Jumat, 16 November 2018

Doa Gus Nuril untuk Bangsa Indonesia


Gus Nuril. Sumber gambar: islamindonesia.id

Pada Kamis, 11 November 2018, saya berkesempatan mendengar doa penuh kesejukan dan pengisyafan diri dari seorang kiai nyentrik kepunyaan negeri. Dialah KH Nuril Arifin Husein atau yang akrab disapa Gus Nuril.

Inilah doa yang dilangitkan dan bersama-sama diaminkan agar Allah senantiasa memberikan berbagai kebaikan bagi negeri dan bangsa Indonesia.




Bangsa ini memiliki banyak suku, pulau, dan daerah dengan para ksatria serta patriot yang di dadanya tertempel Garuda Pancasila. Mereka menyadari tinggal di negeri bernama Nuswantara, Jawa Dwipa, Indonesia Raya. 

"Tapi kita masih apes, karena sekian tahun kerap berganti pemimpin dan belum menemukan format yang baku bagaimana mengangkat derajat bangsa Indonesia ini," kata Pengasuh Pondok Pesantren Soko Tunggal, KH Nuril Arifin Husein, di Balai Kartini, Jakarta, pada Kamis (15/11).

Oleh karena itu, ia berharap kepada Allah agar bangsa ini menjadi berkualitas dan bermutu dengan kehadiran Presiden Jokowi Dodo beserta para kstaria dan srikandi yang dengan khidmat menerima wahyu, firman, dan petunjuk Allah. 

"Mudah-mudahan, Allah kuatkan bangsa ini menjadi bangsa yang tangguh. Bersatu dalam satu barisan yang siap menghadapi tantangan, gangguan, ancaman, dan hambatan. Baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam," harap pria yang akrab disapa Gus Nuril ini.

Ia menginsyafi diri bahwa manusia adalah makhluk yang miskin persahabatan, persaudaraan, keberdayaan, ilmu, andap asor. Karenanya, manusia kerap berulah dan menjadi sombong. 

"Semoga Allah menjadikan kita orang yang kaya akan ilmu, harta, persahabatan, pertemanan. Kaya akan sifat andap asor, sopan santun, budi pekerti yang luhur sebagaimana yang telah diteladankan oleh para kstaria Nusantara," ucapnya dengan lirih dan penuh khidmat.

Gus Nuril berharap agar segala macam bala bencana di negeri ini diangkat oleh Allah. Karenanya, ia berdoa sebagaimana Sayyidina Yunus 'alaihissalam berdoa: Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz-dzholimin.

"Barangkali selama ini, ada yang salah dalam gerak perjuangan yang kita lakukan. Kita ini bukanlah orang yang sempurna, bukan bangsa yang sempurna, kami senantiasa bersandarkan pada kalimat Laa ilaaha illalLah," katanya seraya menahan isak tangis haru.

Tapi, lanjut Gus Nuril, orang-orang yang sedang bersama memunajatkan doa kepada Allah itu bukanlah orang yang  dalam bertauhid gemar mengibar-ngibarkan kalimat Allah dalam bentuk bendera.

Di dada orang-orang beriman senantiasa terpatri kalimat tauhid, karena Allah memerintahkan Sayyidina Musa 'alaihissalam: 'Jangan ada Ilah lain di hadapan-Ku'.

"Dan kalimat perintah Allah itu dalam bahasa kita adalah Laa ilaaha illalLah. Kita harus berhadapan dengan saudara kita yang dimanfaatkan oleh kekuatan asing sehingga pangling dengan budayanya sendiri, pangling dan lupa dengan nasihat Bung Karno," katanya.

Bung Karno mengatakan: 'kami besar karena beragama, tapi kami tetap Indonesia'.

Allah yang bisa mengampuni dosa pemimpin-pemimpin kita, maka Gus Nuril meminjam doa Sayyidina Adam, robbanaa anfusana wa illam taghfirlana wa tarhamna lanakunanna minal khosiriin. 

"Semoga Allah mengampuni pemimpin kita. Baik polisi, tentara, maupun presidennya. Rakyatnya, kiainya, dan para pemuka agamanya," kata Gus Nuril seraya menumpahkan tangis yang memecah kesunyian dalam doa-doa yang sedang dimunajatkan untuk bangsa dan negeri ini.
Previous Post
Next Post