Selasa, 14 Mei 2019

Hanya Lakukan Provokasi, Dakwah FPI Tidak Qur'ani



Sudah memasuki puasa hari kesembilan. Satu fase di bulan Ramadan akan segera berakhir. Yakni sebuah momentum dimana Allah memberikan rahmat atau kasih sayang-Nya kepada orang-orang beriman yang tekun beribadah. 

Fase kedua nanti, kita masuk ke dalam kubang pengampunan Allah yang Mahakaya. Siapa saja yang tulus dan atas dasar keimanan yang teguh dalam beribadah di bulan suci, maka sudah barang tentu mendapatkan ampunan dari Allah. 

Namun, di musim politik ini, bangsa Indonesia sepertinya agak susah mendapatkan rahmat dan ampunan Allah, walaupun kita tahu kedua pemberian Allah itu hanya Dia yang tahu. Tetapi kan indikasi-indikasinya bisa kita saksikan bersama. 

Pertanyaannya: apakah orang-orang yang gemar mencaci-caci maki, mengujar kebencian, mengajak permusuhan, dan mengancam pembunuhan akan mendapat rahmat dan kasih sayang Allah? Atau bisakah orang-orang yang tidak mampu memberikan maaf dan menyayangi musuh-musuhnya akan diberikan ampunan Allah? Sedangkan dia sendiri tidak bisa 'mengampuni' orang lain. 

Jadi begini...

Hiruk-pikuk politik negeri ini, menjelang pengumuman KPU pada 22 Mei 2019 menjadi sangat terasa hangatnya, bahkan berubah menjadi begitu panas. Hal tersebut diperparah dengan ajakan-ajakan provokatif yang disampaikan oleh Front Pembela Islam (FPI) melalui mulut Provokator Ulung, yakni Yang Mulia Habib Rizieq Shihab. 

People power itu rencananya memang akan dikerahkan untuk melawan 'kezaliman'. Sebab Pilpres tahun ini dirasa ada banyak 'kecurangan'. Tapi hingga detik ini, tidak ada satu pun tuduhan-tuduhan itu diungkapkan berdasarkan data dan fakta. Hanya tuduhan serampangan atau sembarangan saja. Tak lebih. 

Namun kabarnya, Selasa (14 Mei 2019) sore, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi mengadakan pertemuan di Hotel Grand Sahid Jakarta, untuk mengungkap fakta-fakta kecurangan Pilpres 2019.

Silakan diungkap dengan sebenar-benarnya. Kita tunggu hasilnya, apakah kemudian fakta kecurangan yang diungkap itu dilaporkan sehingga melakukan proses sesuai prosedur yang berlaku, sebagaimana aturan yang berlaku di negara demokrasi ini? Entahlah.

Kembali ke people power. Ajakan itu kian masif di media sosial. Sepertinya memang ada pihak yang menyengaja untuk membenturkan sesama anak bangsa. Merekalah sesungguhnya penumpang gelap demokrasi. Ujung-ujungnya, mereka mendoktrin dan memprovokasi umat agar tidak mempercayai segala bentuk sistem yang berlaku di negeri ini. Solusinya? Khilafah! preeett...

Saya tuh gregetan dengan Provokator Habib Rizieq Shihab bersama FPI-nya. Mereka kerap membakar amarah umat sehingga mau turun ke jalan, secara brutal dan urakan --baik verbal maupun nonverbal-- dengan mengatasnamakan jihad. Atau sebutannya: jihad konstitusional. Bohong!

Jihad konstitusional itu adalah menaati segala peraturan konstitusi yang berlaku di negeri ini. Tidak menuduh bahkan cenderung fitnah kepada pemerintahan yang sah, bahwa telah melakukan kezaliman-kezaliman sehingga wajib untuk diperangi. Bulan puasa? Perang namanya. Sebagaimana perang badar serta perang-perang Rasulullah lainnya yang dilakukan di Ramadan, dan Islam pemenangnya. 

Kemudian timbul pertanyaan, apakah FPI dengan propaganda dan provokasinya itu --untuk mengajak turun ke jalan pada 22 Mei-- adalah jihad yang benar-benar mewakili seluruh keresahan umat Islam, sebagaimana ketika di zaman nabi? Jelas tidak, sama sekali. FPI hanya memprovokasi umat agar sama-sama berjihad membela kepentingan pragmatis-politis. 

Jangan mau dibohongi FPI. Karena cara dakwah FPI, terlebih di bulan Ramadan dengan penuh hasud dan dengki, sama sekali tidak mencerminkan dakwah Islam sebagaimana tertuang di dalam Al-Qur'an dan Hadits. Lantas mereka mengikuti siapa? Jawabannya, mengikuti hawa nafsu kepentingan dunia; bukan kepentingan umat Islam.

Sekali lagi, jangan mau dibohongi FPI. 

Dakwah-dakwah mereka sama sekali tidak Qur'ani. Bahkan bertentangan dan bertolak belakang dari laku yang dicontohkan atau diteladankan oleh Nabi Muhammad. Mereka hanya gila kuasa, berambisi besar untuk menguasai negeri ini, dan kemudian melakukan segala sesuatu yang selama ini mereka inginkan. 

Mereka bersama Habib Rizieq Shihab itulah sebenarnya-benarnya penista agama karena selalu membakar amarah umat dan mengajak untuk membenci, bermusuhan, dan membunuh satu sama lain: sesama anak bangsa bahkan sesama ahlul qiblah. Na'uzubillahi min dzalik. 

Dakwah Islam yang sesungguhnya

Bulan Ramadan adalah momentum kita untuk memperbaiki akhlak. Semacam madrasah, agar kita mampu menjadi pembelajar yang sukses pasca-Ramadan. Murid atau pelajar yang sukses bukanlah mereka yang sedang belajar ketika di madrasah, tetapi mereka akan terlihat sukses --atau tidaknya-- yakni ketika telah lulus dari madrasah tempatnya belajar. 

Begitulah sesungguhnya Ramadan. Maka, sungguh aneh jika bulan suci ini justru diisi dengan tindakan inkonstitusional yang mengatasnamakan Islam tetapi sesungguhnya justru sangat bertentangan dengan ajaran-ajarannya.

Seperti itulah FPI. Mereka sesungguhnya yang menjadi benalu demokrasi, yang selalu bertugas mengompor-kompori rakyat agar bergejolak melawan pemerintahan, dengan dalih membela agama. Bohong!

Kepada saudaraku yang berada di FPI, marilah kembali kepada Al-Qur'an. Mari kita kaji bagaimana dakwah yang sesuai dengan kondisi zaman. Sebuah zaman yang sudah tidak ada lagi perang.

Mari mengkaji agar Indonesia menjadi baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur. Bukan justru membuat anak bangsa saling mencaci-maki, memecah-belah, dan memusuhi satu sama lain, hanya karena berbeda pandangan yang tidak sampai melunturkan keimanan kita sebagai muslim.

Dakwah ala Rasulullah itu bukanlah dakwah yang hobinya memecah-belah. Tetapi dakwah yang mampu membersamai orang-orang lemah, kaum yang termarginalkan, dan orang-orang yang terzalimi. Rasulullah adalah orang yang penyayang.

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: Laqod jaa-akum rasuulun min anfusikum 'aziizun 'alaihi maa 'anittum hariishun 'alaikum bil mu'miniina ra-uufun rohiim.

Lalu apakah pemerintahan Joko Widodo ini telah zalim dan keluar dari koridor-koridor keislaman? Saya rasa tidak. Segala sesuatunya bisa diproses secara hukum yang berlaku di negeri demokrasi. Bukan justru dilawan dengan cara-cara brutal yang sangat terstruktur, sistematis, dan masif sebagaimana yang dilakukan FPI untuk mengompori dan memprovokasi umat. 

Lagipula, ini kan hanya persoalan pemilu yang lima tahunan. Kenapa seolah-olah persoalan pemilu ini menjadi persoalan yang kalau tidak diselesaikan, kiamat akan segera tiba? Tunggu saja lima tahun lagi, tarung lagi. Dalam demokrasi, pemilu, menang dan kalah itu biasa. Sangat biasa. Terlebih bagi orang yang sudah biasa menang dan sudah biasa kalah.

Kunci dakwah Islam yang dicontohkan oleh Al-Qur'an adalah mengajak orang-orang ke jalan Allah dengan cara-cara bijaksana dan keteladanan yang patut ditiru. Kemudian kalau memungkinkan untuk beradu argumentasi, maka kemukakanlah dengan santun. 

Ud'u ilaa sabiili rabbika bil hikmah wal mau-idzhotil hasanah wa jaadilhum billati hiya ahsan. Demikian pesan Allah kepada Nabi Muhammad agar kemudian diteruskan kepada umat Islam dalam rangka menjalankan program-program dakwah di muka bumi. 

Artinya, jika pilpres ini dirasa curang haruslah diprotes dengan cara-cara yang Qur'ani seperti itu. Bijaksana, keteladanan, dan cara yang santun. Tidak brutal dan anarkis, baik verbal maupun nonverbal. 

Kemudian Allah juga mengingatkan Rasulullah bahwa tugas dakwah itu hanyalah mengingatkan, bukan menjadi diktator (sebagaimana Soeharto pada masa orde baru). Fadzakkir innamaa anta mudzakkir, lasta ‘alaihim bi mushaitir.

Karena sesungguhnya hanya Allah yang memiliki hak penuh atas keimanan seseorang. Sebagai pendakwah, hendaklah tidak menggunakan cara-cara anarkis dan memaksa dalam upaya memperkenalkan agama Allah. 

Walau syaa-a rabbuka la-amana man fil-ardli kulluhum jamii’an, afaanta tukrihunnaasa hattaa yakuunu mu’miniin.

Sungguh, Allah sebenarnya bisa saja membuat semua orang di muka bumi beriman. Namun apakah kemudian kita akan memaksan orang yang berbeda --pendapat, keyakinan, dan pandangan-- untuk beriman sebagaimana yang sedang kita imani. 

Sebagai agama penyempurna yang telah paripurna, Islam juga mengajarkan tentang bagaimana cara untuk memperlakukan kejahatan dengan proporsional. Berbeda dengan agama-agama sebelumnya, yakni Yahudi dan Nasrani. 

Di dalam agama Yahudi, jika seorang berbuat zalim kepadanya maka haruslah dibalas tuntas seperti perbuatan yang dilakukan kepadanya. Itulah kemudian yang diadopsi ke dalam Islam, sehingga menjadi hukum yang kita kenal: qishos

Sementara di dalam tradisi Nasrani, jika seorang menampar pipi kiri maka wajib diberikan pipi kanan agar ditampar. Artinya, tidak membalas sama sekali. Tetapi justru membiarkan perbuatan zalim itu dilakukan, karena hanya Allah yang Maha Pemberi Pertolongan dan yang akan membalas kezaliman itu. 

Nah, di Islam kita diajarkan pula untuk melawan kejahatan. Bahkan, Islam memberikan dua opsi. Allah berfirman: Wa jazaa-u sayyiatin sayyiatun mitsluha, fa man 'afaa wa ashlaha fa ajruhuu 'alallah, Innallaha laa yuhibbu-dzh dzholimiin

Bahwa balasan untuk perbuatan kejahatan adalah kejahatan yang serupa (qishos), tetapi siapa orang yang mampu memaafkan kejahatan itu dengan tulus maka akan mendapat ganjaran atau apresiasi langsung dari Allah. Karena sesungguhnya Allah tidak suka dengan orang-orang zalim. 

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa cara dakwah yang dilakukan FPI dalam rangka mengajak orang lain ke jalan Allah, sangat bertolang belakang dengan yang termaktub di dalam kitab suci. Saudaraku, Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an, maka mari kita kembali mengkaji Al-Qur'an agar tak salah jalan.

Terakhir, saya tegaskan bahwa dakwah model FPI sangat tidak Qur'ani. FPI hanya bertugas mengadu domba umat agar pecah-belah, saling bermusuhan satu sama lain, dan kemudian ada pertumpahan darah sesama ahlul qiblah. Na'udzubillahi min dzalik. 

Berikut ini contoh provokasi yang disampaikan FPI untuk melakukan people power pada 22 Mei mendatang.






Semoga kita senantiasa diberi rahmat dan ampunan dari Allah. Btw, ada yang mau dibantah?
Previous Post
Next Post

0 komentar: