Kamis, 16 Mei 2019

Puasa Ramadan Melatih Kepemimpinan


Nyai Shinta Nuriyah memakaikan peci Gus Dur kepada Jokowi
Ramadan sudah memasuki sepuluh hari kedua. Yakni sebuah fase dimana Allah memberikan banyak pengampunan bagi hamba-Nya yang beriman, dan bersungguh-sungguh dalam beribadah serta menyegerakan diri untuk memohon ampunan.

Karena itulah kemudian, menjadi sangat disayangkan jika dalam Ramadan ini masih banyak rasa dengki yang menyelimuti hati. Sebab, Ramadan merupakan salah satu bulan yang diagungkan Allah. Bulan mulia yang penuh keberkahan dan ampunan.

Keindahan Ramadan memiliki makna bagi manusia untuk lebih meningkatkan kondisi spritualitasnya. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Serta mengharap ridha dan ampunan-Nya.

Ramadan menjadi bagian peradaban bagi kehidupan umat Islam di seluruh dunia untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya.

Problematika kehidupan manusia menjadi persoalan yang dapat diminimalisasi dengan segala kegiatan penunjang dalam mengembangkan keimanan kepada-Nya.

Sesunggugnya, puasa diwajibkan kepada umat Islam yang beriman untuk membentuk pribadi yang bertakwa. Baik dalam Al-Quran maupun Hadits sudah banyak tercantum berbagai dalil tentang keutamaan puasa.

Para penceramah pun sudah banyak yang menyampaikan materi tentang keutamaan Ramadan dalam berbagai kesempatan, baik kuliah shubuh, kultum tarawih, dan tulisan di berbagai media, baik cetak maupun elektronik (online). Bahkan tak jarang, dilakukan dengan melakukan livestreaming (siaran langsung) di media sosial. 

Puasa memberikan makna yang dalam bagi kehidupan manusia di penjuru dunia. Puasa seakan-akan memberikan isyarat bagi kita semua bahwa dalam menjalankan kehidupan perlu ada yang mengendalikan, mengingatkan, dan menyadarkan pola pikir serta tingkah laku manusia yang telah dilakukan sebelumnya.

Karena setiap orang yang berpuasa pada Ramadan, esensinya adalah transformasi nilai dan memperbaiki kualitas diri untuk menjadi lebih baik, meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah.

Dalam konteks kepemimpinan, ibadah puasa Ramadan menjadi sarana membentuk kemampuan kepemimpinan untuk mencapai pembaruan terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Hal ini dipandang lebih luas karena nilai-nilai yang terdapat dari Ramadan seperti menumbuhkan kepedulian sosial, mengendalikan diri secara emosional, mematangkan daya pikir intelektual, dan tingkah laku yang proporsional sesungguhnya menjadi hakikat kepemimpinan agar korelasinya antara ibadah dapat tercapai dengan baik.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya dalam tubuh manusia terdapat sebuah daging, jika daging tersebut baik, maka akan baik seluruh tubuhnya, dan jika daging tersebut buruk, maka akan buruk seluruh tubuhnya. Ketahuilah, daging itu bernama hati.” (HR Bukhari dan Muslim).

Puasa Ramadan juga berfungsi sebagai pengendalian keinginan dari makan dan minum, sekaligus memimpin hati agar terhindar dari sifat-sifat buruk seperti riya', sombong, takabur, iri, dan dengki.

Sehingga Rasulullah SAW bersabda, “Banyak orang berpuasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan haus.” (HR Thabrani).

Hal ini disebabkan karena selama berpuasa, manusia kadang tidak pernah menjaga pikiran, perkataan, sikap dan perbuatanya. Dia berpuasa tapi tetap tergoda oleh hawa nafsu dan berbuat zalim terhadap kepentingan sendiri dan kelompoknya.

Bagi seorang pemimpin, puasa menumbuhkan rasa peka, empati dan peduli terhadap keinginan serta harapan masyarakatnya. Dia mampu merasakan  problematika yang terjadi, sehingga seorang pemimpin akan bijak terhadap keputusan yang dijalankan.

Puasa juga menuntun pemimpin untuk mengoreksi dan menilai sejauh mana dia mampu memimpin diri dan masyarakatnya. Selain itu juga sejauh mana pengaruh pemimpin mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat terhadap ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

Sehingga hal tersebut akan berdampak kepada peningkatan kualitas akhlak pemimpin yang dapat dirasakan; bukan untuk dirinya saja melainkan seluruh umat manusia di muka bumi.

Semoga Allah memberikan ridha terhadap niat dan ibadah kita dalam menjalankan puasa di Ramadan kali ini. Semoga kita semua menjadi pemimpin yang dapat menyejukkan, mententramkan, serta menumbuhkan kecintaan dan kasih sayang dalam bingkai kesucian antarumat manusia, agama, bangsa, dan negara.
Previous Post
Next Post

0 komentar: