Kamis, 26 Maret 2020

Menolak Lupa: Garingnya Bercandaan Pejabat Negara Soal Korona



Mengisolasi diri di rumah, sudah entah sejak kapan, tentu saja merupakan hal yang sangat membosankan dan menjenuhkan. Sekalipun diisi dengan aktivitas atau kegiatan bermanfaat seperti membaca buku, untuk seseorang yang senang bertemu dan berdiskusi dengan banyak orang, saya tetap juga merasakan jenuh. 

Dua malam yang lalu, Selasa malam, 24 Maret 2020, saya nekat keluar untuk menghilangkan rasa jenuh. Tapi tentu saja tidak jauh-jauh dari rumah. Sekira jam sepuluh malam, saya ngopi dengan abang saya, Ale Nisfu, di sebuah warung kopi di Jalan Muchtar Tabrani, Kaliabang Nangka, Bekasi Utara. 

Suasana malam itu sungguh sepi, tapi masih ada juga orang-orang yang beraktivitas di luar. Apa mau dikata ngeyel? Entahlah. Saya tidak bisa dan tidak mau menghakimi orang-orang yang tidak mau mengisolasi diri di rumah. Sebab barangkali ada keperluan mendesak sehingga mereka harus pergi atau keluar dari rumah. Ya, seperti saya dan abang saya ini, sekadar ngopi untuk menghilangkan jenuh; sebuah kebutuhan yang sangat mendesak. Hehehehe...

Di tengah obrolan yang sama sekali tidak membahas korona, tetiba ada mobil polisi patroli lewat dengan menyalakan sirine yang sangat mengganggu pendengaran. Berisik sekali. Kemudian ditambah dengan woro-woro dari Pak Polisi menggunakan alat pengeras suara: toa. Siapa pun yang ketika itu sedang asyik ngobrol, saya yakin pasti berhenti dan mengalihkan konsentrasi ke polisi yang lewat itu. 

"Dimohon kepada warga masyarakat Bekasi Utara agar segera masuk ke dalam rumah masing-masing, demi mencegah penularan virus covid-19 yang sudah masuk ke daerah kita. Dimohon kerjasamanya untuk sama-sama mewujudkan program pemerintah, yakni melawan virus corona," demikian imbauan Pak Polisi yang saya masih ingat. 

Orang-orang di sekitar, anehnya, sama sekali tidak ada yang mengindahkan omongan polisi itu tadi. Barangkali masih ada keperluan mendesak lainnya, sehingga orang-orang belum bergegas untuk pulang. Saya pun demikian. Masih ngopi-ngopi santai.

Sesaat setelah, bunyi-bunyian polisi yang berisik itu hilang, saya kembali membuka obrolan dengan tema yang berbeda:

"Mas, gue kalo jadi Jokowi mah asli dah kagak bakalan bisa tidur. Dia pasti lagi mikir gimana caranya ngasih solusi buat keadaan sekarang. Serba salah banget pasti."

"Pemerintah terlalu santai, sih. Awal-awal korona waktu booming di Cina, pemerintah kita malah masih asyik ngomongin soal pariwisata atau investasi, bukannya malah mikirin upaya pencegahan supaya itu virus nggak masuk," timpal abang saya. Dia lalu menyicip kopi yang ada di hadapannya.

Dia melanjutkan, "Ditambah Jokowi ini orang Jawa. Budaya Jawa itu kan hati-hati sekali. Penuh perhitungan yang matang. Terus juga pasti mempertimbangkan bisikan-bisikan yang ada di sekeliling. Itulah yang bikin pemerintah terkesan lamban dalam penanganan korona ini. Jokowi pasti pusing banget."

Demikian obrolan saya mengenai korona dan pemerintah yang sangat lamban. 

Sementara itu, pagi ini, Kamis 26 Maret 2020, saya menemukan sebuah gambar kolase yang beredar. Gambar kolase itu adalah kumpulan tangkapan layar judul berita soal candaan para petinggi negara mengenai korona. Seperti meremehkan. Tidak ada upaya apa pun dalam mencegah. Inilah yang menjadi bukti dari obrolan kami, saya dan abang saya, bahwa pemerintah memang sangat lamban.

*****

Berikut ini adalah kumpulan berita itu.

Pertama, sebuah berita yang ditayangkan di Detikcom pada Senin, 3 Februari 2020 yang berjudul: Rapat di DPR, Ribka Tjiptaning Bercanda Korona 'Komunitas Rondo Mempesona'. 

Anggota Komisi IX Ribka Tjiptaning dari Fraksi PDIP mengikuti rapat penanganan virus corona. Dengan nada santai, Ribka berbicara soal singkatan 'korona' yakni komunitas rondo mempesona yang menurut dia berbahaya.

Hal itu disampaikan Ribka saat rapat kerja (raker) bersama dengan Menkes Terawan Agus Putranto di Kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/2/2020). Ribka awalnya mengatakan virus corona tak bahaya bagi kesehatan dibanding virus MERS dan SARS.

"Itu tadi dijabarkan sama ahli paru itu di Metro TV kalau nggak salah saya lihat. Ini lebih bahaya MERS dan SARS dibanding itu daripada si corona, kecuali komunitas rondo mempesona. Bahaya itu penghuni koronanya itu, sebab hati-hati itu ya kan," kata Ribka. Sejumlah peserta rapat tertawa saat Ribka berbicara.

Rondo merupakan bahasa Jawa yang berarti janda. Ribka mengatakan 'virus korona' ini bahaya bagi para pria yang telah berumah tangga.

"Bapak-bapak kalau kena korona yang itu ngeri kita. Itu korona beneran itu, korona yang membahayakan itu, komunitas rondo mempesona itu," ujarnya.

Usai menjelaskan 'virus korona' yang bahaya, Ribka kembali menyampaikan komentarnya terkait penanganan 238 WNI yang diobservasi di Natuna. Menurutnya, para WNI tersebut terkena musibah dan tak perlu dikucilkan.

"Jadi corona virus ini kita tak perlu bagaimana, jadi saudara-saudara kita di Natuna itu dia sudah datang-disemprot-semprot diperlakukan kayak begitu, dia juga nggak pengin kena musibah itu, tapi ya bagaimana menimpa dia," imbuhnya.

Kedua, CNN Indonesia menayangkan berita berjudul, Mahfud: RI Satu-satunya Negara Besar di Asia Tak Kena Corona. Berita ini tayang pada Jumat, 7 Februari 2020.

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengklaim bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara besar di Asia yang belum memiliki kasus positif virus corona. Sementara negara-negara lain beberapa sudah memiliki kasus positif virus corona.

"Yang ingin saya katakan bahwa sampai saat ini Indonesia itu adalah satu-satunya negara besar di Asia yang tidak punya kasus corona. Virus corona itu tuh ndak ada di Indonesia," kata Mahfud di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (7/2).

Mahfud menegaskan bahwa penduduk Indonesia sejauh ini tak ada yang positif terjangkit virus corona. "Terinfeksi aja di sini tak ada," kata Mahfud.

Mahfud juga menegaskan seluruh WNI yang sudah dievakuasi dari Wuhan, China dalam kondisi sehat. Mereka kini tengah menjalani observasi selama 14 hari di Natuna.

Mahfud menjelaskan observasi itu dilakukan karena mengikuti standarisasi yang diterapkan World Health Organization (WHO) agar tiap negara melakukan observasi masing-masing warga negaranya yang dievakuasi dari Wuhan.

"Bahwa orang yang pulang dari Wuhan itu sedang ada virus Corona maka sebaiknya diobservasi selama 14 hari itu," kata dia.

Setidaknya ada 285 orang yang saat ini masih menjalani observasi di Natuna untuk 14 hari sebagaimana masa inkubasi virus corona. Mereka terdiri dari 237 WNI, 1 WNA, 5 orang tim Kemenlu, 24 tim penjemput, dan 18 kru Batik Air.

Hingga hari ini, mereka sudah tujuh hari menjalani masa observasi sejak tiba di Natuna pada 1 Februari 2020. Menkes Terawan Agus Putranto menyebut 285 orang itu dalam kondisi baik tanpa ada peningkatan suhu tubuh.

