Minggu, 10 April 2022

Tradisi Bukber, Sebuah Upaya Rekatkan Persaudaraan Kemanusiaan

 

Ilustrasi. Sumber: NU Online


Salah satu tradisi masyarakat Muslim Indonesia, terutama penduduk Muslim urban di perkotaan, di dalam menjalankan puasa Ramadhan adalah buka bersama (bukber). Tradisi ini menarik, karena di dalamnya terdapat nilai luhur yakni silaturahmi sebagai upaya merajut kerekatan sosial dan persaudaraan kemanusiaan.

 

Biasanya, bukber ini menjadi ajang reuni. Sahabat-sahabat yang sudah lama tak jumpa, melalui bukber pada Ramadhan ini, menjadi rekat kembali hubungan emosional setelah jarak dan waktu memisahkan.

 

Namun, fenomena bukber ini akan menjadi masalah ketika justru meninggalkan kewajiban shalat maghrib, isya, dan shalat sunnah tarawih. Biasanya, kelompok orang yang menggelar bukber ini menjadi lupa waktu lantaran terlalu asik bertukar informasi, bercanda-ria, dan melepas rindu setelah sekian lama tidak bertemu.

 

Namun, akan berbeda ceritanya jika bukber ini dilaksanakan dengan membawa misi sosial. Misalnya bukber di tempat-tempat panti sosial yang dimaksudkan untuk berbagi rezeki, tali asih, sedekah, serta ikut merasakan kehidupan orang yang kurang beruntung secara ekonomi.

 

Meski acara bukber seperti tradisi yang terjadi pada masyarakat Muslim di Indonesia ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah, tetapi nilai dan spiritnya telah dianjurkan melalui sebuah hadits. Suatu ketika, Nabi pernah menganjurkan kepada para sahabat untuk memberi makan kepada orang yang sedang berpuasa.

 

من فطر فيه صائما كان مغفرة لذنوبه ،  وعتق رقبته من النار ،  وكان له مثل أجره من غير أن ينتقص من أجره شيئ ،  ليس كلنا نجد ما يفطر الصائم!  فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم:  يعطي الله هذا الثواب من فطر صائما على تمرة ،  أو شربة ماء أو مذقة لبن

 

Artinya, “Barangsiapa memberikan makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa maka hal itu dapat menjadi tebusan atas dosa-dosanya dan pembebasan dirinya dari api neraka. Ia juga memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu, tidak berkurang pahalanya sedikit pun.”

 

“Tidak semua dari kami memiliki kemampuan untuk memberikan makan kepada orang yang berpuasa,” kata salah seorang sahabat, menanggapi ucapan Nabi Muhammad tersebut.

 

“Allah telah menyediakan pahala besar untuk kalian. Apakah kalian tidak sanggup menyediakan buka walau hanya sebutir kurma, segelas air putih, atau secangkir susu?” jawab Rasulullah. Setelah itu, Rasulullah menegaskan kepada para sahabat bahwa kepedulian kepada orang yang berpuasa dapat membuat seseorang meraih rahmat dan ampunan dari Allah.

 

Memang, silaturahmi dan ikatan persaudaraan sangat terasa dengan tradisi bukber di bulan Ramadhan karena dapat menghadirkan suasana tenang dan rasa kepedulian terhadap sesama manusia. Terasa tenang karena semua Muslim diwajibkan berpuasa pada hari dan waktu yang sama selama satu bulan penuh.

 

Sementara rasa kepedulian dan persaudaraan juga sangat menyentuh pada Ramadhan, karena pada hakikatnya kita sedang menjalankan terapi diri dan merasakan kepedihan yang dialami oleh orang lain, saudara-saudara kita yang kurang beruntung.

 

Efek sosial dari ibadah puasa adalah merasakan penderitaan orang yang berkekurangan dan kepedihan orang-orang fakir tanpa melalui kata-kata atau wejangan. Namun rasa itu digugah oleh jeritan perut dan bunyi usus.

 

Sebab, seringkali orang yang berkecukupan tidak peduli kepada orang tidak mampu karena mengira semua orang seperti dirinya. Puasa adalah cara Allah untuk menyetarakan dan memaksa umat Islam untuk merasakan pedihnya lapar.

 

Jika puasa dapat membangkitkan persamaan antara semua umat Islam untuk meninggalkan kebutuhan raga selama Ramadhan tentunya dapat mengobati rasa sakit dan putus asa orang-orang yang tidak mampu. Sebab saat itu merasa kedudukan yang sama antara yang kaya dengan yang miskin dalam menggapai ridha Allah. (KH Cholil Nafis, Menyingkap Tabir Puasa Ramadhan, 2015).

 

Puasa dapat melahirkan tenggang rasa antarsesama. Secara nyata dan langsung merasakan segala yang dirasakan oleh orang lain tanpa dibatasi oleh strata atau status sosial. Puasa mencerminkan persatuan umat Islam dengan amal yang dilakukan secara bersama, dengan berpuasa di siang hari dan shalat tarawih berjamaah di malam hari.

 

Kepedihan yang dialami bersama dapat melahirkan kerekatan dan kasih sayang. Berikutnya, kasih sayang itulah yang kelak akan menumbuhkan rasa keadilan.

Previous Post
Next Post

0 komentar: