Jumat, 23 Mei 2014

aku yang kini

aku yang kini
AKU YANG KINI

Aku tak pernah meminta
Tak pernah jua ingin
Aku pula tak berpesan
Untuk menjadi aku yang kini

Ayah bilang;
Aku harus beriman,
Pada Tuhan, RasulNya dan Ulil Amri
Ulil Amri yang seperti apa?

Tuhaaaaaan,
Aku malu pada semua
Kini,
Segala tak aku percaya

Ulil Amri yang mana lagi, Tuhan?
Aku yang kini
Telah enggan percaya
Pada sesiapa yang menista

Biar aku tak beriman
Biar saja aku durhaka
Aku rela tak beragama
Asal hidup tak penuh kecewa

Untuk apa membawa agama?
Mencaci atasnama Agama
Meneriakan ayat-ayat Tuhan
Kalau laku serupa setan
Untuk apa?

Tuhan,
Andai Muhammad kini datang
Aku curahkan segala
Bahwa aku malu beragama

Aku yang kini
Telah mengerti
Setiap jiwa yang bersimbol agama
Adalah ia yang menista
Namun tentu tak semua

Bertuhan atau tak bertuhan
Beragama atau tak beragama
Bagiku sama saja
Asal tak merugikan sesama

Aku yang kini
Masih beragama
Tetap bertuhan
Namun kini, aku malu
Agama dan Tuhanku telah dirusak
Oleh sebagian manusia yang mendaku beragama!

Agama bukan permainan
Agama bukan ajang mencari untung
Agama adalah pembersih
Untuk jiwa serta hati manusia
Yang menjunjung Cinta Kasih

Aku yang kini,
Telah kecewa
Pada mereka
Yang beragama
Namun hati penuh noda


Aru Elgete

Bekasi, 23 Mei 2014 


Kamis, 22 Mei 2014

Entahlah! Aku Entah

Entahlah! Aku Entah
Entahlah!

Kau dengannya
Aku denganmu
Kini,
Kau dan aku merindu-rindu

Entahlah!
Aku gundah
Ketika gulana mulai resah
Melulu dia yang kau kesah

Kau anggap ini salah
Kau anggap ini tak benar
Entahlah!
Aku entah, siapa yang benar??

Ya muqolibal qulub
Duhai Yang Maha membolak-balikan rasa
Rindu ini milikMu
Cinta ini Engkau yang Kuasai

Aku pasrah
Entahlah!
Pada siapa aku menggaduh
Ah, sesal ini membubuh

Jika bisa terulang waktu
Tentu aku enggan begitu
Entahlah!
Rasa ini terlanjur membatu

Dengan segala entah
Aku enggan menepi
Sebab ini adalah entah
Tak tahu aku bagaimana

Entahlah, Aku entah!



Bekasi, 22 Mei 2014

Selasa, 20 Mei 2014

HANYA SEMENTARA

HANYA SEMENTARA
UNTUK SEMENTARA

Pada malam-malam temaram
Selalu rembulan beri pelita
Dalam sepi yang tak bertata
Mungkin, hanya rembulan teman setia

Hingga pada akhirnya
Aku temui cinta dan rindu
Entah tepat atau keliru
Aku tak tahu
Ini jalan ceritaNya

Kau yang punya cinta namun jauh
Usah resah menggaduh
Aku kan temani hingga nanti
Hanya sementara

Dari kelakar yang membakar jiwa
Ada angan untuk ingin
Menjadi kekasih hati
Meski hanya sementara

Namun kini
Ada beda dari semula
Gejolak dada gemertakan hati
Kala kau menderu rasa yang kau punya

Andai kita tak saling ada
Andai kita tak saling sapa
Andai kita tak saling tatap
Mungkin seluruh deru kan lenyap

Aku yang semula biasa
Takan mungkin bisa semula
Rasa ini sudah erat melekat
Dan tentu kian kuat merekat

Insan yang beragama
Harus 'iya' padaNya
Namun usaha jua harus ada
Lantas beri doa agar indah

Waktu kita 'hanya sementara'
Namun rasa entah bagaimana
Mungkin selamanya
Atau bahkan menerabas hingga Surga


Amiiiinn.


Bekasi, 20 Mei 2014


Minggu, 18 Mei 2014

RINDUKU ENTAH KEMANA

RINDUKU ENTAH KEMANA
Rinduku entah kemana

Semula kau cerita
Berkisah tentang jiwa yang resah
Dan aku serupa relawan kebahagiaan
Temani duka dalam suka

Kini, rerindu tak keruan
Melambai manja pada kesah
Hampir tak bertuan
Rindu ini kian membuncah

Ada sesal namun tak mungkin
Entahlah,
Rindu ini entah kemana
Jatuh tepat dipelukmu
Namun seperti tak berhirau

Aku yang berharap
Pada Tuhan pemilik rasa
Semoga senja tak kelabu
Bersama kita mempesiang rindu

Aku penuh harap
Agar senja saling menyapa
Dalam gulita gemerlap
Kita bersama dan tiada yang lain

Aku merindumu
Kau merindunya
Rindu ini tak saling sapa
Rindu ini entah kemana

Dalam malam ada doa
Semoga saja segala amin
Untuk Tuhan menjadi saksi
Aku yang menghamba dengan segala ingin

Aku merindumu
Dengan segala harap
Rindu ini entah kemana



Jakarta, 17 Mei 2014

Sabtu, 17 Mei 2014

SENYUM ITU

SENYUM ITU
SENYUM ITU

Tuhan,
Engkau pemilik segala kuasa
Lemah aku setia menghamba
Tiada apa aku untukMu

Tuhan,
Engkau luar biasa
Suguhkan nikmat yang tak biasa
Siang itu
Kala itu
Ada senyum renyahMu yang membias di wajahnya

Tuhan,
Engkau Maha segala
NikmatMu tiada dua
Senyum itu aku suka

Tuhan,
Andai Kau ridhoi aku
Bahagia pasti merekah
Namun aku tak bisa menerka
Hanya berharap berselimut do'a
Semoga ada bahagia di ujung sana.

Tuhan,
Dia bukan milikku
Aku jua bukan miliknya
Tapi aku dan dia milikMu yang saling 'cinta'



Jakarta, 27 April 2014

Kamis, 01 Mei 2014

Dari Cirebon Menuju Jakarta

Dari Cirebon Menuju Jakarta


TEMPAT AKU MENDEWASA

Dalam kelam berselimut temaram
Purnama memeluk malam yang muram
Dengan segenap benderang yang geletarkan hati
Tinggalkan aku akan tempat pendewasa jiwa

Bukan selamanya tak berderak langkah
Kembali menemu perantara Tuhan dan aku
Pada malam-malam yang berkah
Senandung doa bermelodi indah

Takan cukup sang waktu
Untuk definisikan segala yang ter-raih
Atau seberapa ruah upaya cita bercapai
Sungguh! Pada yang mendewasakanku;
Aksara tak mampu tuliskan jasamu
Penuh ikhlas tanpa balas
Selamat Tinggal Buntet, Engkau adalah rindu bagiku



TENTANG SAHABAT

Sepertiga malam dalam naungan purnama
Rangkai kisah sedikit berirama
Canda-tawa pada jiwa melekat
Bersama aku dan sahabat

Samar-samar gempita kota
Hiruk-pikuk dalam gelap di beranda pagi
Berbumbung riang temui Jakarta
Berteman sahabat yang takan pergi

Bersama meraih kemerling gemintang
Lahirkan sejuta kenang yang silang saling
Tak perlu bergeming gamang
Sebab kita setia selagi purnama tak hilang

Teruntuk sahabat;
Jika suatu nanti asa menghujam citamu
Sukacita akan kita agar selalu menemu
Usah gurat asa pada rasa yang semu

Tunggu aku disana;
Tepat diatas hamparan kemilau bebintang
Kita bersama rayakan bahagia
Hingga senja tetap bersama


Pantura, 26 April 2013
Dari Cirebon menuju Jakarta