Jika tak ada kendala dan tetap sehat, mereka akan dipulangkan ke kediaman masing-masing pekan depan, tepatnya 14 Februari. 

Ketiga, Detikcom menayangkan sebuah berita pada Senin, 10 Februari 2020. Berita itu berjudul, Canda Luhut saat Ditanya Corona Masuk Batam: Mobil?

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sudah enggan bicara banyak soal dampak virus corona. Saat ditanya wartawan, Luhut hanya mengatakan virus corona sudah pergi dari Indonesia.

"Corona? Corona kan sudah pergi," pungkas Luhut di kantornya, Jakarta Pusat, Jakarta, Senin (10/2/2020).

Luhut sempat ditanya soal adanya suspect alias dugaan corona yang menjangkit warga di Batam. Namun Luhut malah menjawabnya dengan candaan, dia menyebut corona sebagai mobil.

"(Corona masuk Batam?) Hah? Mobil Corona?" kata Luhut sambil tersenyum.

Memang corona sendiri bukan cuma nama virus. Pabrikan kendaraan bermotor Toyota memang pernah mengeluarkan mobil dengan nama Corona pada medio 1950-an.

Di Indonesia, mobil Corona sendiri masuk dan dirakit perusahaan lokal pada generasi keempat atau sekitar tahun 1970-an.

Sejak diluncurkan pada tahun 1957 hingga 1986, mobil ini terbilang moncer sebab mampu menjual hingga 5 juta unit mobil secara global. Generasi terakhir mobil Corona yang dijual di Indonesia adalah Corona Absolute, dan sejak tahun 1998 produksi Toyota di Indonesia digantikan oleh Camry.

Kembali ke Luhut, dia juga mengatakan soal imbas corona terhadap pariwisata. Menurutnya memang pariwisata akan menurun, namun pemerintah lewat Kemenparekraf sudah menyiapkan paket wisata domestik, sehingga bisa mengurangi kerugian karena berkurangnya wisatawan asing.

"Berjalannya waktu kita juga bikin dari Kemenpar membuat paket-paket wisata untuk domestik sekarang ini. Mengurangi dampak kerugiannya," ungkap Luhut.

Keempat, CNN Indonesia merilis berita berjudul, Menkes Tantang Harvard Buktikan Virus Corona di Indonesia. Berita ini tayang pada Selasa, 11 Februari 2020.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menantang Universitas Harvard untuk membuktikan langsung hasil riset yang memprediksi virus corona semestinya sudah masuk ke Indonesia.

Terawan berkukuh hingga saat ini belum ada kasus virus corona karena Indonesia telah memiliki alat untuk mendeteksi virus asal China tersebut. 

"Ya Harvard suruh ke sini. Saya suruh buka pintunya untuk melihat. Tidak ada barang yang ditutupi," ujar Terawan di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/2).

Terawan mengklaim proses pemeriksaan terkait virus corona dilakukan dengan ketat dan sesuai standar.

Untuk itu, ia meminta semua pihak mestinya bersyukur karena hingga saat ini belum ada orang terjangkit virus corona di Indonesia. Menurutnya, kondisi itu tak lepas dari doa yang terus dipanjatkan. 

"Perkara Indonesia itu tidak ada (virus corona) ya berkat Yang Maha Kuasa, karena doa kita semua. Kita tidak mengharapkan itu ada. Dan kita terus berdoa mudah-mudahan jangan ada mampir ke Indonesia," katanya. 

Penelitian dari Harvard sebelumnya menyebutkan belum ditemukannya kasus virus Corona di Indonesia karena Indonesia belum mampu mendeteksi virus corona. Sementara di sejumlah negara tetangga telah mendeteksi keberadaan virus tersebut. Keraguan Harvard itu disampaikan oleh tim peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health di Amerika Serikat.

Kelima, Republika Online menerbitkan sebuah berita pada Senin, 17 Februari 2020 berjudul, Kelakar Menhub: Kita Kebal Corona karena Doyan Nasi Kucing.

Menteri Perhubungan (Menhub) RI. Budi Karya Sumadi berkelakar bahwa tidak ditemukannya virus COVID-19 di Indonesia hingga saat ini karena masyarakatnya memiliki kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh itu dimiliki lantaran setiap hari gemar makan nasi kucing.

"Tapi (ini) guyonan sama Pak Presiden ya, insya Allah ya, (virus) COVID-19 tidak masuk ke Indonesia karena setiap hari kita makan nasi kucing, jadi kebal," kata Budi Karya saat menyampaikan pidato ilmiah dalam acara peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik (HPTT) ke-74 di Grha Sabha Pramana, UGM, Yogyakarta, Senin (17/2).

Nasi kucing adalah nasi dengan porsi kecil dan lauk yang sangat sederhana seperti sambal ikan teri, telur, tempe dan beragam variasi lainnya. Nasi yang biasa dibungkus dengan daun pisang ini populer di Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang.

Meski demikian, ia melanjutkan bahwa hingga saat ini faktanya memang belum ada laporan pasien terjangkit virus COVID-19 di Tanah Air. Dengan merujuk laporan Bank Dunia 2020, Budi Karya kemudian menyebutkan bahwa virus yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, China itu menjadi salah satu penyebab ketidakpastian ekonomi global saat ini.

Selain itu, kata dia, gejolak ekonomi global itu masih diperparah dengan perang dagang Amerika Serikat dengan China, konflik di Timur Tengah, hingga keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit.

"Dengan keadaan ini kita harus bangga Indonesia itu tiga tahun berturut-turut growth (pertumbuhan ekonomi)-nya lima persen. Kita nomor dua di dunia setelah China," kata dia.

Sebelumnya, Medical Officer dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk wilayah Indonesia Vinod Kumar Bura mengatakan Indonesia mampu mendeteksi virus novel COVID-19 2019 dengan fasilitas yang memadai dan sesuai dengan standar WHO.

"Mereka (Kementerian Kesehatan RI) baru saja menguji semua spesimen dari 60 kasus dalam beberapa minggu terakhir dan telah mengonfirmasi bahwa tidak satu pun dari kasus itu positif virus corona. Kami sepenuhnya yakin bahwa laboratorium ini mampu untuk mendeteksi virus COVID-19 ini," terang Vinod di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan usai mengunjungi fasilitas deteksi virus di kantor badan itu di Jakarta.

Keenam, CNBC Indonesia menerbitkan berita berjudul, Terawan Bicara Kekuatan Doa yang Bikin RI Bebas Corona. Berita ini kemudian terbit pada Senin, 17 Februari 2020.

Sampai dengan hari ini, belum ada satupun orang di Tanah Air yang positif terjangkit virus corona (Covid-19). Dalam berbagai kesempatan, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengungkapkan hal itu tak lepas dari doa. Hal itu tentu menjadi pertanyaan awak media, tidak terkecuali dalam konferensi pers setelah rapat koordinasi di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Senin (17/2/2020).

Terawan menjelaskan, Indonesia merupakan negara dengan dasar Pancasila. Sila pertama pun berbunyi Ketuhanan yang Yang Maha Esa.

"Apa pun agamanya, selama kita berpegang teguh pada Pancasila, doa itu menjadi hal yang harus utama maka namanya ora et labora. Saya kira itu tetap ada bekerja sambil berdoa dan itu sebuah hal yang sangat mulia," ujar Terawan.

Ia tidak mempermasalahkan apabila ada negara atau pihak lain yang keberatan dengan hal itu. Hal itu merupakan hak bangsa Indonesia untuk mengandalkan yang maha kuasa.

"Selama kita mengandalkan yang maha kuasa ya itulah hasil yang kita dapatkan sekarang. Kenapa malu mengandalkan yang maha kuasa? Aku tanya ganti. Ngapain malu kita andalkan yang maha kuasa? Masa berdoa aja malu. Salahnya sendiri," kata Terawan.

"Orang boleh beragama tapi belum tentu mau berdoa. Itu yang ingin saya tajamkan, satu, efisiensi harus dilakukan berdasarkan rasional ilmu kesehatan pada standar WHO. Yang kedua, yo berdoa. Nek ndak berdoa jangan coba-coba andalkan kekuatan sendiri," lanjutnya.

Berdasarkan data monitoring KSP hingga Senin (17/2/2020) pukul 08.00 WIB, virus corona telah menjangkiti 71.290 orang di seluruh dunia dengan jumlah korban meninggal dunia 1.772 orang. Sementara itu sebanyak 10.893 orang pulih.

Ketujuh, sebuah berita yang ditayangkan oleh Okezone berjudul, Kelakar Bahlil di Depan Hary Tanoe: Virus Korona Tak Masuk Indonesia Karena Izinnya Susah. Berita ini terbit pada Senin, 24 Februari 2020.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut masalah perizinan masih menjadi faktor pertama yang menghambat investasi di Indonesia. Banyak investor yang mengeluh jika perizinan di Indonesia begitu lama dan juga berbelit.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, lamanya proses perizinan di Indonesia bahkan sampai dibuat jokes. Adapun bunyi jokes tersebut menyebut jika alasan virus Korona sulit masuk ke Indonesia karena sulitnya perizinan.

Jokes tersebut dilemparkan Bahlil dalam acara Manager Forum XLIV 'Kebijakan Investasi untuk Mendorong Perekonomian Nasional dan Coorporate Busines'. Dalam acara tersebut dihadiri oleh Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo.

"Sampai katanya virus korona enggak masuk ke Indonesia karena izinnya susah," ujarnya dalam acara Manager Forum MNC Group di Gedung Inews, Jakarta, Senin (24/2/2020)

Bahlil pun mencontohkan jika berbelitnya perizinan adalah terjadi pada proses perizinan yang diajukan PT Vale Indonesia Tbk. Untuk mendapatkan izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) sudah 3,5 tahun tak kunjung rampung.

*****

Setidaknya, obrolan saya dengan abang saya diatas itu terjawab sudah bahwa wajar saja jika saat ini, kasus positif korona meningkat tajam. Bahkan, ada sekitar 100 kasus per hari. Itu yang ketahuan. Berapa yang belum terdeteksi? Saya dan abang saya yakin, kasus positif korona di Indonesia, hingga saat ini, sudah lebih dari 1000. Hanya saja belum terdeteksi.

Lalu, kenapa kok bisa demikian? Semakin hari kian mencekam? Jawabannya adalah karena pembantu-pembantunya Pak Jokowi tidak serius dalam hal mencegah masuknya pandemi ini. Bahkan terkesan meremehkan. Kabinet Indonesia Maju, menurut saya, harus segera direshuffle. Jangan sampai, para 'pelawak' yang garing banget itu terus-terusan jadi menteri atau jadi petinggi negeri.

Kalau anggota DPR, Ribka Tjiptaning itu, wajarlah kalau berpernyataan ngawur begitu. Namanya juga DPR. Maklumin saja. Bagi Gus Dur, DPR itu kan sama dengan TK. Jadi, untuk apa kita ngurusin anak TK? Namanya juga anak-anak. Harap maklum saja.

Terakhir, mari kita doakan Presiden Jokowi semoga diberikan kekuatan atas berbagai cobaan yang sedang menimpa dirinya. Kemarin, 25 Maret 2020, ibunda tercintanya wafat. Ibu Sudjiatmi Notomiharjo adalah kekuatan spiritual yang selama ini dimiliki Joko Widodo. Namun kini, kekuatan itu dicabut oleh Allah. 

Pepatah mengatakan, semakin tinggi pohon maka akan semakin besar tiupan anginnya. Semakin besar iman seseorang kepada Tuhan, akan semakin besar pula cobaan yang diberikan. So, kita dapat melihat seberapa tebal iman dan ketegaran hati seseorang dapat dilihat dari seberapa besar cobaan yang diterimanya. 

Semoga Pak Jokowi senantiasa diberikan kesehatan. Aamiin.  
Previous Post
Next Post

0 komentar: