Senin, 12 Agustus 2019

[Klarifikasi] Soal Peresmian Gereja Santa Clara, Saya Terkena Hoaks


Sumber: beritasatu.com

Tulisan saya berjudul Gereja Santa Clara, Hari Raya Iduladha, dan Toleransi Kita adalah opini atas berbagai pertanyaan yang muncul dari banyak pihak, terkait peresmian Gereja Santa Clara di Bekasi Utara, pada 11 Agustus 2019 yang bertepatan dengan peringatan Hari Raya Iduladha. 

Namun, saat tulisan itu dimuat di website pribadi dan kemudian saya bagikan ke setiap akun media sosial milik saya, berbagai tanggapan muncul. Terutama pihak yang memberi tahu bahwa berita Walikota Bekasi, Rahmat Effendi, yang lebih memilih datang ke acara peresmian gereja ketimbang Salat Ied adalah kabar bohong alias hoaks. Tentu saja, hal tersebut mengagetkan saya.

Kemudian saya kembali mencari informasi lebih dalam mengenai validitas dan keabsahan berita; mana yang benar. Setelah saya telusuri, ternyata media yang memberitakan kabar bohong itu adalah media abal-abal. Beberapa orang yang menanyakan –sekaligus yang memancing saya untuk menulis opini (tulisan sebelum ini)– rupanya telah 'termakan' hoaks.

Media abal-abal itu bisa diakses diantaranya panjimas, repelita, ngelmu, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu memberitakan atau membuat narasi tanpa wawancara sedikit pun. Pewarta media itu hanya sedikit mengutip pernyataan dari Kepala Dinas Sosial (Kadinsos), Bapak Ahmad Yani, yang menjadi utusan untuk mewakili Walikota Bekasi yang berhalangan hadir di Masjid Agung Al-Barkah.

Setelah itu, mereka menarasikan seolah-olah Walikota Bekasi tidak hadir di Masjid Agung Al-Barkah untuk Salat Ied lantaran menghadiri peresmian Gereja Santa Clara di Bekasi Utara di waktu yang bersamaan. Padahal, acara peresmian dilakukan pada pukul 11.00 WIB. Berbagai tokoh hadir di sana. Beberapa diantaranya adalah Menteri ESDM Ignasius Jonan, Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo, dan Ketua FKUB Kota Bekasi Abdul Manan.

Pukul 08.00 WIB itu adalah waktu untuk pelaksaan ibadah misa. Sedangkan undangan untuk para tokoh agar menghadiri acara peresmian itu pada pukul 11.00 WIB. Nah kemudian, apa yang sedang dipermasalahkan? Semua sudah clear. Bang Pepen pun rupanya melaksanakan Salat Ied di masjid dekat rumahnya di Pekayon, Bekasi Selatan. 

Nah untuk itu, kepada seluruh pihak yang keberatan dengan tulisan sebelumnya yang berjudul, 'Gereja Santa Clara, Hari Raya Iduladha, dan Toleransi Kita', saya mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya karena mungkin saja saya kurang ngopi. Sedangkan tulisan ini adalah bentuk klarifikasi saya atas kecerobohan saya yang tidak terlebih dulu memeriksa keabsahan atau kebenaran suatu berita.

Anggaplah tulisan saya sebelumnya itu, sebagai bukti bahwa kita semua masih menginginkan toleransi antarumat beragama di Kota Bekasi dijunjung setinggi-tingginya. Kita semua, tentu saja, tidak ingin Bekasi menjadi terpecah karena masyarakatnya yang mudah terperdaya oleh berita bohong yang bertebaran di jagat media sosial, sehingga siapa saja dapat terkena dan mempercayai berita bohong itu. 

Kedatangan Walikota Bekasi bisa kita lihat pada tayangan siaran langsung di facebook Keuskupan Agung Jakarta atau klik di sini bahwa Bang Pepen itu hadir saat menit video menunjukkan angka 2.04.07 (dua jam lebih empat menit tujuh detik). Di menit itu, para tokoh undangan baru memasuki ruangan gereja, termasuk Menteri ESDM Iganasius Jonan. 

Tayangan siaran langsung itu dimulai pada pukul 08.29 WIB yang didahului ibadah misa, dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo. Artinya, dua jam setelah itu berarti waktu menunjukkan pukul 10.30 WIB. Itu berarti, acara peresmian gereja dilakukan setelah Salat Ied. Soal ibadah misa yang dilakukan pada pagi pukul 08.29 WIB itu, sungguh tidak mencederai toleransi kita.

Sehingga dengan segala kerendahan hati, saya mengakui kesalahan atas tulisan sebelum ini yang telah saya buat. Bahwa kemudian, ini mesti menjadi pelajaran untuk kita semua, saya secara pribadi, agar tuntas dalam setiap membaca dan mendengar, serta menyerap informasi yang berpotensi menimbulkan konflik. 

Untuk menutup tulisan klarifikasi saya ini, saya ingin mengutip pernyataan Gus Dur yang sangat populer, "Indonesia ada karena perbedaan." Karenanya, mari kita rawat perbedaan dan keragaman di lingkungan masing-masing agar memperkuat jalinan silaturahmi, sehingga kerukunan antarumat beragama tercipta. 

Sekali lagi, saya mohon dibukakan pintu maaf seluas-luasnya. Terima kasih. Wallahua'lam...
Previous Post
Next Post

1 komentar: