Kamis, 01 Agustus 2019

Pembubaran FPI Justru Bertentangan dengan Pancasila


Sumber: antarafoto

Akhir-akhir ini, sedang ramai diperbincangkan soal perizinan organisasi massa Islam bernama Front Pembela Islam (FPI). Mereka yang bernaung di dalamnya itu adalah orang-orang yang mengaku sedang berjihad atau bersungguh-sungguh dalam menegakkan amar ma'ruf nahi munkar.

Di jagat media sosial, banyak warganet yang menyuarakan agar FPI lebih baiknya dibubarkan saja, lantaran tindak-tanduknya yang selalu meresahkan masyarakat. Namun, tidak sedikit juga yang teguh pendirian agar izin FPI sebagai ormas Islam di Indonesia diperpanjang. 

Saya, sebagai orang yang tidak sejalan dengan ideologi dan pemikiran FPI, termasuk orang yang tidak sepakat kalau ormas Islam pimpinan Habib Rizieq Shihab itu dibubarkan. Mengapa demikian? Tentu saja, ini menyangkut kemerdekaan kita sebagai bangsa dan negara; yang sebentar lagi, berusia 74 tahun.

Bagi saya, FPI merupakan organisasi yang lahir dari rahim kemerdekaan, sekalipun dalam perjalanannya, ada banyak sekali dosa kemanusiaan yang telah FPI lakukan. Bahkan, tersiar kabar bahwa anggaran dasar dan rumah tangga FPI tidak sama sekali mencantumkan Pancasila sebagai dasar pijakan bagi gerak organisasi.

Kalau ternyata alasan pemerintah (sebagai pengelola negara) membubarkan FPI adalah karena urusan ideologi, maka sesungguhnya pemerintah sudah kalah karena menggunakan tangan kekuasaan untuk memberangus kemerdekaan berserikat bagi warganya. 

Sebab, yang namanya pertandingan atau perlawanan harus dengan seimbang. Maksudnya, pemikiran harus juga dilawan dengan pemikiran, bukan dengan pembubaran. Kalau FPI dibubarkan hanya karena ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, maka jelas negara sudah gagal dalam mendidik atau memberikan pencerahan untuk bangsanya sendiri. 

Kita tahu, negara punya Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), program deradikalisasi yang digalakkan melalui seminar-seminar kebangsaan, dan tentu saja dengan pemberian pemahaman tentang Pancasila yang juga harus sesuai dengan ajaran luhur Pancasila.

Bagaimana mungkin, ada sekelompok masyarakat (yang tergabung dalam FPI), dan anggaplah mereka tidak paham Pancasila, lantas langsung digebuk karena ketidaktahuannya? Mungkinkah hal tersebut berkesesuaian dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila? Saya rasa, tidak.

Kalau hanya berkenaan soal pemikiran FPI yang kontra terhadap Pancasila, kenapa tidak dilawan saja dengan pemikiran juga? Tentu dilawan dengan pemikiran yang kontra-FPI atau pro-Pancasila.

Dalam Al-Quran misalnya, kita diajarkan soal bagaimana menjadikan etika sebagai modal dasar dalam berdakwah sebagaimana yang telah termaktub dalam surat An-Nahl ayat 125.

Ud'u ilaa sabiili rabbika bil hikmah, wal mau-idzhotil hasanah, wa jaadilhum billati hiya ahsan. Kata Allah kepada Nabi Muhammad, "Ajaklah mereka ke jalan Tuhanmu dengan kebijaksaan dan teladan yang baik, serta dengan menggunakan argumentasi yang baik." 

Selain itu, Allah juga memerintahkan Nabi Muhammad agar tetap bersabar menghadapi tindakan ekstremisme yang senantiasa dilakukan oleh musuh-musuhnya. 

Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 159, "Maka berkat rahmat Allah (wahai engkau, Muhammad) berlemah-lembutlah kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkan ampun untuk mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka."

Begitu pula dalam surat Asy-Syuro ayat 40 yang mengisyaratkan bahwa Allah akan mengapresiasi atau memberikan ganjaran yang sangat baik di sisi-Nya, kepada orang-orang yang melawan tindak kejahatan dengan permaafan dan ajakan rekonsiliasi (ishlah), sekalipun balasan setimpal bagi kejahatan adalah kejahatan yang serupa.

Maka itu, biarkanlah FPI tetap hidup dengan izin yang diperpanjang tanpa dibubarkan hanya karena alasan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Ajaklah mereka dengan kelembutan hati dan beri pemahaman kepada mereka tentang wawasan kebangsaan. Kalau negara tidak bisa melakukan hal tersebut, biarkan FPI menjadi ladang dakwah bagi santri Nahdlatul Ulama.

Kita tidak memungkiri bahwa sejarah membuktikan, Indonesia bisa merdeka, salah satunya adalah karena jasa para kiai dan santri dari pesantren yang menjadi basis massa terbesar bagi NU. Siapa yang menyangsikan kontribusi santri beserta kiai terhadap berdirinya negara Indonesia merdeka?

Maka sesungguhnya, FPI itu adalah tantangan bagi kita bersama. Terutama tantangan kemerdekaan kita sebagai sebuah bangsa yang besar. Apakah bersuara lantang karena memiliki pemikiran yang berbeda itu salah? Negara harus menjamin warganya untuk bebas mengemukakan pendapat, bukan? Kalau sudah berbuat kerusakan, silakan ditindak dan dihukum sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, tetapi bukan dengan pembubaran.

Adakan ruang dialog yang terbuka untuk mengemukakan gagasannya masing-masing. Bagi santri NU, berdebat itu hal biasa, kan? Tentu saja mengeluarkan gagasan harus dengan penuh pertanggungjawaban berupa dasar-dasar yang jelas dan valid. Tidak boleh sembarang. Santri NU, sudah diajarkan soal berdebat sejak di pesantren; bahtsul masail namanya.

Kalau memang ingin mencerdaskan bangsanya, memerdekakan kehidupan warga negara, dan menyingkirkan pemikiran dari memberhalakan Pancasila, hendaknya negara memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk dialog lintas pemikiran. Silakan beradu-debat dan negara harus memfasilitasi itu.

Suatu ketika, di masjid dekat rumah saya diadakan sebuah perayaan hari besar Islam dan mendatangkan kiai kampung yang ilmunya sangat luas dan memiliki sikap rendah hati yang luar biasa. Usai ceramah, seorang jamaah ada yang mengajukan sebuah pertanyaan.

"Allah memusnahkan kaum Tsamud, Ad, dan lainnya yang membangkang dan melampaui batas, lalu kenapa Allah membiarkan pada zaman ini kaum-kaum yang keras, yang suka menyalahkan orang seperti FPI. Padahal mereka juga sama-sama Islam?"

Dengan menampilkan senyum dan wajah yang berseri-seri, pak kiai menjawab, "Kalau orang-orang ini, kelompok garis keras atau ekstremis ini dibinasakan dan mereka tidak ada, lalu mana bagian kalian, mana ladang kalian untuk berdakwah, siapa lagi orang-orang yang harus kalian luruskan?"

Maka, saya mengajak kepada seluruh santri NU di mana pun berada untuk sama-sama turun gunung menghadapi gerombolan FPI. Kita harus melakukan perlawanan, tapi tidak dengan benturan fisik, ancaman pembunuhan, teror, bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Melainkan dengan penuh kelembutan dan pencerahan yang baik.

Jadilah manusia merdeka dengan tidak memberangus kemerdekaan orang atau kelompok lain. Kalimat itulah yang harus terus kita suarakan kepada FPI dan juga kepada pemerintah.

Kepada FPI, agar mereka sadar bahwa perbuatannya yang anarkis dan radikal itu sesungguhnya sudah banyak merenggut kemerdekaan orang lain. Kepada pemerintah, agar tidak terjadi pembubaran organisasi karena itu merupakan tindakan yang menghancurkan cita-cita kemerdekaan kita.

Semoga bermanfaat. Wallahua'lam...
Previous Post
Next Post

0 komentar: