Puasa hari pertama (berdasarkan ketetapan sidang isbat pemerintah dan ikhbar PBNU) telah dilalui. Kita sudah berhasil menahan haus dan lapar serta berbagai perbuatan yang dilarang, dari subuh hingga maghrib.
Semua itu kita lakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Tak lain, lantaran kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini semata-mata hanya untuk mendapat ridha dari Allah, sehingga kita bisa meraih gelar takwa.
Segala hal yang ada di dunia, tidak pernah berlangsung secara sia-sia. Allah sudah menciptakan semuanya dengan sekaligus menyiapkan ganjaran yang setimpal.
Di balik setiap peristiwa, pasti ada hikmah dan pelajaran yang bisa kita serap sebagai pelajaran di masa mendatang atau setidaknya menjadikan diri kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Begitu pula ibadah puasa, yang terdapat banyak sekali hikmah jika kita benar-benar menjalankannya secara total dan sungguh-sungguh.
KH Cholil Nafis
dalam buku Menyingkap Tabir Puasa Ramadhan (2015: 11-14) menuliskan
tujuh hikmah yang bakal didapatkan oleh seorang mukmin saat menjalankan ibadah
puasa. Menurutnya, hikmah itu terkadang bisa dirasionalkan tetapi kadangkala tidak
dapat dijangkau oleh kemampuan akal manusia.
Pertama, puasa dapat mensucikan iiwa untuk
selalu taat kepada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Saat seseorang
melaksanakan ibadah puasa, maka ia telah rela meninggalkan yang halal bagi
dirinya demi menaati perintah Allah.
Rasulullah
bersabda:
والذى نفسي بيده لخلوف فم الصا ئم ثم أطيب عندالله من ريح
المسك إنما يترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي، كل عمل ابن آدم له الا الصيام، والصوم
لي وأنا أجزي
Artinya: “Demi
Dzat yang jiwaku ada pada genggaman-Nya, sungguh aroma mulut orang yang sedang
berpuasa, di sisi Allah, lebih harum daripada semerbak minyak misik. Orang yang
sedang berpuasa telah meninggalkan makanannya, minumannya, dan syahwatnya
karena Allah. Setiap perbuatan anak Adam adalah untuk dirinya sendiri, kecuali
puasa. Sungguh ibadah puasa adalah untuk-Ku dan Aku akan membalasnya.”
Kedua, puasa dapat menjaga dan mengobati
penyakit raga dan jiwa, tetapi lebih utama adalah terapi untuk kesehatan jiwa.
Manusia tercipta dari tanah liat sebagai simbol kehinaan, tetapi juga terdiri
dari ruh yang ditiupkan oleh Allah.
Jika umat
manusia lebih dominan pengaruh tanah liatnya, maka cenderung berbuat yang
rendah dan hina. Demikian pula ketika ruh lebih dominan maka manusia akan
mencapai kemuliaan yang tinggi.
Allah
berfirman dalam QS At-Tin ayat 4-6:
لقد خلقنا الانسان في احسن تقويم، ثم رددناه اسفل سافلين، الا الذين أمنوا وعملوا الصالحات فلهم اجر غير ممنون
Artinya: “Sungguh,
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami
kembalikan dia (manusia) ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh.
Ketiga, puasa dapat melatih keuletan,
kegigihan, dan kesabaran. Tidak ada capaian apa pun oleh seseorang, kecuali
karena kemauannya yang tinggi. Tidak mungkin dapat mencapai cita-cita yang tinggi
tanpa kesabaran dalam meraihnya.
Rasulullah
bersabda:
صوم ثلاثة أيام صوم الدهر كله
Artinya: “Puasa
tiga hari, puasa pada setiap bulan, sama dengan puasa satu tahun.”
Keempat, gejolak
hawa nafsu adalah pendorong seseorang untuk berbuat asusila. Banyak terjadi
kehidupan seks bebas sehingga menimbulkan penyakit menular. Sementara ibadah puasa
telah terbukti menjadi terapi untuk membendung dan mengendalikan gejolak
syahwat. Bahkan ketika seseorang belum mampu menikah maka terapinya adalah
puasa.
Rasulullah
bersabda:
من استطاع منكم الباءه فليتزوج، فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج، ومن لم يستطع فليصم فإنه له وجاء
Artinya: “Barangsiapa
di antara kalian yang sudah mampu maka hendaklah menikah. Jika belum mampu
menikah maka hendaklah berpuasa karena dengan puasa dapat menjadi terapi peredamnya.”
Kelima, puasa dapat mengasah rasa syukur dan
merasakan betapa berharganya karunia nikmat-Nya. Saat orang melaksanakan ibadah
puasa dapat merasakan betapa pedihnya rasa lapar dan haus, sehingga terasa
berharganya nikmat makan dan minum.
Sebab suatu
nikmat akan lebih terasa setelah nikmat itu hilang. Puasa dalam waktu tertentu
dapat merasakan betapa berharga hilangnya nikmat makan, minum, dan syahwat yang
dikaruniakan oleh Allah.
Keenam, puasa yang berlaku umum kepada semua
umat Islam dapat menjadi pelajaran penting betapa semuanya dapat merasakan
kemiskinan dan kekurangan dalam waktu tertentu, meskipun di antara mereka berkecukupan.
Ketujuh, puasa dapat mengangkat derajat manusia
menuju ketakwaan yang sejati. Sebab saat seseorang berpuasa, sesungguhnya ia
telah melatih organ tubuh dan batinnya untuk meninggalkan perilaku tak terpuji
dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak tercela. Inilah salah satu bentuk
ketakwaan kepada Allah.
Ramadhan
adalah wahana atau arena untuk kita, umat Islam, menjalani diklat (pendidikan
dan pelatihan) agar menjadi manusia seutuhnya. Pelaksanaan ibadah puasa
sesungguhnya dapat meremajakan organ tubuh yang mulai layu dan dapat
mempertebal keimanan, sehingga mudah menggapai predikat orang yang bertakwa.
0 komentar: