Sabtu, 20 Oktober 2018

Komentar Mpok Mumun untuk Mahasiswi S3 Anti-Feminisme




Di beranda (facebook) saya dipenuhi poster tentang promosi ceramah seorang perempuan program doktoral yang akan memberikan ceramah tentang anti-feminisme. Ia mengecam feminisme. 

Katanya, feminisme mendorong perempuan untuk berkarir. Sehingga meninggalkan kodratnya sebagai ibu. Ia juga menyebut soal perempuan berkarir demi tujuan materi, agar dapat hidup dengan gaya sosialita.

Ketika sedang asyik membaca poster tersebut, saya dikagetkan oleh Kipli dan Mpok Mumun. Rupanya mereka berdua di belakang sejak tadi sedang memperhatikan apa yang saya baca.

"Itu bener Bang? Seorang mahasiswi doktoral mengkritik feminisme. Anti femisme tapi sedang menempuh doktoral? Membangun pengertian sendiri tentang feminisme, lalu memusuhi sendiri pengertian yang ia buat. Tuh cewek pinter, tapi bego," Ucap Mpok Mumun.

"Sabar, Beb, sabar. Jangan galak-galak. Entar cakepnye ilang," ucap Kipli menenangkan kekasih hatinya.

"Gimana gak kesel. Kuliah S3 tapi isi otaknya SMP. Feminisme itu memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan. Setara dengan laki-laki. Artinya setara sebagai manusia. Ini yang paling fundamental. Di masa Jahiliyah dulu, perempuan dianggap lebih rendah dari laki-laki. Itu anggapan yang dibuat oleh masyarakat, dan dianut juga oleh perempuan. Kemudian Nabi SAW datang mengubah tatanan itu," kata Mpok Mumun.

"Bahkan dalam dunia pendidikan, Nabi SAW dengan tegas bersabda: (menuntut ilmu) wajib bagi muslim laki-laki maupun perempuan. Kalau laki-laki diberi pendidikan, maka perempuan juga berhak atas pendidikan. Zaman Jahiliyyah dulu perempuan tidak boleh berilmu, karena tugasnya cuma mengangkang di atas kasur, goyang-goyang erotis, memasak di dapur, dan mencuci di sumur. Kalau yang bicara itu emak-emak yang tiap hari di rumah sih aye enggak protes. Lah ini mahasiswi S3 tapi mengkritisi feminisme. Apa nggak tolol namanya?" Lanjut Mpok Mumun berapi-api.

"Tuh dengerin Bang Udin. Bebeb aye pinter kan jelasinnya. Walaupun cuma tamatan Aliyah, itu pun berhenti di kelas 2. Tapi aye cinte kok," ucap Kipli sambil mengerlingkan matanya kepada Mpok Mumun. 

"Iyeee, iyeee Pli. Mumun keren. Tapi yang enggakk keren itu elu. Kapan mau nikahin Mumun?" Ucap saya.

"Ah enggak asik lu, Bang. Jurus maut dikeluarin terus. Huuuuu," protes Kipli.


(Penulis: Bahrudin Achmad)
Previous Post
Next Post

0 komentar: