-orang miskin saja. Padahal virus tidak sama sekali mengenal kelas dan strata sosial. Bahkan kalau mau ditelisik, awal mula penularan virus ini, terutama di Indonesia, itu dari orang kaya yang bepergian ke luar negeri.

Orang miskin mana bisa pergi ke luar negeri? Untuk makan saja harus susah-payah, bekerja dengan penghasilan harian. Sangat menyulitkan di saat-saat korona sudah sangat mencekam seperti ini. Dianggap tidak mematuhi aturan dan anjuran pemerintah untuk tetap berdiam diri di rumah, padahal dari mana orang miskin bisa makan kalau tidak keluar dari rumah?

Berbeda halnya dengan orang kaya yang bisa bekerja dari rumah. So, work from home sama sekali tidak berlaku bagi orang miskin. Lalu, apa yang sudah diberikan pemerintah untuk orang miskin? Kucuran anggaran dan bantuan sosial, penangguhan angsuran, serta jaminan hidup memang sudah masuk dalam perencanaan. Tapi sungguh belum realisasi. Kenapa lantas orang miskin dikambinghitamkan, seolah penyebaran virus itu bersumber dari si miskin yang menularkan kepada si kaya? Ini menyakitkan sekali.

Baik, agar saya tidak dihukumi sebagai kaum sumbu pendek dan cuti nalar lantaran hanya menonton, mengutip, serta mengomentari pernyataan Jubir itu hanya sepotong, saya sudah membuat transkrip pidato yang dilakukan oleh Pak Yuri itu. Secara keseluruhan, pesan yang disampaikan sangat baik dan membangkitkan optimisme untuk terus melawan dan menghadapi pandemi ini.

Namun, pernyataan pada menit ke 22 lewat 40 detik itu, tidak bisa diterima. Masih menyisakan kesakithatian yang mendalam. Semoga Pak Yuri, sebagai pejabat yang sudah pasti adalah orang kaya senantiasa diberikan kesehatan selalu agar tidak menularkan penyakit kepada orang-orang miskin seperti saya. 

(Kalau anda tidak kuat membaca dalam durasi yang lama, silakan untuk tidak melanjutkan. Jaga kesehatan. Jangan sampai korona menyerang anda)

Berikut ini adalah transkrip pidato Pak Yuri:

...Terkait dengan perkembangan kasus Covid-19 yang saat ini sedang kita hadapi bersama...

Dari hari ke hari, kita melihat adanya pertambahan kasus yang cukup signifikan. Ini menandakan bahwa proses penularan masih berlangsung terus-menerus di tengah masayarakat kita. Ini kita maknai, (pertama) bahwa masih ada kasus positif Covid-19 yang masih berada di tengah-tengah kita sekalian.

Kemudian yang kedua, berarti ada kontak dekat yang terjadi dengan kasus ini, sehingga kemudian terjadi penularan dan memunculkan angka yang menjadi sakit. Inilah yang menjadi faktor utama di dalam kaitan penambahan kasus dari hari ke hari.  Mencermati hal ini, maka sekali lagi, mari bersama-sama kita putuskan rantai penularan ini.

(Hal) yang pertama, kita akan berusaha untuk menemukan kasus-kasus positif yang ada di masyarakat melalui penelusuran kontak dari kasus positif yang kita dapatkan di rumah sakit. Kita akan melaksanakan pemeriksaan cepat, dengan rapid-test yang tujuannya adalah untuk melaksanakan screening penahbisan di kelompok-kelompok yang memiliki resiko tertular dengan pasien positif yang kita rawat di rumah sakit. 

Ini kita lakukan bersama-sama masyarakat tentunya, agar kita bisa menemukan dan kemudian dengan cepat melaksanakan isolasi dari kasus ini. Baik itu isolasi secara mandiri di rumah, maupun harus kita isolasi di rumah sakit. Ini yang akan kita lakukan.

Namun yang kedua, yang lebih penting lagi adalah bahwa anjuran pemerintah untuk menjaga jarak pada kontak sosial di tengah masyarakat harus dipatuhi. Karena (pertama) pada jarak yang sangat dekat, kurang dari satu setengah meter, ini memberikan peluang yang besar untuk terjadinya penularan dari orang yang positif sakit dan kemudian di dalam tubuhnya ada virus melalui percikan ludah yang kita sebut droplet, pada saat yang sakit ini batuk; pada saat yang sakit ini bersin; dan kemudian mengenai orang lain yang sehat. Artinya, kontak dekat masih terjadi.

Kemudian yang kedua, bisa saja terjadi kontak tidak langsung, misalnya percikan itu mengenai barang-barang yang sering digunakan bersama. Di dalam kendaraan angkutan massal misalnya adalah pegangan pada saat berdiri, kemudian gagang pintu pada saat kita keluar-masuk, kemudian railing tangga pada saat kita akan pindah dari satu tempat yang lebih tinggi atau rendah dan sebaliknya.

Ini terjadi, kemudian tidak disertai dengan cuci tangan dengan menggunakan sabun, dan kemudian secara langsung makan atau minum tanpa cuci tangan atau menyentuh mulut, hidung, mata, tanpa cuci tangan. 

Inilah yang menjadi bukti, bahwa kasus (Covid-19) ini masih terus akan menular di tengah masyarakat kita. Oleh karena itu, saya minta Kembali lagi, mari kita patuhi bersama tentang kontak dekat. Hindari kontak dekat. Oleh karena itu, jaga jarak pada saat melaksanakan komunikasi sosial dengan siapa pun, baik itu di rumah maupun di luar rumah.

(Hal) yang menjadi keprihatinan kita sekarang adalah masih banyaknya masyarakat yang tidak memperhatikan hal ini. Pada kelompok usia muda, dengan daya tahan tubuh yang baik, infeksi itu bisa saja terjadi dan tidak menimbulkan keluhan apa pun atau mungkin menimbulkan keluhan yang ringan sekali.

Misalnya, hanya merasa demam-demam tidak terlalu tinggi, mungkin batuk-pilek biasa, yang seringkali dimaknai bahwa ini bukan sakit: ini biasa saja. Sehingga tanpa disadari, kondisi tubuh yang penuh dengan virus ini, dia sebarkan ke mana-mana melalui kontak dekat dengan orang lain di luar rumah, atau kontak dekat dengan saudara-saudaranya di rumah.

Apabila (yang dialami anak muda) ini mengenai kelompok-kelompok yang rentan, baik karena usia tua atau karena ada penyakit yang mendahului, maka dampak yang muncul tentunya akan menjadi serius; tidak seperti yang terjadi pada anak muda atau usia muda yang memiliki daya tahan tubuh yang baik.

Inilah yang kemudian menyebabkan menjadi sakit, dengan gambaran sakit; sakit sedang sampai dengan sakit berat yang harus dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu, sekali lagi, mari kita sama-sama memiliki kesepahaman untuk melindungi yang sakit. Kita lindungi yang sakit agar dia bisa melakukan isolasi diri dengan baik, agar dia tidak menularkan kepada orang lain, agar dia tidak kontak dekat dengan orang lain, dan agar dia tetap di rumah. 

(Lalu) yang kedua (maksudnya yang ketiga), mari kita juga melindungi yang sehat. Untuk (orang) yang (sedang) sakit, sadari betul bahwa kita harus menjaga orang di sekitar kita, jangan sampai sakit tertular oleh kita yang sakit. Oleh karena itu, jalankan isolasi di rumah dengan baik, gunakan masker, kemudian sementara jaga jarak fisik dengan semua anggota keluarga yang di rumah, kemudian ya terpaksa tidak usah makan bersama-sama di dalam satu meja dengan keluarga kita yang sehat. Makan sendiri saja, tidak perlu kemudian bergabung.

(anjuran-anjuran) ini yang menjadi penting. Karena kalau (anjuran-anjuran) ini tidak dilaksanakan, maka dari hari ke hari, penambahan kasus akan terus saja terjadi. Apalagi kita sekarang sudah tidak tahu pasti lagi, siapa di luar yang bertemu dengan kita itu sakit atau tidak. Oleh karena itu, memang benar kita nggak bakalan ketemu orang di luar rumah dalam keadaan sakit berat. Tetapi orang dengan kasus positif dengan sakit ringan, ini memiliki peluang yang besar, untuk kemudian menularkan ke kita. 

Mari bersama-sama, jaga jarak. Di dalam berkomunikasi, jaga jarak secara fisik. Ambil jarak aman, dua meter. Ini menjadi penting. Bukan hanya di luar, tetapi juga di dalam rumah. Ini menjadi sesuatu yang penting.

Kita bisa membayangkan, apabila di dalam satu rumah ada enam orang penghuni, lima (orang) sudah disiplin tidak keluar, tapi (ada) satu (orang) yang sering keluar rumah, dan kebetulan kondisi fisiknya bagus, terinfeksi di luar dan kemudian membawa virus ke rumah, maka tidak aman bagi penghuni yang lain manakala kemudian jarak tidak kita atur lebih dari dua meter. Ini yang menjadi penting.

Dan kemudian disertai dengan kebiasaan mencuci tangan untuk yang sehat tidak dilakukan, inilah yang menjadi sumber-sumber penularan dan inilah yang kemudian memberikan gambaran bahwa dari hari ke hari kasus yang kita hadapi semakin besar. Isolasi diri di rumah itu menjadi penting. Bukan berarti berada di rumah, mengabaikan jarak. Tetap harus menjaga jarak. Kemudian sadari betul, bahwa kita yang berasal dari luar rumah dan masuk ke rumah memiliki peluang untuk membawa virus ini.

Oleh karena itu, pola hidup bersih-sehat menjadi kunci di dalam kaitan penanganan Covid-19. Tidak perlu mencari sesuatu yang sulit, karena secara ilmiah sudah dibuktikan bahwa virus ini sangat-sangat rentan dan mudah hancur manakala terkena sabun, terkena deterjen. Oleh karena itu, tidak ada alasan karena tidak punya hand sanitizer kemudian tidak mencuci tangan. Tidak ada alasan karena tidak mudah mencari hand sanitizer maka tidak mencuci tangan. Cuci tanganlah pakai sabun. Setiap hari pasti ada dan tidak sulit mencari sabun. Ini menjadi penting.

Isolasi diri di rumah juga dimaknai membatasi jarak dengan anggota keluarga. Pakai masker sepanjang berada di rumah. Jika memungkinkan gunakan satu kamar sendiri, jika memungkinkan. Apabila tidak memungkinkan, ya bukan hanya kamar, mungkin tempat tidur juga dipisah. Kemudian sementara tidak makan bersama-sama dengan keluarga lain yang sehat.

Kemudian tidak menggunakan alat makan (dan) alat minum bersama-sama, dan mengonsumsi gizi yang baik serta protein serta vitamin yang cukup. Tidak kemudian harus panik dengan membeli vitamin di toko, di apotek. Karena pada hakikatnya, (negeri) kita kaya dengan buah-buahan, kita kaya dengan sayur-mayur, dan semuanya pasti akan mengandung vitamin yang kita butuhkan.

Jadi tidak harus dimaknai kemudian harus membeli vitamin, membeli multivitamin di apotek atau di toko tetapi makanlah buah dan sayur yang cukup. Tidak harus buah impor, apa pun buah, itu akan mengandung gizi yang baik, mengandung vitamin yang cukup. Ini yang menjadi kunci pada saat melaksanakan isolasi diri.

Kemudian lakukan pemantauan diri. Lakukan pemantauan diri dan lakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan. Tidak harus keluar rumah untuk datang ke puskesmas, tidak harus keluar rumah untuk datang ke rumah sakit. Sekarang banyak sekali, media yang bisa kita akses untuk berkonsultasi. Bahkan bisa berinteraksi langsung dengan yang memberikan konsultasi.

Kita pahami ada beberapa call center yang bisa dihubungi, baik di 119 ext 9 kemudian di halokemkes 1500-567 ataupun banyak lagi di media online yang lain. Bisa di halodoc, bisa di sehatpedia, bisa di gojek, dan sebagainya. Kita pun mungkin juga memiliki dokter keluarga, bisa juga digunakan untuk berkonsultasi. Anda tidak sendiri di rumah, semua keluarga akan melindungi, dan semua keluarga sudah bertekad untuk menjaga agar yang sakit bisa melaksanakan isolasi mandiri dengan baik sehingga diharapkan bisa sembuh dengan baik. 

Sekarang ini, banyak kasus yang sudah bisa sembuh karena memang ini adalah penyakit virus yang pada umumnya adalah bisa sembuh sendiri. Self limiting disease. Tidak perlu kemudian harus mengonsumsi hal-hal yang khusus, tidak perlu kemudian terpengaruh untuk harus mengonsumsi hal-hal tertentu. Semuanya penuhi dengan prinsip: gizi yang seimbang, kemudian nutrisinya cukup, dan istirahat dengan baik. Ini yang menjadi penting untuk kita pahami. 

Pemerintah secara aktif, sekarang tetap melaksanakan pencarian kasus positif di masyarakat dengan menggunakan rapid-test. Kami sudah mendistribusikan rapid-test, sudah hampir 500 ribu kita distribusikan ke seluruh provinsi. Manfaatkan ini di dalam kaitan dengan tracing (melacak). (Namun) sudah barang tentu, rapid-test bukan untuk menegakkan diagnosa. Tetapi merupakan penahbisan, penyaringan (screening), untuk mengarah pada kasus-kasus yang positif.

Oleh karena itu, manakala diantara saudara-saudara ada yang sudah melaksanakan rapid-test dan hasilnya negatif, jangan memaknai bahwa anda bebas dari penyakit ini. Karena beberapa kasus negatif sebenarnya adalah kasus yang sudah terinfeksi tetapi masih kurang dari tujuh hari, sehingga antibodi belum terbentuk, maka pada saat pemeriksaan bisa memberikan kesan gambaran negatif.

Sebenarnya (itu) virusnya sedang berproses, karena kita bisa mendapatkan antibodi itu pada umumnya setelah hari ketujuh. Oleh karena itu, seharusnya dilakukan pemeriksaan ulang pada tujuh hari kemudian dari pemeriksaan yang pertama. Manakala kemudian dalam pemeriksaan tujuh hari kemudian juga masih negatif, maka saat ini bisa dikatakan anda sedang tidak terinfeksi tapi bukan berarti kebal.

Anda belum terinfeksi dan sangat-sangat mungkin terinfeksi manakala kontak dengan kasus positif tetap dilakukan, (dan) tidak memperhatikan jaga jarak. Ini pasti akan memberikan dampak yang besar. 

Oleh karena itu, kita harus mewaspadai betul bahwa (penggunaan) rapid-test tidak memberikan jaminan bahwa kita tidak akan pernah sakit. Pahami ini dengan tujuan adalah meyakinkan kita rapid-test sebagai isyarat bagi kita untuk lebih berhati-hati lagi. Bukan kemudian untuk meyakinkan bahwa saya tidak sakit dan tidak akan sakit. Ini menjadi penting. 

Terkait dengan konteks menjaga jarak, kemudian rajin cuci tangan, kemudian pemeriksaan rapid-test yang belum tentu bahwa itu dimaknai tidak sakit, maka sebaiknya berhati-hatilah. Tidak perlu meninggalkan rumah, tidak perlu bepergian yang jauh, tidak perlu kemudian bepergian bersama keluarga menuju tempat lain yang jauh. Resiko akan sangat besar terkait dengan hal itu (Covid-19).

Apalagi kemudian, harus pergi ke kampung dengan keluarga yang cukup banyak di dalam satu mobil atau di dalam angkutan transportasi umum yang berdesak-desakan. Ini memberikan resiko yang berlipat ganda. Oleh karena itu bijak di dalam kaitan merencanakan apabila nantinya akan mudik. Kami menyarankan hati-hati, sebisa-bisanya ditunda sampai dengan kondisi ini menjadi jauh lebih baik. Ini menjadi perhatian pemerintah karena kita tidak menginginkan penambahan kasus ini semakin tinggi dan penularan di tengah masyarakat juga semakin banyak. 

Harapan kami, inilah yang harus dilakukan di dalam kaitan mengantisipasi beberapa kegiatan ke depan. Tetap tinggal di rumah, bukan berarti tidak produktif. Silakan melakukan pekerjaan dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah. Rajin cuci tangan menjadi kunci.

Oleh karena itu, ini cara yang paling tepat untuk memutus rantai penularan dari penyakit ini. Kalau ini bisa kita lakukan bersama-sama di mana semua orang berusaha saling melindungi; yang sakit melindungi yang sehat agar tidak tertular oleh penyakitnya, yang sehat melindungi yang sakit agar tidak keluar dari rumah dan melakukan kegiatan yang tidak perlu di luar rumah, kemudian yang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar, dan yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya. Ini menjadi kerja sama yang penting.

Saya optimis dan sangat meyakini karena sebenarnya bekerja sama, bergotong-royong, saling toleransi, itu modalitas dasar kita sebagai bangsa Indonesia. Karena inilah kepribadian kita yang sebenarnya. Tidak perlu kemudian kita mencari-cari cara karena hakikatnya kita sudah memiliki itu. Bertoleransilah dengan tetangga kita. Saling mengingatkan, ini menjadi sesuatu yang penting. Saling membantu, ini menjadi tulang punggung dari upaya untuk mengendalikan penyakit ini. 

Ini beberapa pesan yang saya sampaikan, sebelum saya menyampaikan update kasus yang kemudian kita catat.

Terhitung sejak tanggal 26 Maret 2020 pukul 12.00 WIB kemarin, sampai dengan hari ini (27 Maret 2020) pukul 12.00 WIB terjadi penambahan kasus yang cukup signifikan juga. Ada 153 kasus baru yang kita dapatkan. Sekali lagi, ini menggambarkan bahwa masih ada penularan penyakit ini di tengah masyarakat kita. Masih ada sumber penyakitnya dan masih ada kontak dekat yang terjadi. Sehingga total kasus menjadi 1046.

Ada 11 pasien yang sudah dinyatakan sembuh dan boleh pulang, sehingga total sembuh adalah 46. (Dan) ada sembilan kematian baru pada 24 jam kemarin, sehingga (kematian) menjadi 87 orang. Sehingga posisi sekarang (maksudnya kemarin) pada tanggal 27 Maret pukul 12.00 WIB, ada 1046 kasus positif akumulatif; dan kemudian ada 46 yang sembuh akumulatif; dan ada 87 yang meninggal selama ini data akumulatif.

Saya ingatkan Kembali, mari sama-sama kita menjaga jarak. Jaga jarak lebih dari dua meter. Cuci tangan dengan sabun dan dengan air yang mengalir. Kemudian produktif di rumah. Bekerja dari rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah.

Mudah-mudahan upaya yang keras kita laksanakan secara sinergi bersama-sama pemerintah, bersama-sama masyarakat, bersama-sama siapa pun, bisa menanggulangi permasalahan penyebaran penyakit Covid-19. Kami yakin, optimis, kita mampu. Terima kasih, selamat sore.

~Pidato Pak Yuri selesai di menit 25.40

*****

So, seluruh pesan yang disampaikan di atas itu merupakan pesan yang sangat penting untuk dilakukan. Tetapi satu pernyataan yang menyinggung kelas sosial itulah yang tidak bisa diterima oleh saya sebagai orang miskin.

Terima kasih.

Sumber video: KOMPASTV
Sumber potongan video: Twitter @boderrakyat




Previous Post
Next Post

0 komentar: