Kamis, 30 Oktober 2014

Negeriku bukan atasnama Agama

Untuk segala keindahan negeriku
Penuh bangga hasrat merasa
Tak pernah ingkari aku
Negeriku yang luar biasa
Leluhur beri waris
Petuah tetua tiada habis
Bahwa Indonesia berjiwa damai
Meski ruah seluruh ramai
Segala macam penuh ragam
Lengkapi anggun menawan
Indonesia adalah rumah tenteram
Dari manusia hingga hewan
Bahwa sungguh Indonesia beragam
Ragam tak berarti seragam
Sebab indah pasti terlihat
Dengan segala perbedaan yang melekat
Namun kini
Atasnama agama
Banyak dosa disini
Singkirkan petuah leluhur lama
Teruntuk kalian yang mengatasnamakan agama
Demi Indonesia aku bersumpah
Takan pernah menemu hasil
Jika tak hargai perbedaan yang meriah ruah
Agama bukan senjata
Agama tak buta
Sebab agama adalah cinta
Menata akhlak agar rapi bertata
Indonesia adalah Darussalam
Indonesia adalah rumah tenteram
Bagi insan yang hargai perbedaan
Semoga Indonesia tak karam
"Menghargai perbedaan, sama dengan menghargai Tuhan."
Bekasi, 30 Oktober 2014
Aru Elgete

Senin, 27 Oktober 2014

Kita dan Tuhan saling mengasihi

Bukan lagi tabu bagiku
Ucap syukur tak berukur
Berkat Tuhan,
Kini rindu seirama
Merdu sekali
Walau sesaat tak terdengar sama
Bahagia tentu sempurna
Dari cinta yang sederhana
Lahirkan haru membiru
Meski rasa awal membaru
Cinta serta Kasih Tuhan berlimpah
Karena itu aku bersumpah
Atasnama segala anugerah
Bahwa cinta adalah Tuhan
Barangsiapa yang mencinta
Sebab Tuhan penuh cinta
Dan kepada Tuhan seluruh cinta
Sampai mati pasti tetap terjaga
Dan teruntuk wanitaku, Amelia
Mari menuju Tuhan
Kasihi Dia
Cintai Dia
Agar Tuhan mengasihi kita
Semoga kita dan Tuhan saling mengasihi

Bekasi, 27 Oktober 2014
Aru Elgete

Terima Kasih Untuk Segala Kasih

Sejak sambut mentari berlari
Ada bahagia tercipta berseri
Tiada lagi perih menari-nari
Indah melulu kita rasa kemari

Dan saat raja siang menghangat
Kita temui Tuhan dalam keindahan Mahadahsyat
Tukar tawa beri canda terikat
Pada seluruh keanggunan Tuhan yang terlihat

Bahkan ketika mahapelita mulai lelah
Masih ceria tiada luka membara
Hilang segala perih memarah
Cipta rindu angan mengulang entahlah

Senja sebagai saksi
Tertemani bianglala yang mengisi
Kita berjanji bukan ilusi
Atasnama rasa yang tak sekadar halusinasi

Rembulan pada permadani malam
Lengkapi segala keanggunan Tuhan
Bersama firman-Nya yang terdendang
Tambah harap semoga tak hilang

Demi segala Kuasa Tuhan
Aku berjanji sedia bertahan
Dalam hangat segala angan
Raih bersama seluruh masa depan

Amelia yang terkasih
Terima Kasih atas segala kasih
Harapku tiada luka tersisih
Semoga tak percuma seluruh benih


Bekasi, 26 Oktober 2014


Aru Elgete

Jumat, 24 Oktober 2014

Amelia, Jangan Enggan Menuju Tuhan!

Amelia, Jangan Enggan Menuju Tuhan!
Walau tak berikat kita
Namun rasa merekat indah tertata
Bertukar tawa berseri-seri
Juga lontar duka beri perih
Maaf,
Bukan aku berarti khilaf
Mungkin ada makna dalam semua
Atau Tuhan sedang berkata
Segala hidup pasti uji takan tiada
Jika mampu kita hadapi
Lebih hebat kita dari kini
Semoga Tuhan merestui
Kita mencinta hingga nanti
Sore itu
Beratap senja merah merekah
Ada amarah tertumpah
Dan...
Ya, aku salah!!
Amelia yang sudah tak maya
Maaf aku beri luka dalam kita
Coba lekat pada Yang Kuat
Agar semua tak tampak pekat
Amelia yang bukan ilusi
Dari segenap aksara puisi
Aku mencintamu
Dengan segenap kebodohanku
Esok,
Jangan enggan menuju Tuhan
Segerakan waktu untuk bercerita
Semoga kelak beri cara bagi kita
Maknai segala yang Tuhan beri
Bekasi, 24 Oktober 2014
Aru Elgete

Kamis, 23 Oktober 2014

Aku fakir yang selama ini kafir

Aku fakir yang selama ini kafir
Mungkin lelah
Atau bagaimana entah
Saat ini enggan sudah
Menukil seluruh duka yang ada
Hindari berlari mengitari
Kubang kabung yang membumbung
Agar kelak kita menari
Rayakan suka tiada berbendung
Aku fakir
Yang selama ini mungkin kafir
Aku tak miliki apa
Soal setia aku dusta
Semoga ini akhir
Dari segala yang terpikir
Bersamamu aku kelak
Harap tak tinggalkan bercak
Dirimu yang semula maya
Kini hadir beri segala ubah
Demi nanti kita bersama
Lebih baik tentu semoga
Segala doa seluruh amin
Semoga dengar Tuhan disana
Dan beri nikmat teruntuk kita
Sepasang insan yang mencinta
Untuk Amelia tercinta
Resah tak perlu tercipta
Sebab kini aku menata
Rindu-rindu yang semula tiada ada


Bekasi, 23 Oktober 2014

Aru Elgete

Selasa, 21 Oktober 2014

Aku meMELuk Indah Anganmu

Hidupmu penuh harap
Inginkan menuju sampai
Bukan hanya berandai
Sebab senja telah mengintai

Di tua nanti kau berada
Tentu harap sedia ada
Dengan cinta yang sungguh
Bersama hingga rembulan tiada

Aku kini,
Tak takut maut menjemput
Aku bahkan menjemput maut
Demi anganmu yang merajut

Mari berdua lengkapi juang
Agar lusa kita menang
Tiada lagi sesiapa yang menghadang
Dan bukti pasti nyatakan
Aku bukan pecundang!!

Untuk Amelia,
Gadis yang tak lagi maya
Harap kita kini sebaya
Semoga doa teramini semua

Sebab harap kita menang
Dari sini kita saling juang
Untuk Amelia tersayang
Kini,
Aku meMELuk Indah Anganmu



Bekasi, 21 Oktober 2014


Aru Elgete

Semoga Indonesia, Raya...

Semoga Indonesia, Raya...
Indonesia tercinta
Indonesia tiada lagi dimana
Indonesia yang satu adanya
Indonesia semoga baik-baik saja
Negeriku yang baru
Negeriku yang sudah tidak dahulu
Negeriku kini semoga tenteram
Dan tetap terjaga dalam ragam
Saat ini kau sudah baru
Bersama pemimpin yang baru
Semoga segala haru
Buatmu tak tampak keruh
Aku bersumpah
Demi Indonesia yang Raya
Demi Negeriku yang Jaya
Demi Bangsaku yang Mulia
Akan terjaga selalu dihati
Hingga nanti
Tuhan inginkan aku mati
Dan tertimbun tanahmu
Terkubur dalam pelukmu
Siapa tak suka pemimpinmu
Sila pergi dengan lekas
Sebab ditangan pemimpinmu
Dirimu yang Raya lantas bergegas
Harapku hanya satu
Tenteram hidup tiada deru
Genggam erat dalam beda
Namun sama kita bertuju
Indonesia yang Satu
Indonesia yang Baru
Indonesia yang Haru-biru
Bersama pemimpin yang baru
Kami percayakan Indonesia kepada Bapak Joko Widodo dan Bapak Jusuf Kalla. Agar Indonesia, Raya....


Bekasi, 20 Oktober 2014

Aru Elgete

Minggu, 19 Oktober 2014

Puisi di penghujung kota Bekasi

Puisi di penghujung kota Bekasi
Di ranjang senja kala itu
Kita nikmati suka
Serta mereka yang tertawa
Gelorakan cita bersama
Sore itu
Di penghujung kota Bekasi
Aku bersaksi
Selain dirimu
Tiada lagi wanita di hati
Puisi yang terlantun itu
Adalah bukti segalaku
Bahwa kau inginku
Meski ada malu di raut wajahmu
Kini,
Saat itu telah berlalu
Kelam hari sudah mewaktu
Dan kau?
Iya, kau.
Ah... Sudahlah
Bukan enggan inginmu
Aku tahu
Aku pula yakini
Kau adalah kita dan Tuhan
Suatu nanti
Amelia yang tersayang
Saat ini tiada apa diantara kita
Kau ingin aku bertahan
Dan aku berangan bersama disana
Untuk kini
Biar waktu berjalan
Hadapi segala rintang
Tantang segala hadang
Tak gentar kian berkobar
Semoga Tuhan beri sabar
Penuh bukti seluruh ucap
Kan terlihat dalam pekat
Dalam rasa yang melulu sedap
Aku dan kau,
Ya, aku dan kau,
Kita terikat
Oleh ikrar selamanya
Untuk Amelia,
Tunggu aku disana
Jangan kemana
Hingga aku buktikan segala
Pada dunia tentunya
Semoga kita, Tuhan beri "iya"

Cibitung, 17 Oktober 2014
Aru Elgete

Kamis, 16 Oktober 2014

Ketuhanan Yang Maha k'ESA'h

Ketuhanan Yang Maha k'ESA'h
Negeriku sayang
Negeriku malang
Kau ku sayang
Namun kau malang
Aku hirup udaramu
Sejuk rasa bagiku
Penuh indah berbangga
Untukmu negeriku
Katanya kau berketuhanan
Katanya kau berkemanusiaan
Namun sungguh
Kebiadaban yang tersuguh
Kakiku kaku berjibaku
Saat lihat kau kini
Buatku enggan melenggang langkah
Tapi ini rupamu yang entahlah
Pancasila dasarmu
Namun resah aku lelah
Lihat keluh penuh kesah
Seakan kau tiada berarah
Seharusnya
Ketuhanan juga kemanusiaan
Berjalan beriringan
Entahlah, mungkin kini hanya angan
Bagiku,
Tuhan satu
Dia tiada dua
Dan Dia tak perlu dibela
Tapi kini??
Silamu yang pertama
Sudah hilang arah
Entahlah
Jerit derita tertumpah
Hanya sebab perbedaan yang meruah
Namun inilah engkau yang sungguh
Negeriku yang teguh
Dan saat ini,
Aku sedia nikmati
Ketuhanan Yang Maha k'ESA'h
Kemanusiaan yang hilang sudah
Penuh seluruh sungguh antah berantah
Negeriku sayang
Negeriku malang
Kau malang
Dan selalu tersayang

Bekasi, 16 Oktober 2014
Aru Elgete

Minggu, 12 Oktober 2014

Wanita itu rembulan

Wanita itu rembulan
Di pelataran malam itu
Ternaungi sejuk udara
Berpeluk mesra dengan sejuta ceria
Saling canda indah sudah
Kecewa tentu ada
Pada setiap canda
Namun itulah dunia
Semua lengkap ada
Ada satu yang memesona
Senyum indah merona
Buat aku tak lagi merana
Oleh cinta yang entah kemana
Seketika hilang melayang
Derita hati sebab ilusi
Tak lagi aku meradang
Karena rasa yang berhalang
Dia rembulan
Indah tak keruan
Dan aku tak tahan
Menahan laju rasa yang ber angan
Wanita itu
Ternamai rembulan olehku
Sebab senyum malam itu
Benar indah bagiku
Serupa rembulan yang hampir penuh
Wanita itu
Bernama REMBULAN!! :))

Bekasi, 12 Oktober 2014
Tentang semalam, kita bermalam di Wanayasa, Purwakarta.
Aru Elgete

Kamis, 09 Oktober 2014

Mahacinta hanya cintai cinta

Mahacinta hanya cintai cinta
Meski tiada kunjung rupa dan raga
Walau ragu kerap membelenggu
Sekalipun tak terlihat entah kemana
Aku yakini Mahacinta memang ada
Seluruh Kasih untuk semua
Segala Cinta untuk kita
Dari Mahacinta
Sang Penguasa semesta
Dalam dunia
Ada banyak cerita
Oleh mereka
Yang selalu teriakan nama-Nya
Juga ada pula
Mereka yang seakan gila
Memilih jalan sunyi gulita
Demi mencumbu Mahacinta
Aku kini mengerti
Mahacinta hanya mencintai cinta
Mencintai mereka yang mencintai cinta
Dan Mahacinta sungguh penuh cinta
Namun satu yang tak dicinta
Adalah mereka yang tak mencintai cinta
Mereka yang tak mengerti cinta
Bahwa cinta cerminan dari Mahacinta
Simbol kebesaran-Nya
Bukan bentuk kesombongan manusia
Tak perlu dihadapkan ke muka
Sebab Mahacinta terpelihara dalam dada
Barangsiapa yang mencinta Mahacinta
Ia pasti mencintai cinta
Ia tentu tak tebar malapetaka
Atasnama apapun
Termasuk Agama!!!
Bekasi, 8 Oktober 2014
Aru Elgete

Selasa, 07 Oktober 2014

Indonesia 'masih' kenthir

Indonesia 'masih' kenthir
Tuhan,
Kami hidup di atas tanah
Serta hirup udara yang ramah
Dalam bangsa yang... Ah entahlah
Katanya bangsa kami tiada dua
Berpondasikan moral juga akhlak
Nyatanya semua berbeda
Bangsa kami mulai terkoyak
Pancasila yang leluhur kami adakan
Kini larut dalam udara kehancuran
Tiap-tiap butir yang bergulir
Kini diam bahkan tak lagi mengalir
Di dalamnya ada nama-Mu
Ketuhanan Yang Maha Esa katanya
Tapi sebab faham tak sama
Mereka hancurkan semua
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Mereka pembela Tuhan katanya
Namun laku sungguh biadab
Karena perbedaan
Hancur sudah kemanusiaan
Padahal kita harus junjung
Persatuan Indonesia
Sebab dengan itu kita agung
Kalau rukun dalam bersama
Bilamana mereka tahu
Bahwa Engkau Mahakasih
Maka takan ada terpecah
Bahkan tumpah darah atasnama Agama
Dalam bangsa yang penuh ragam
Dan jika mereka tahu
Yang Engkau ingin manusia tenteram
Pada dunia yang beragam
Tentu indah kami bersatu
Persatuan Indonesia tercipta
Kalau tebar Kasih Tuhan
Dan menjunjung tinggi Kemanusiaan
Jaminan aman untuk semesta
Teruntuk wakil kami di senayan
Mohon aku kepada-Mu, Tuhan
Sembuhkan mereka dari kesesatan
Agar rakyat tetap berdaulat
Belum 2 dekade kami bebas
Dari cengkeram tirani kuasa
Kini kami kembali dipaksa
Ikuti ingin para perampas
Kami jelata namun tak lagi buta
Kini kami mahir membaca
Sejarah kelam tentang Indonesia
Jangan remehkan kami
Dan anggap kami tak bisa apa-apa
Suatu nanti
Kalau amarah mulai memerah
Takan mampu lagi terbendung
Sebab ditangan kami
Semua bisa terjadi
Tuhan,
Bantu kami
Agar Indonesia tetap bertahan
Bahkan maju
Menggapai mimpi
Yang sejak dulu tak berujung tepi
Kami ingin keadilan Sosial
Bagi rakyat Indonesia
Seluruhnya
Bukan sebagian
Apalagi segelintir
Semoga Indonesia tak lagi kenthir
Bekasi, 7 Oktober 2014
Aru Elgete

Amelia bukan fiksi, diksi, tema puisi, atau ilusi

Amelia bukan fiksi, diksi, tema puisi, atau ilusi
Aku terhujani tanya
Oleh mereka yang menyana
Tentang rupa Amelia
Apa dan siapa dia
Mereka penuh terka
Menduga-duga segala rasa
Gerangan apa aku untuknya
Seakan semua aku sandiwara
Di kota Jakarta kala itu
Bercanda ria tepiskan pilu
Meski baru aku tahu
Tempiaskan gemercik rasa yang terlalu
Serawan harapan aku menduga
Hadiah Tuhan Amelia mungkin saja
Aku rasakan indah rasanya
Dalam keramaian kota Jakarta
Amelia bukan fiksi
Bukan pula diksi
Atau sekedar tema puisi
Bahkan sebatas ilusi
Amelia itu ada
Wanita yang sesakkan dada
Sebab rindu kian mengada-ada
Walau bagaimana Amelia disana
Aku kini entahlah
Tuhan semoga tak salah
Beri aku petunjuk arah
Dalam resah seluruh kesah
Aku tahu
Tak mampu aku tahu
Kuasa Tuhan yang indah itu
Cukup menunggu aku
Hingga Tuhan ketuk palu
Untukku
Untuk Amelia yang tersuguh
Oleh Tuhan
Dari Tuhan
Untuk aku dan Amelia
Semoga saja
Tuhan tetap dalam kita
Duhai Amelia
Si Gadis Maya
Bekasi, 6 Oktober 2014
Aru Elgete

Minggu, 05 Oktober 2014

Amelia, Aku menggilaimu dengan gila

Amelia, Aku menggilaimu dengan gila
Sebab aku yang biasa
Dan Tuhan pemilik kuasa
Aku hanya penerka-nerka
Karena hanya itu yang aku bisa
Meski Tuhan entah dimana
Aku tetap yakini Dia ada
Bersemayam di dalam dada
Tadah hamba seluruh pendoa
Tuhan Mahadekat
Sangat dekat melekat
Di sepertiga malam yang pekat
Penuh harap pendosa terlaknat
Aku hanya pendoa
Juga pendosa tiada dua
Inginkan harap lekas melahap
Walau akhirnya tak lagi sedap
Amelia yang entah siapa
Dia angan inginku
Pada Tuhan hanya meminta
Agar bersama kelak disana
Amelia yang entah dimana
Aku masih saja gila
Tetap menggila
Mungkin selamanya gila
Amelia yang entah apa
Katamu cinta itu menerima
Bukan memberi
Sila kau terima
Sebab aku siap memberi
Ini bukan aksara serapah
Bukan puisi sebatas ilusi
Juga sajak yang berarak
Apalagi omong kosong melompong
Kalau dunia bukan tempatnya
Aku harap disana kita bersama
Di keabadian tempat Tuhan menatap kita
Bersama disana kita selamanya
Sebab cintaku adalah cinta-Nya
Aku yang masih ragu
Dimana Tuhan berada
Tapi yakin aku
Tuhan ada dalam kita
Amelia
Dalam aksara ini
Ada doa yang tersuguh
Serta harap berlabuh
Di sepertiga malam nanti
Pada setiap butir-butir tasbih
Terucap namamu walau lirih
Semoga harap tak lantas memipih
Amelia
Aku masih saja gila
Menggilaimu dengan gila
Aku gila
Masih tetap gila
Semoga Amelia menjadi nyata :)
Bekasi, 5 Oktober 2014
Aru Elgete

Sabtu, 04 Oktober 2014

Amelia, Aku ini siapamu?

Amelia, Aku ini siapamu?
Aku ini siapamu?
Tiada apa aku untukmu
Sebab sungguh aku biasa
Namun inilah aku dengan keakuanku
Aku ini siapamu?
Belum lama kita menemu
Tapi kini aku adalah pengagummu
Dalam diam yang sebenarnya malu-malu
Aku ini siapamu?
Tak pantas aku menanti
Apalagi harap penuh suatu nanti
Cukuplah aku mengagumimu dalam hati
Aku ini siapamu?
Segala aku tak bisa
Mungkin aku cukup mendoa
Agar dirimu bahagia
Walau entah dengan siapa
Aku ini siapamu?
Takan berhak aku disampingmu
Aku gila
Gila sudah
Sudah gila
Ya, aku tergila-gila denganmu; AMELIA.....
Bekasi, 4 Oktober 2014
Aru Elgete

Jumat, 03 Oktober 2014

Amelia si Gadis Maya

Amelia si Gadis Maya
Masih tentang Dara bernama Amelia
Si gadis maya yang masih tak nyata
Berharap aku kita mencinta
Dalam selaksa rindu yang lantas bertahta
Terlalu cepat kini
Jika ungkap tebarkan rasa
Sebab aku hanya biasa
Dan kini masih teramat dini
Aku ingin mencari Tuhan
Sebelum semua terungkapkan
Jumpa dengan Tuhan
Adalah asa yang tak terdefinisikan
Amelia masih maya
Temu rindu kini menyana
Namun entah siapa dia
Karena harap ingin aku kesana
Buat nyata ke'maya'annya
Hanya Tuhan tempat bertahan
Juga menahan hasrat tertanam
Ketika Tuhan yang teringat
Tentu Amelia kian melekat
Amelia dan Tuhan
Saat ini adalah teman
Dalam segala pencarian
Pada tiap-tiap butir tasbih yang terpilin
Aku, Amelia, dan Tuhan
Semoga bahagia tetap ada
Aku dan Amelia lekas nyata
Dan Tuhan tersenyum mesra untuk kita
Semoga Tuhan dan Amelia
Segera temu saling jamu
Dan tiada lagi semu jemu
Pada akhirnya kita memadu rindu
AMELIA............
Bekasi, 3 Oktober 2012
Aru Elgete

Amelia, Aku gila

Amelia, Aku gila
Bersama nafas yang mulai terengah
Aku berlari capai usaha tanpa lengah
Lengah pasrah hampir sudah
Namun esok semoga lebih indah
Aku mulai merasa
Dengan rasa penuh asa
Tapi aku tak kuasa
Sebab aku hanya manusia sungguh biasa
Aku masih berlari
Mencoba sempat mengitari
Dalam naungan mentari
Lantas nyaris tiada daya aku berdiri
Siang itu
Kala itu
Saat semesta membisu
Tak berdiam aku membatu
Aku mengejar cinta
Murni dari segala nestapa
Sebab aku mengejar cinta
Lelah tentu pasti membasah
Dara itu bernama Amelia
Tuhan indah pasti cipta-Nya
Aku menanti Tuhan beri
Agar senja segala rupa lekas hampiri
Mungkin aku gila
Ya, gila
Dan akan masih gila
Jika Tuhan tak membela
Tuhan,
Selama ini aku mencari-Mu
Walau hingga titik jenuh
Maksud hati  meraih cinta seluruh sungguh
Aku ingin berangan
Suatu nanti entah kapan
Kita bertemu dan saling bertatapan
Agar Amelia aku temukan
Dara itu bernama Amelia
Sebab Tuhan aku mencari
Tentu aku semakin gila
Mencari cinta dengan berlari
Amelia Dara itu
Aku ingin Tuhan bersama
Dalam kita
Ya, dalam kita yang mencinta
Amelia
Aku gila
Semakin gila
Dan akan tetap gila
Jika tiada Tuhan yang cinta-Nya menggila
AMELIA..............

Bekasi, 2 Oktober 2014
Aru Elgete