Ilustrasi. Sumber gambar: nationalgeographic.grid.id |
Kuberi tahu kepadamu
wahai virus yang menggemuruhkan bumi
pandemi yang kusebut: Mahacorona
dengarkan baik-baik, ya
keberadaanmu kini membuat kami susah
orang-orang harus masuk rumah
begitu pula untuk ibadah
tapi sungguh itu tidak mudah
bagaimana dengan manusia gerobak yang biasa keliling bersama anak-anaknya di tengah kota?
siapa yang peduli kepada mereka?
saban malam mereka tidur di pelataran toko yang tertutup?
alas tidur mereka kardus-kardus bekas
atapnya langit luas
mereka terbangun saat matahari pertama kali menyengat tubuhnya
ada pula yang terbangun karena azan subuh yang membisingkan kesunyian
sebagian ada yang terbangun lantaran suara pemilik toko yang bersiap untuk kembali berjualan
pemilik toko itu pun juga harus berikhtiar mencari rezeki
ia berpenghasilan harian
tak bisa makan jika di rumah seharian
apalagi kalau harus bertahan di rumah selama dua mingguan
lebih-lebih berbulan-bulan
lalu,
manusia gerobak itu bangun
menghadapi dunia lagi
mencari apa pun yang bisa dicari
menjual apa saja yang dapat dijual
mereka tak peduli sama sekali oleh apa pun juga
yang terpenting hari ini bisa makan
menyambung hidup
mereka entah mandi di mana
mungkin di masjid-masjid pinggir jalan atau musala di dalam komplek dan perumahan
sembari melaksanakan salat berjamaah
atau mereka menumpang mandi di rumah ibadah yang lain
di gereja
pura
atau vihara
bagi mereka Tuhan segalanya
mengunjungi rumah-Nya adalah anugerah yang patut disyukuri
disanalah akan ada nikmat yang tersuguh sepanjang hari
manusia gerobak yang saban hari kulihat di tengah kota itu tak pernah berpangku tangan
mereka selalu berupaya dengan penuh sungguh tanpa berharap belas-kasihan dari pejabat pemerintahan
sakitnya tak ditanggung BPJS
bahkan mereka tak paham siapa kepala daerahnya
manusia gerobak itu
hari-harinya tak ada sedikit pun waktu untuk mengeluh
mereka tak pernah pula mengritik kerja pemerintah
mereka hidup untuk menghidupi kehidupannya
tanpa sedikit pun mengiba kepada pejabat yang sedang berkuasa
setiap saat mereka bersyukur
atas karunia yang tak terukur
meski ada virus yang menjalar di bumi
mereka tetap yakin tak tertular sama sekali
kalau sakit, obatnya hanya satu: berdoa sungguh-sungguh
yakin mereka, kelompok yang termarjinalkan dan teraniaya akan cepat dikabul doanya
maka sebelum tidur, doa dipanjatkan agar diberi hidup untuk esok hari
saat terbangun hingga menjelang rebah, dimanfaatkan waktu untuk berikhtiar seraya bersyukur tanpa henti
Mahacorona,
aku mohon ampun
jangan kau hinggap di tubuh mereka
tolong beritahu pula kepada semua yang ketakutan atas hadirmu itu: jangan emosian!
0 komentar: