Kamis, 08 Agustus 2019

Upaya NU Mengaswajakan Kota Bekasi




Setiap Jumat, pukul 14.00 WIB, GP Ansor Kota Bekasi menggelar diskusi rutin tematik bertajuk, Ansor Bertanya Tokoh Menjawab, di Saung Ansor, Jalan Veteran 22, Margajaya, Bekasi Selatan. 

Besok, 9 Agustus 2019, merupakan pertemuan keenam yang bertema, Upaya NU Mengaswajakan Kota Bekasi dengan mengundang narasumber yang mampu menjabarkan berbagai upaya-upaya itu. Yakni Sekretaris PCNU Kota Bekasi Ustadz Ayi Nurdin.

Tentu saja ini sangat menarik untuk dibahas. Terlebih Kota Bekasi yang sering dikatakan sebagai zona merah, tempat singgah bagi kelompok yang radikal secara pemikiran, esktrem dalam berperilaku, dan siap melakukan teror untuk mengepung Ibukota Jakarta.

Maka pertanyaannya, apakah mereka itu adalah penganut Islam Ahlussunnah wal Jamaah dan dikategorikan sebagai jamaah atau warga NU? Seperti apa kriteria seorang muslim bisa dianggap atau terdeteksi sebagai penganut paham Islam Aswaja dan menjadi bagian dari warga Nahdliyin?

Toh banyak orang yang mengaku sebagai penganut Islam Ahlussunnah wal Jamaah tapi hanya sekadar ikut-ikutan, sehingga mudah terbawa arus yang cenderung berpemikiran atau berperilaku ekstrem. Padahal Aswaja itu punya beberapa ciri; tawassuth, tasamuh, ta'adul, dan tawazun

Begitu pula halnya NU. Hanya lantaran senang dengan tradisi tahlilan, manaqiban, salawatan, dan ziarah kubur dengan mudahnya banyak orang yang mengklaim dan merasa diri sebagai bagian integral dari NU. Padahal untuk ber-NU secara kaffah itu tidak hanya soal amaliyah saja; tetapi juga fikrah, harakah, siyasah, dan ghirah juga harus on the track dengan gerbong ulama NU.

Menjadi aneh, entah lucu atau tidak, saat ada seorang yang mengaku diri sebagai NU, tetapi di waktu yang sama ikut-ikutan mem-bully dan mencerca kiai NU serta perangkat yang ada di dalam NU. Maka seperti itukah warga Nahdliyin yang on the track? Tentu saja, dengan tegas, saya katakan: TIDAK!

Lalu, apa dan bagaimana upaya PCNU Kota Bekasi di bawah kepemimpinan KH Madinah dan Kiai Mir'an, yang didampingi oleh Katib Ustadz Lukman dan Sekretaris Ustadz Ayi Nurdin, dalam mengaswajakan Kota Bekasi? 

Soal kalimat yang dijadikan tema diskusi itu, sesungguhnya merupakan visi NU yang telah dicetuskan pertama kali, kalau tidak salah, sejak MKNU angkatan pertama. Kemudian digunakan untuk tema Konfercab NU pada Desember 2018 lalu. 

Ketika itu, para pengurus memilih diksi yang sangat ciamik, yakni PCNU Kota Bekasi wujudkan Bekasi sebagai Kota Aswaja. Sedangkan tema diskusi yang diangkat oleh GP Ansor Kota Bekasi, besok, adalah Upaya NU Mengaswajakan Kota Bekasi.

Meski dimuat dalam diksi dan kalimat yang berbeda, saya rasa keduanya memiliki tujuan atau maksud yang sama. Yakni sebuah cita-cita mulia agar paham Islam Ahlussunnah wal Jamaah dapat menjadi virus kebaikan untuk menciptakan berbagai kemaslahatan di Bumi Patriot ini.

Maka pertanyaannya adalah, sudah terwujudkah cita-cita itu? Kalau ternyata belum, sudah sejauh mana peran NU Kota Bekasi selama ini?

Mari, ikuti diskusi Ansor Bertanya Tokoh Menjawab bersama Ustadz Ayi Nurdin, membahas tentang upaya NU dalam mengaswajakan Kota Bekasi, yang disiarkan langsung melalui halaman facebook GP Ansor Banser Kota Bekasi, pada Jumat (9/8) pukul 14.00 WIB sampai tuntas. 

Bagaimana?
Previous Post
Next Post

0 komentar: