Selasa, 06 Juni 2023

6 Juni Ke-29





Hari ini adalah 6 Juni ke-29 bagi saya. Bersyukur, karena masih diberi kesempatan untuk menjalani hari-hari sebagai manusia. Saya berkali-kali mungkin hampir mati, tetapi Tuhan selalu menyelamatkan dengan caranya sendiri. 


Sejak 6 Juni ke-28, setahun lalu, sudah terlampau banyak nikmat yang kucecap. Kalau dihitung-hitung, saya tentu tak bisa, tetapi mengingat berbagai hal yang mengesankan, jelas bisa. 


Saya masih ingat betul peristiwa yang terjadi pada Juni tahun kemarin. Saya merasakan tubuh ini tak layak disebut tubuh. Rasanya berat sekali. Dada terasa sakit untuk sekali-dua kali bernapas. 


Lalu saya dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan dari dokter. Mulanya, saya didiagnosis mengidap penyakit tifus atau demam tifoid. Sebuah penyakit bakteri yang menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi atau kontak dekat.


Namun setelah di-rontgen, pada hari ketiga di rumah sakit, dokter memberi kabar bahwa ada bakteri yang menyerang bagian paru-paru saya. Ya, Juni tahun lalu saya terjangkit Tuberculosis atau TBC, salah satu penyakit mematikan di dunia yang menjadi endemi di negeri ini. 


Lalu saya harus minum obat selama 6 bulan, tak boleh lewat sedikit pun. Hari-hari saya penuh dengan ketakutan apabila sehari saja tak minum obat. Sejak itu–meski bukan satu-satunya penyebab—saya memutuskan untuk tidak lagi menjadi perokok aktif-berat. 


–––––––––––––––––––––––––––––––


Saat dalam masa-masa mengonsumsi obat itu, sebenarnya saya tengah merencanakan pernikahan dengan perempuan yang saya cintai sejak 2018 silam, dialah Dwi Mustikawati. Perempuan tangguh—seperti ibuku—yang menjadi 'alarm' bagi kesehatan dan seluruh proses pencapaian sampai hari ini.


Saban pagi, dia selalu mengingatkan untuk tidak lupa minum obat, membuatkanku sarapan dan teh manis hangat. Saya sangat bahagia meski hanya sesederhana itu.  


Lalu tibalah waktunya. Pada 8 Oktober 2022 atau tepat 12 Rabiul Awal 1444, saya menikah dengan perempuan pilihan saya itu. Inilah babak baru dalam kehidupan saya. Saya akan hidup selamanya bersama seorang putri dari orang tua yang mengikhlaskannya untuk hidup bersama saya. 


Tak lama setelah menikah atau hanya sekitar dua pekan, kami berpindah rumah. Kami tidak tinggal serumah lagi dengan orang tua. Ini sudah menjadi kesepakatan kami berdua sejak beberapa tahun sebelum nikah. 


Di tempat yang baru, kami beradaptasi dengan lingkungan baru. Kami menjadi warga baru yang harus bisa berbaur dengan masyarakat sekitar. Meski kami sama-sama sibuk, tetapi komunikasi dengan tetangga tetap terjaga, walau hanya sekadar bertegur sapa basa-basi.


Di rumah yang baru ini, seluruh rahasia dan permasalahan hidup tertumpahkan. Hanya kami yang tahu, dibahas, dan dipecahkan bersama-sama. Saban hari, kami tertawa dan menangis bersama, meratapi dan menikmati hidup.


Saya tak pernah merasa menyesal untuk hal itu. Hari-hari menjadi penuh sukacita dan optimisme terhadap masa depan yang sudah sejak lama diangankan. 


–––––––––––––––––––––––––––––––


Pada 6 Juni ke-29 ini, beberapa ambisi, pengharapan, target-target, dan mimpi-mimpi telah terwujud. Tetapi sebagai makhluk yang terus bergerak, tentu saja saya masih punya banyak mimpi dan target untuk dicapai di kemudian hari.


Di usia yang hampir 'kepala tiga' ini, saya juga sudah banyak belajar untuk meredam ego, melumpuhkan amarah, dan mengesampingkan gengsi. Semua itu berkat istriku yang menjadi 'pelindung' atas berbagai keburukan yang berpotensi merusak.  


Kami berdua juga saling mengingatkan agar jangan iri dengan pencapaian orang lain. Sebab semua orang memiliki tahap dan perjuangannya masing-masing. Saya juga kerap mengingatkan agar kebersyukuran atas pencapaian hari ini tidak dibarengi dengan melihat kesusahan orang lain. Bersyukur atas kesusahan orang lain, bagi saya, adalah perbuatan zalim.


Semua berjalan seperti air. Sejak mengenal istriku pada 2018 silam, saat dia baru lulus sekolah menengah atas, sampai hari ini atau hampir satu tahun menikah, dia tetap tak berubah. Dia selalu menjadi penyemangat hidup saya, bahkan membantuku untuk terus bangkit dan berkembang. 


6 Juni ke-29 ini, kebahagiaanku membuncah. Entah pada Juni-Juni berikutnya. Semoga saja masih sama. Wallahua'lam...