Salah satu
tradisi masyarakat Muslim Indonesia, terutama penduduk Muslim urban di perkotaan, di dalam menjalankan puasa Ramadhan adalah buka bersama (bukber). Tradisi ini
menarik, karena di dalamnya terdapat nilai luhur yakni silaturahmi sebagai
upaya merajut kerekatan sosial dan persaudaraan kemanusiaan.
Biasanya,
bukber ini menjadi ajang reuni. Sahabat-sahabat yang sudah lama tak jumpa,
melalui bukber pada Ramadhan ini, menjadi rekat kembali hubungan emosional
setelah jarak dan waktu memisahkan.
Namun, fenomena
bukber ini akan menjadi masalah ketika justru meninggalkan kewajiban shalat
maghrib, isya, dan shalat sunnah tarawih. Biasanya, kelompok orang yang
menggelar bukber ini menjadi lupa waktu lantaran terlalu asik bertukar
informasi, bercanda-ria, dan melepas rindu setelah sekian lama tidak bertemu.
Namun, akan
berbeda ceritanya jika bukber ini dilaksanakan dengan membawa misi sosial.
Misalnya bukber di tempat-tempat panti sosial yang dimaksudkan untuk berbagi
rezeki, tali asih, sedekah, serta ikut merasakan kehidupan orang yang kurang
beruntung secara ekonomi.
Meski acara
bukber seperti tradisi yang terjadi pada masyarakat Muslim di Indonesia ini
tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah, tetapi nilai dan spiritnya telah dianjurkan
melalui sebuah hadits. Suatu ketika, Nabi pernah menganjurkan kepada para
sahabat untuk memberi makan kepada orang yang sedang berpuasa.
من فطر فيه صائما كان مغفرة لذنوبه ، وعتق رقبته من النار ، وكان له مثل أجره من غير أن ينتقص من أجره شيئ ، ليس كلنا نجد ما يفطر الصائم! فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يعطي الله هذا الثواب من فطر صائما على تمرة ، أو شربة ماء أو مذقة لبن
Artinya,
“Barangsiapa memberikan makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa maka
hal itu dapat menjadi tebusan atas dosa-dosanya dan pembebasan dirinya dari api
neraka. Ia juga memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu, tidak
berkurang pahalanya sedikit pun.”
“Tidak semua
dari kami memiliki kemampuan untuk memberikan makan kepada orang yang
berpuasa,” kata salah seorang sahabat, menanggapi ucapan Nabi Muhammad
tersebut.
“Allah telah
menyediakan pahala besar untuk kalian. Apakah kalian tidak sanggup menyediakan
buka walau hanya sebutir kurma, segelas air putih, atau secangkir susu?” jawab
Rasulullah. Setelah itu, Rasulullah menegaskan kepada para sahabat bahwa
kepedulian kepada orang yang berpuasa dapat membuat seseorang meraih rahmat dan
ampunan dari Allah.
Memang,
silaturahmi dan ikatan persaudaraan sangat terasa dengan tradisi bukber di
bulan Ramadhan karena dapat menghadirkan suasana tenang dan rasa kepedulian
terhadap sesama manusia. Terasa tenang karena semua Muslim diwajibkan berpuasa
pada hari dan waktu yang sama selama satu bulan penuh.
Sementara
rasa kepedulian dan persaudaraan juga sangat menyentuh pada Ramadhan, karena pada
hakikatnya kita sedang menjalankan terapi diri dan merasakan kepedihan yang
dialami oleh orang lain, saudara-saudara kita yang kurang beruntung.
Efek sosial
dari ibadah puasa adalah merasakan penderitaan orang yang berkekurangan dan
kepedihan orang-orang fakir tanpa melalui kata-kata atau wejangan. Namun rasa
itu digugah oleh jeritan perut dan bunyi usus.
Sebab,
seringkali orang yang berkecukupan tidak peduli kepada orang tidak mampu karena
mengira semua orang seperti dirinya. Puasa adalah cara Allah untuk menyetarakan
dan memaksa umat Islam untuk merasakan pedihnya lapar.
Jika puasa
dapat membangkitkan persamaan antara semua umat Islam untuk meninggalkan kebutuhan
raga selama Ramadhan tentunya dapat mengobati rasa sakit dan putus asa
orang-orang yang tidak mampu. Sebab saat itu merasa kedudukan yang sama antara
yang kaya dengan yang miskin dalam menggapai ridha Allah. (KH Cholil Nafis, Menyingkap
Tabir Puasa Ramadhan, 2015).
Puasa dapat
melahirkan tenggang rasa antarsesama. Secara nyata dan langsung merasakan segala
yang dirasakan oleh orang lain tanpa dibatasi oleh strata atau status sosial.
Puasa mencerminkan persatuan umat Islam dengan amal yang dilakukan secara
bersama, dengan berpuasa di siang hari dan shalat tarawih berjamaah di malam
hari.
Kepedihan yang
dialami bersama dapat melahirkan kerekatan dan kasih sayang. Berikutnya, kasih
sayang itulah yang kelak akan menumbuhkan rasa keadilan.
0 komentar: