Selasa, 06 Juni 2023

6 Juni Ke-29





Hari ini adalah 6 Juni ke-29 bagi saya. Bersyukur, karena masih diberi kesempatan untuk menjalani hari-hari sebagai manusia. Saya berkali-kali mungkin hampir mati, tetapi Tuhan selalu menyelamatkan dengan caranya sendiri. 


Sejak 6 Juni ke-28, setahun lalu, sudah terlampau banyak nikmat yang kucecap. Kalau dihitung-hitung, saya tentu tak bisa, tetapi mengingat berbagai hal yang mengesankan, jelas bisa. 


Saya masih ingat betul peristiwa yang terjadi pada Juni tahun kemarin. Saya merasakan tubuh ini tak layak disebut tubuh. Rasanya berat sekali. Dada terasa sakit untuk sekali-dua kali bernapas. 


Lalu saya dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan dari dokter. Mulanya, saya didiagnosis mengidap penyakit tifus atau demam tifoid. Sebuah penyakit bakteri yang menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi atau kontak dekat.


Namun setelah di-rontgen, pada hari ketiga di rumah sakit, dokter memberi kabar bahwa ada bakteri yang menyerang bagian paru-paru saya. Ya, Juni tahun lalu saya terjangkit Tuberculosis atau TBC, salah satu penyakit mematikan di dunia yang menjadi endemi di negeri ini. 


Lalu saya harus minum obat selama 6 bulan, tak boleh lewat sedikit pun. Hari-hari saya penuh dengan ketakutan apabila sehari saja tak minum obat. Sejak itu–meski bukan satu-satunya penyebab—saya memutuskan untuk tidak lagi menjadi perokok aktif-berat. 


–––––––––––––––––––––––––––––––


Saat dalam masa-masa mengonsumsi obat itu, sebenarnya saya tengah merencanakan pernikahan dengan perempuan yang saya cintai sejak 2018 silam, dialah Dwi Mustikawati. Perempuan tangguh—seperti ibuku—yang menjadi 'alarm' bagi kesehatan dan seluruh proses pencapaian sampai hari ini.


Saban pagi, dia selalu mengingatkan untuk tidak lupa minum obat, membuatkanku sarapan dan teh manis hangat. Saya sangat bahagia meski hanya sesederhana itu.  


Lalu tibalah waktunya. Pada 8 Oktober 2022 atau tepat 12 Rabiul Awal 1444, saya menikah dengan perempuan pilihan saya itu. Inilah babak baru dalam kehidupan saya. Saya akan hidup selamanya bersama seorang putri dari orang tua yang mengikhlaskannya untuk hidup bersama saya. 


Tak lama setelah menikah atau hanya sekitar dua pekan, kami berpindah rumah. Kami tidak tinggal serumah lagi dengan orang tua. Ini sudah menjadi kesepakatan kami berdua sejak beberapa tahun sebelum nikah. 


Di tempat yang baru, kami beradaptasi dengan lingkungan baru. Kami menjadi warga baru yang harus bisa berbaur dengan masyarakat sekitar. Meski kami sama-sama sibuk, tetapi komunikasi dengan tetangga tetap terjaga, walau hanya sekadar bertegur sapa basa-basi.


Di rumah yang baru ini, seluruh rahasia dan permasalahan hidup tertumpahkan. Hanya kami yang tahu, dibahas, dan dipecahkan bersama-sama. Saban hari, kami tertawa dan menangis bersama, meratapi dan menikmati hidup.


Saya tak pernah merasa menyesal untuk hal itu. Hari-hari menjadi penuh sukacita dan optimisme terhadap masa depan yang sudah sejak lama diangankan. 


–––––––––––––––––––––––––––––––


Pada 6 Juni ke-29 ini, beberapa ambisi, pengharapan, target-target, dan mimpi-mimpi telah terwujud. Tetapi sebagai makhluk yang terus bergerak, tentu saja saya masih punya banyak mimpi dan target untuk dicapai di kemudian hari.


Di usia yang hampir 'kepala tiga' ini, saya juga sudah banyak belajar untuk meredam ego, melumpuhkan amarah, dan mengesampingkan gengsi. Semua itu berkat istriku yang menjadi 'pelindung' atas berbagai keburukan yang berpotensi merusak.  


Kami berdua juga saling mengingatkan agar jangan iri dengan pencapaian orang lain. Sebab semua orang memiliki tahap dan perjuangannya masing-masing. Saya juga kerap mengingatkan agar kebersyukuran atas pencapaian hari ini tidak dibarengi dengan melihat kesusahan orang lain. Bersyukur atas kesusahan orang lain, bagi saya, adalah perbuatan zalim.


Semua berjalan seperti air. Sejak mengenal istriku pada 2018 silam, saat dia baru lulus sekolah menengah atas, sampai hari ini atau hampir satu tahun menikah, dia tetap tak berubah. Dia selalu menjadi penyemangat hidup saya, bahkan membantuku untuk terus bangkit dan berkembang. 


6 Juni ke-29 ini, kebahagiaanku membuncah. Entah pada Juni-Juni berikutnya. Semoga saja masih sama. Wallahua'lam...

Jumat, 16 September 2022

Ini Kronologi Lengkap Masalah Eko Kuntadhi: Unggah Video Ning Imaz hingga Minta Maaf ke Lirboyo


Sumber foto: twitter Serambi Lirboyo


Masalah pegiat media sosial Eko Kuntadhi yang dinilai menghina pendakwah NU dari Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra karena mengunggah potongan video bertuliskan kata-kata kasar, akhirnya selesai. 


Eko Kuntadhi bersedia meminta maaf dengan datang langsung ke Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, pada Kamis (15/9/2022). Pertemuan itu berakhir dengan damai. Pihak Pesantren Lirboyo pun menerima permohonan maaf Eko Kuntadhi. 


Berikut kronologi lengkap masalah Eko Kuntadhi yang berhasil saya rangkum sebagai Jurnalis NU Online, dari awal hingga berakhir damai di Pesantren Lirboyo:


Senin, 12 September 2022


Eko Kuntadhi mengunggah potongan video Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra yang di dalamnya dibubuhi kata-kata kasar, pada Senin (12/9/2022) malam, pukul 22.51 WIB. Tulisan di dalam video itu cukup kasar, yakni 'tolol tingkat kadrun' dan 'hidup kok cuma mimpi selangkangan'. Eko mengunggah video tersebut dengan menambahkan keterangan tulisan, 'jadi bidadari itu bukan perempuan?'


Kemudian banyak teman dan kerabat yang menghubungi Eko Kuntadhi bahwa orang yang ada dalam video tersebut adalah putri kiai dari Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur dan istri dari Pengasuh Pesantren Manba'ul Hikmah Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, Gus Rifqil Muslim Suyuti. 


Kecaman pun datang dari berbagai pihak, termasuk Rais Syuriyah PCINU Australia-New Zealand KH Nadirsyah Hosen dan suami Ning Imaz, Gus Rifqil Muslim. Warganet kemudian ramai-ramai menyerang twitter Eko Kuntadhi. 


Selasa, 13 September 2022


Lalu pada Selasa (13/9/2022) pagi, Eko Kuntadhi menghapus unggahan itu tanpa permintaan maaf. Kemudian banyak kalangan menganggap Eko sudah menghina ulama perempuan muda NU itu. Setelah postingan itu dihapus, tangkapan layar dari unggahan Eko pun tersebar di media sosial. 


Selasa malam, Gus Rifqil Muslim baru menyadari bahwa istrinya menjadi korban perundungan dari Eko Kuntadhi dan beberapa akun anonim twitter lainnya, seperti @jagalkadrun1312. 


Sebagai suami, Gus Rifqil mengaku emosi dan marah, tetapi berhasil diredam oleh kesabaran dan ketenangan Ning Imaz dengan berkata bahwa hal tersebut merupakan risiko berdakwah di media sosial. 


Di twitter, Gus Rifqil me-mention Eko Kuntadhi dan jagalkadrun1312. Dia menanyakan apakah keduanya telah menyaksikan video lengkap penjelasan Ning Imaz di NU Online? Gus Rifqil menuturkan bahwa Ning Imaz sedang menjelaskan tentang Surat Al Imran ayat 14 tafsir Ibnu Katsir.


Gus Rifqil kemudian mengajak Eko Kuntadhi dan jagalkadrun1312 untuk kopdar. Walhasil, melalui Guntur Romli, Gus Rifqil akhirnya bisa berkomunikasi dengan Eko dan ada kesepakatan untuk bertemu di Lirboyo, pada Kamis (15/9/2022), demi menyelesaikan masalah tersebut.


Rabu, 14 September 2022


Isu ini semakin memanas. Bahkan, Ning Imaz sempat menduduki peringkat teratas atau trending topic di twitter. Topik lain yang menjadi perbincangan hangat di twitter adalah tentang Eko Kuntadhi dan Ngaku2 NU. 


Semua pihak menyerang Eko Kuntadhi dan jagalkadrun1312 serta mendesak keduanya minta maaf. Warganet beramai-ramai memberi dukungan kepada Ning Imaz untuk tak lelah berdakwah di media sosial. 


Di hari yang sama, Ning Imaz mengabarkan bahwa Eko Kuntadhi akan meminta maaf langsung ke Lirboyo, pada Kamis. Eko Kuntadhi akan diperhadapkan kepada para kiai dan masyayikh Pondok Lirboyo. Eko pun menyanggupi dan menghubungi banyak media, termasuk NU Online, untuk mengabarkan tentang keberangkatannya ke Lirboyo.


Dia bilang telah memesan tiket pesawat dari Jakarta tujuan Surabaya dengan keberangkatan pukul 12.00 WIB. Tiba di Surabaya pukul 14.00 WIB dan melanjutkan perjalanan ke Lirboyo dengan perkiraan waktu akan tiba pukul 17.00 WIB.


Tak hanya itu, Eko juga menyampaikan permohonan maaf melalui saluran media-media. Dia mengaku kurang teliti, tidak cermat, dan hanya bercanda saat mengunggah potongan video Ning Imaz itu. Bahkan, Eko pun mengaku bukan pembuat tulisan kasar yang terdapat dalam video tersebut. Dia mendapatkan video itu dari sebaran yang sudah masif di media sosial, di twitter dan grup-grup whatsapp.


Di satu sisi, Ning Imaz membuat cuitan di twitter. Dia menyindir Eko bahwa kalau hendak meminta maaf bukanlah kepada dirinya, tetapi ke Imam Ibnu Katsir dan umat Islam se-Indonesia yang sakit hati karena agamanya dihina-hina. Ning Imaz juga menyadarkan Eko bahwa jangan menyampaikan sesuatu yang bukan pada ranahnya. Mengkritik keilmuan harus dengan ilmu dan etika. 


Kamis, 15 September 2022


Akhirnya, Eko Kuntadhi menepati janjinya untuk datang ke Lirboyo dengan tujuan menyampaikan permohonan maaf. Dia tiba di Lirboyo pukul 17.05 WIB bersama Guntur Romli. Dia diterima oleh keluarga besar Lirboyo dan melakukan pertemuan di Auditorium Yayasan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.


Dia menyampaikan maaf langsung kepada Ning Imaz, Gus Rifqil Muslim, dan keluarga besar pesantren Lirboyo. Selain itu, pertemuan tersebut berakhir damai dan menghasilkan enam poin kesepakatan bersama. 


Setelah satu jam pertemuan, pihak Lirboyo bersama Eko, Gus Rifqil, dan Ning Imaz menggelar konferensi pers. Masing-masing menyampaikan pernyataan. 


Ning Imaz mengatakan bahwa secara pribadi, dirinya memaafkan Eko Kuntadhi. Sebab hal itulah yang memang diteladani dari para kiai dan masyayikh Lirboyo. Namun, Ning Imaz mengingatkan agar siapa pun mampu mengambil pelajaran dari masalah ini, terutama untuk lebih berhati-hati serta bijak dalam bersikap dan bertindak.


Dia juga meminta semua pihak untuk mampu menghargai keyakinan orang lain terhadap pemahaman keagamaan yang diyakini. Selain itu, Ning Imaz mengingatkan bahwa tidak perlu mengomentari sesuatu hal yang tidak pada ranahnya.


Salah satu Pengasuh Lirboyo, KH Abdul Muid Shohib atau Gus Muid meminta semua pihak, seperti followers Ning Imaz di media sosial hingga para alumni dan santri Lirboyo untuk juga memaafkan Eko Kuntadhi. Sebab, Eko telah meminta maaf, mengakui kesalahan dan menyesali perbuatannya, serta berjanji akan mempertanggungjawabkan efek yang ditimbulkan akibat ulah yang diperbuat. 


Gus Rifqil Muslim juga bersedia memaafkan Eko Kuntadhi. Penerimaan maaf itu tak lain karena dia mencontoh teladan para kiai yang mampu memaafkan ketika dihina, di antaranya KH Maimoen Zubair dan KH Ahmad Mustofa Bisri. 


Eko Kuntadhi pun menyampaikan terima kasih kepada keluarga besar Lirboyo karena telah memaafkannya. Dia merasa takjub dengan keramahan keluarga besar Lirboyo yang mau menerima orang bersalah seperti dirinya. Dia berjanji dan mengimbau kepada siapa pun agar bijak dalam bermedia sosial, serta mengutamakan prinsip 'saring sebelum sharing (menyebar berita/konten). 


Sebagai informasi, potongan video Ning Imaz itu merupakan konten yang telah diunggah di Instagram dan TikTok NU Online, dengan judul thumbnail 'Lelaki di Surga Dapat Bidadari, Wanita Dapat Apa?'


Video penuh Ning Imaz itu terdapat di Kanal Youtube NU Online dengan judul 'Menikah Itu Enak'. Di dalam konten ini, Ning Imaz bersama Gus Rifqil Muslim berupaya menjawab pertanyaan seputar keagamaan yang dilontarkan warganet. 


Berikut ini saya tampilkan beberapa artikel yang saya produksi di NU Online terkait masalah Eko Kuntadhi dan Ning Imaz Lirboyo:


1. Eko Kuntadhi Hina Ning Imaz Lirboyo di Twitter

https://nu.or.id/post/read/138746/pegiat-medsos-eko-kuntadhi-hina-ning-imaz-lirboyo-di-twitter


2. Ning Imaz: Eko Kuntadhi akan Minta Maaf Secara Langsung ke Lirboyo

https://www.nu.or.id/nasional/ning-imaz-eko-kuntadhi-akan-minta-maaf-secara-langsung-ke-lirboyo-UIGy3


3. Selain Eko Kuntadhi, Ini Akun Twitter yang Juga Hina Ning Imaz lalu Minta Maaf

https://www.nu.or.id/nasional/selain-eko-kuntadhi-ini-akun-twitter-yang-juga-hina-ning-imaz-lalu-minta-maaf-bEWGN


4. Eko Kuntadhi Akui Kurang Teliti Sebar Video Ning Imaz, Besok ke Lirboyo Minta Maaf

https://www.nu.or.id/nasional/eko-kuntadhi-akui-kurang-teliti-sebar-video-ning-imaz-besok-ke-lirboyo-minta-maaf-ra4IQ


5. Ning Imaz Tegaskan Kritik Keilmuan Harus Konstruktif dan Pakai Etika

https://www.nu.or.id/daerah/ning-imaz-tegaskan-kritik-keilmuan-harus-konstruktif-dan-pakai-etika-p40Vz


6. Soal Kasus Eko Kuntadhi Hina Ning Imaz, Gus Yusuf: Hormati Perbedaan dan Bijak Bermedsos

https://www.nu.or.id/nasional/soal-kasus-eko-kuntadhi-hina-ning-imaz-gus-yusuf-hormati-perbedaan-dan-bijak-bermedsos-bgbJx


7. Eko Kuntadhi ke Lirboyo Hari Ini, Gus Rifqil: Awak Media Dipersilakan jika Mau Datang

https://www.nu.or.id/nasional/eko-kuntadhi-ke-lirboyo-hari-ini-gus-rifqil-awak-media-dipersilakan-jika-mau-datang-W6UW7


8. Maafkan Eko Kuntadhi, Ning Imaz: Keyakinan terhadap Agama Harus Dihargai

https://www.nu.or.id/nasional/maafkan-eko-kuntadhi-ning-imaz-keyakinan-terhadap-agama-harus-dihargai-6EJYG


9. Maafnya Diterima, Eko Kuntadhi Merasa Takjub dengan Keramahan Keluarga Pesantren Lirboyo

https://www.nu.or.id/nasional/maafnya-diterima-eko-kuntadhi-merasa-takjub-dengan-keramahan-keluarga-pesantren-lirboyo-RSc1g


10. Soal Eko Kuntadhi, Pesantren Lirboyo Dorong Seluruh Pihak Ikuti Ajaran Para Kiai, Memaafkan

https://www.nu.or.id/nasional/soal-eko-kuntadhi-pesantren-lirboyo-dorong-seluruh-pihak-ikuti-ajaran-para-kiai-memaafkan-RPHTP


11. Teladani Para Kiai, Gus Rifqil Tetap Gunakan Akal Sehat soal Eko Kuntadhi

https://www.nu.or.id/daerah/teladani-para-kiai-gus-rifqil-tetap-gunakan-akal-sehat-soal-eko-kuntadhi-0MzjW

Kamis, 15 September 2022

Sejak Hina Ning Imaz, Eko Kuntadhi Puasa Nge-Tweet Hingga Lebih dari Dua Hari

 

Eko Kuntadhi. Sumber foto: Kumparan


Pegiat media sosial Eko Kuntadhi mengunggah potongan video Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra yang di dalamnya dibubuhi kata-kata kasar, pada Senin (12/9/2022) malam, pukul 22.51 WIB. Kemudian banyak teman dan kerabat yang menghubungi Eko bahwa orang yang ada dalam video tersebut adalah putri kiai dari Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. 


Kecaman pun datang dari berbagai pihak, termasuk Rais Syuriyah PCINU Australia-New Zealand KH Nadirsyah Hosen dan suami Ning Imaz, Gus Rifqil Muslim. Warganet ramai-ramai menyerang twitter Eko Kuntadhi. Lalu pada Selasa (13/9/2022), Eko menghapus unggahan itu tanpa permintaan maaf. Banyak kalangan menganggap Eko sudah menghina ulama perempuan muda NU itu.  


Menariknya, sejak mengunggah dan lalu menghapus potongan video Ning Imaz itu dari twitter, Eko Kuntadhi hingga kini 'puasa nge-tweet'.


Kemudian setelah postingan itu dihapus, tangkapan layar dari unggahan Eko pun tersebar di media sosial. Isu ini semakin memanas, pada Rabu (14/9/2022). 


Bahkan, Ning Imaz sempat menduduki peringkat teratas atau trending topic di twitter. Topik lain yang menjadi perbincangan hangat di twitter adalah tentang Eko Kuntadhi dan Ngaku2 NU. Semua pihak menyerang Eko Kuntadhi dan mendesaknya minta maaf sekaligus memberi dukungan kepada Ning Imaz. 


Di hari yang sama, Ning Imaz mengabarkan bahwa Eko Kuntadhi akan meminta maaf langsung ke Lirboyo, pada Kamis (15/9/2022) hari ini. Eko akan diperhadapkan kepada para kiai dan masyayikh Pondok Lirboyo. Eko pun menyanggupi. Dia kemudian menghubungi banyak media, termasuk NU Online, untuk mengabarkan tentang keberangkatannya ke Lirboyo.


Tak hanya itu, Eko juga menyampaikan permohonan maaf melalui saluran media-media. Dia mengaku kurang teliti, tidak cermat, dan hanya bercanda saat mengunggah potongan video Ning Imaz itu. Bahkan, Eko pun mengaku bukan pembuat tulisan kasar yang terdapat dalam video tersebut. Dia mendapatkan video itu dari sebaran yang sudah masif di media sosial, di twitter dan grup-grup media sosial.


Di satu sisi, Ning Imaz mengetweet. Dia menyindir Eko bahwa kalau hendak meminta maaf bukanlah kepada dirinya, tetapi ke Imam Ibnu Katsir dan umat Islam se-Indonesia karena agamanya dihina-hina. Ning Imaz juga menyadarkan Eko bahwa jangan menyampaikan sesuatu yang bukan pada ranahnya. Mengkritik keilmuan harus dengan ilmu dan etika. 


Akhirnya, pada Kamis (16/9/2022) sore hari ini, pukul 17.05 WIB, Eko tiba di Lirboyo bersama kerabatnya, Guntur Romli. Dia menyampaikan maaf langsung kepada Ning Imaz dan keluarga pesantren Lirboyo. Selain itu, terdapat beberapa poin kesepakatan antara Eko Kuntadhi dan pihak pesantren. 


Pantauan saya, Eko Kuntadhi 'puasa nge-tweet' sejak mengunggah video potongan Ning Imaz di twitter. Bahkan, dia juga puasa memosting apa pun di instagram. Pasalnya, di dua platform media sosial itulah Eko mengunggah video yang dinilai menghina Ning Imaz. 


Hingga berita ini ditulis, postingan di media sosial Eko Kuntadhi hanyalah sebuah foto bungkusan makanan bertuliskan dokumen rahasia negara. Postingan ini dibubuhi keterangan tulisan, "Dari pagi beli pecel sampai malam begini belum berani gue buka. Takut kena pasal...."


Postingan itu juga sama seperti yang ada di instagram, diunggah pada Senin (12/9/2022) malam, pukul 23.07 atau beberapa menit setelah Eko mengunggah potongan video Ning Imaz. Tidak ada satu pun postingan terbaru hingga saat ini.


Meski begitu, sudah tidak ada lagi postingan dari Eko Kuntadhi dan Ning Imaz. Namun keduanya tetap menjadi perbincangan hangat di twitter. Hal ini tentu karena kasus Eko Kuntadhi yang dianggap menghina Ning Imaz.


Saat artikel ini ditulis, terdapat 1.110 tweet yang mempercakapkan tentang Eko Kuntadhi. Sementara untuk Ning Imaz, ada 490 tweet yang membincangnya dalam satu jam terakhir. Lalu ada 500 tweet yang membicarakan jagalkadrun1312, sebuah akun anonim yang juga menghina Ning Imaz dengan mengunggah potongan video itu. Namun, akun tersebut kini telah hilang dari twitter. 

Senin, 06 Juni 2022

6 Juni Ke-28: Membangun Harapan-Harapan Besar

 


Foto: Syakir NF 


Di dalam setiap perjalanan hidup ini, saya yakin, kita tidak pernah tahu ihwal apa yang terjadi detik demi detik, menit per menit, hingga bulan ke bulan, bahkan dari tahun ke tahun. 


Juni datang berkali-kali setiap tahunnya. Hari ini, saya genap berusia 28 tahun. Pada 6 Juni Ke-28 tahun ini, saya merasa sudah saatnya untuk mulai menyusun secara serius berbagai rencana ke depan. Inilah waktunya untuk membangun harapan-harapan besar dalam hidup yang selama ini diinginkan. 


Memang harus saya akui, mungkin juga kita semua, bahwa hidup ini selalu mengalir begitu saja. Rencana-rencana yang sudah kita susun, tak jarang harus dihadapkan pada berbagai rintangan yang sangat sulit untuk dilalui. Namun, semua harus dengan sungguh-sungguh bisa kita hadapi dan lewati.


Mulai saat ini, hingga Juni ke-29 dan Juni-Juni selanjutnya, sampai entah kapan, saya selalu memiliki target. Semua target itu adalah harapan-harapan besar yang harus segera diwujudkan. Sebab, saya masih ingat pesan para guru, bahwa hidup kita saat ini harus lebih baik dari sebelumnya. Tidak boleh sama, karena akan membuat kita tak berdaya di hadapan waktu. 


Waktu terus bergulir, tanpa henti, dan tidak ada yang bisa menghentikannya sedetik pun, bahkan memutarnya kembali. Karenanya, mungkin inilah saatnya saya untuk terus membersamai waktu yang diberikan agar tetap mampu berjalan, bahkan berlari mengejar perwujudan target dan harapan-harapan besar yang telah dicanangkan.


Tentu saja, saya tetap berpegang pada prinsip yang selalu ditanamkan oleh guru-guru saya, termasuk kedua orang tua di rumah. Mereka mengajarkan kepada saya untuk tidak menjadi penjilat bagi orang lain. Lebih dalam lagi, haram hukumnya untuk mengekor pada orang lain. Sebab itu akan menambah beban hidup kita, lantaran bakal terhitung sebagai utang budi. Bagi guru-guru saya itu, berutang budi pada orang lain, akan menambah beban yang tak berkesudahan. 


Utang budi cukup kepada orang tua dan guru-guru yang telah berjasa, dengan tanpa pamrih, membukakan cakrawala pengetahuan tentang cara menghadapi waktu, hari demi hari. Mereka itulah yang harus selalu kita taati dan ikuti. Sebab berkat mereka, hidup saya, dan mungkin kita, menjadi lebih baik dari hari-hari kemarin. 


Baca Juga: 6 Juni Ke-27


Selain kepada mereka, tidak boleh kita menaruh pengharapan yang besar. Lebih jauh, saya dilarang untuk bergantung kepada orang yang punya kepentingan politis, yang hanya akan menguntungkan dirinya dengan memanfaatkan potensi yang saya miliki. Saya punya potensi, tapi saya ingat pesan guru-guru dan orang tua saya, bahwa potensi itu harus ditempatkan pada profesionalitas kerja. 


Sebagai manusia, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad, kita akan mendapatkan gelar sebagai sebaik-baiknya manusia jika mampu memberikan manfaat kepada manusia lain. Namun jika ada, sekali lagi jika ada, orang atau kelompok yang dengan sengaja memanfaatkan potensi yang kita miliki, tetapi diiringi dengan embel-embel khidmah (padahal demi kepentingan politis yang hanya menguntungkan satu pihak), maka orang atau kelompok ini harus segera dijauhi dari kehidupan kita.


Kira-kira begitulah prinsip yang sudah sangat tertanam di dalam jiwa dan pikiran saya. Prinsip ini pula yang akan terus saya bawa hingga bertemu dengan Juni-Juni berikutnya. Dengan kata lain, saya tidak akan mengubah prinsip ini. 


Mewujudkan harapan-harapan besar dengan cita-cita yang saat ini telah menjadi satu target, sungguh tidak mudah. Harapan-harapan besar itu mesti diikuti dengan ikhtiar-ikhtiar dan kerja keras. Saya meyakini hadits Nabi, barangsiapa bersungguh-sungguh maka dia akan memperoleh hasil yang selama ini diinginkan.


Pada 6 Juni ke-28 ini, saya sedang fokus menyusun rencana-rencana. Semoga rencana-rencana ini akan segera terwujud dan memperoleh hasil maksimal. Saya akan buktikan bahwa pada 6 Juni ke-29 tahun depan, rencana-rencana yang saat ini sedang saya susun akan berganti menjadi rencana-rencana lain untuk tahun-tahun berikutnya. 


Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas segala doa dan harapan yang dilangitkan kepada Allah untuk kelancaran hidup saya selama ini. Doa-doa itu adalah semacam stimulus untuk menggedor pintu langit agar segera memberikan jawaban atas berbagai hal yang hendak diwujudkan. Saya sangat merasa tidak bermakna jika tanpa doa-doa itu. Saya pun mendoakan hal sama. 


Semoga pada tahun-tahun berikutnya, hidup kita akan bermakna dan memiliki berbagai perwujudan atas harapan-harapan yang selama ini diinginkan. Aamiin.


Bekasi, 6 Juni 2022

Senin, 18 April 2022

Ramadhan Momentum Temukan Kesejatian Diri dan Tuhan

 

Ilustrasi. Sumber gambar: NU Online


Ramadhan sudah memasuki sepuluh hari kedua. Menjelang akhir-akhir Ramadhan seperti sekarang ini, hendaknya kita jadikan sebagai momentum yang tepat untuk menghiasi hari-hari dengan peningkatan kualitas ibadah untuk bekal sebelas bulan berikutnya.

 

Kita tidak akan bisa membawa bekal terbaik, apabila melewati Ramadhan dengan percuma. Untuk bisa mendapatkan bekal itu, kita perlu melakukan perenungan. Dari situlah, kita akan mengetahui dan menemukan kesejatian diri. Bahkan, kita juga akan menemukan dan merasakan kehadiran Tuhan di dalam diri.

 

Kita perlu menemukan hakikat kesejatian diri, sebelum merasakan kehadiran Tuhan. Siapakah diri kita ini sebenarnya? Jika di mata orang banyak, kita adalah sosok yang memiliki segudang atribusi dan penghormatan, maka bagaimana Allah memandang kita? Kemuliaan di sisi Allah, hanyalah ketakwaan, bukan gelar dan atribusi keduniaan yang fana.

 

Dalam sebuah hadits yang sangat masyhur disebutkan, man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu (barangsiapa yang memahami hakikat kesejatian dirinya maka dia akan memahami Tuhannya). Poin penting dari hadits itu adalah bahwa pemahaman terhadap kesejatian diri menjadi pintu utama untuk memahami Tuhan. (KH Cholil Nafis, Menyingkap Tabir Puasa Ramadhan, 2015).

 

Imam Al-Ghazali mengklasifikasikan manusia ke dalam tiga sifat. Pertama, sifat bahimiyah atau kebinatangan. Binatang memiliki tugas hidup, makan, minum, tidur, berhubungan seks dengan lawan jenisnya, dan bertengkar dengan sesamanya. Tugas-tugas hidup binatang selalu terkait dengan unsur jasmaniah yang dibantu oleh daya instingnya.

 

Jika seseorang dalam kesehariannya hanya mampu melakukan aktivitas sebagaimana yang dilakukan oleh binatang, maka hidupnya tak berbeda sama sekali seperti binatang. Dengan kata lain, tidak memiliki makna apa pun kecuali hanya kesenangan material.

 

Kedua, sifat syaithaniyah (setan). Para ulama menggambarkan setan adalah makhluk yang memiliki pekerjaan sehari-hari dengan menipu, dusta, fitnah, mengadu domba, dan hasad. Jika kebiasaan binatang yang bersifat fisik, maka perilaku setan berada pada wilayah perilaku abstrak non-fisik.

 

Pertanyaan kemudian muncul, apakah kita selama ini telah melakukan atau bahkan membiasakan diri seperti perilaku-perilaku itu? Jika iya, maka kita bisa disebut sebagai orang yang berperilaku seperti setan.

 

Ketiga, sifat malakutiyah (malaikat). Malaikat adalah makhluk Allah yang paling taat. Mereka tidak dikaruniai nafsu. Tugas utama mereka adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Malaikat adalah makhluk spiritual yang terbuat dari unsur-unsur kebaikan.

 

Karena itu, apabila manusia telah mampu bersikap dan berperilaku laksana malaikat maka akan terpancar dalam hidupnya sebagai sosok yang memiliki cahaya kebaikan dan spiritual yang tinggi.

 

Dari ketiga klasifikasi manusia yang digambarkan Imam Ghazali itu, lantas kita masuk ke dalam kategori mana? Dominan sifat kebinatangan, setan, malaikat, atau campuran dari ketiganya? Pertanyaan-pertanyaan ini penting sebagai renungan agar kita mampu menemukan kesejatian diri dan merasakan kehadiran Tuhan di dalam laku keseharian.

 

Psikolog Muslim seperti Ibnu Sina dan Ibnu Miskawaih menyebutkan bahwa di dalam diri manusia terdapat daya-daya jiwa. Setiap hari, daya-daya jiwa itu terus berdinamika untuk saling menguasai. Kekuatan akal, hati, dan nafsu akan saling mempengaruhi sehingga tergambar dalam sikap dan perilaku, termasuk membentuk dalam level keyakinan.

 

Kita, manusia, adalah makhluk Tuhan yang dikaruniai tiga kekuatan yakni akal, hati, dan nafsu. Hendaknya ketiga kekuatan itu kita jadikan sebagai modal penting untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

 

Jika kita bisa memahami hakikat kesejatian diri sekaligus mampu mengendalikan kehendak nafsu yang cenderung pada unsur-unsur material (kejahatan atau kemaksiatan), maka kita akan menjadi diri yang bersih, suci, serta mampu teraktualisasi dalam sikap dan perilaku terpuji.

 

Kiai Cholil Nafis dalam buku Menyingkap Tabir Puasa Ramadhan (2015) mengungkapkan bahwa cara yang paling tepat untuk menemukan kesejatian diri dan Tuhan adalah saat seseorang mampu merenungi daya jiwa dalam keheningan. Lebih-lebih merenungi itu semua pada bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.