Senin, 22 Juli 2019

Saya Tidak Suka FaceApp, Tapi Tidak Bawa-Bawa Agama


Ilustrasi. FaceApp.
Aplikasi FaceApp menarik juga rupanya. Menarik untuk digunakan karena kita bisa tahu wajah ketika nanti sudah tua, atau tampilan saat masih muda. Menarik untuk diulas, baik tulisan atau video, dan kemudian mendatangkan pundi-pundi keuntungan. 

Menarik juga ditarik ke ranah agama dan memenuhi konten media sosial berlabel 'Islam' yang, mohon maaf, beradmin bukan dari latar belakang pondok pesantren. Admin media sosial (sok) Islami itu kemudian menyerang orang-orang yang tidak suka dengan Aplikasi FaceApp dengan dalil-dalil keagamaan. 

Kenapa sih kalian belagu banget, padahal cuma pakai akun anonim? Norak deh. 

Ngeselinnya, akun-akun yang seperti itu digemari kalangan muda yang masih noob banget soal agama. Kemudian terpengaruh dan menganggap para pengguna FaceApp sebagai subjek yang tak paham agama. Allahuakbar. Beragama kok jadi hitam-putih begini di zaman yang serba canggih? Sedih akutu~

Apakah menggunakan Aplikasi FaceApp itu mendahului takdir? Ya enggak juga lah, bro and sis yang dirahmati alam semesta beserta isinya. Apakah Al-Hujurat ayat pertama itu adalah dalil yang pas untuk melarang penggunaan FaceApp? Norak banget cara beragama kalian. 

Kalau cuma ingin ada konten di akun media sosial kalian, bukan begitu caranya. Kalau begitu berarti kalian memanfaatkan sesuatu yang sedang viral demi mendapatkan keuntungan dari akun media sosial. Ya Allaaaaah, norak banget. 

Begini...

Saya memang tidak suka dengan Aplikasi FaceApp, tapi saya tidak bawa-bawa agama dan melarang penggunaannya.

Apakah dengan menggunakan dalil keagamaan dan menafsirkan sesuai akal pikiran berarti sesuai dengan apa yang Allah firmankan?

Paham, gak?

Maksudnya, apakah kalian yakin bahwa penafsiran kalian terhadap teks suci itu sudah sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah? Jangan serampangan lah menafsirkan ayat Al-Quran. 

Sekali lagi, saya tidak suka dengan Aplikasi FaceApp tapi saya tidak bawa-bawa agama untuk melegitimasi ketidaksukaan saya. Cukup dengan argumentasi-argumentasi yang mewakili perasaan saya bahwa pengguna FaceApp itu adalah orang-orang yang menyebalkan. Itu saja.

Baca: FaceApp dan Hal-Hal yang Menyebalkan

Kalau mau menggunakan ayat Al-Quran, tetapi tidak sampai pada pemahaman ilmiah, maka hal itu masuk ke dalam wilayah tadabbur, bukan penafsiran. 

Tadabbur itu ke dalam, bukan ke luar; untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain. Kalau ke luar namanya tafsir, dan kalau menafsirkan berarti harus paham ilmu alat. Bukan hanya sekadar arti leterlek yang ada di dalam Al-Quran terjemahan.

Sampai di sini paham? Paham atau tidak paham, saya akan lanjutkan...

Bro dan sis, negara kita ini bukan Darul Fatwa. Kalau Darul Fatwa berarti membutuhkan seorang Mufti yang benar-benar paham Al-Quran untuk menentukan halal dan haramnya penggunaan sesuatu.

Bahkan, MUI sendiri, kalau pun mengeluarkan penafsiran, itu bukan fatwa namanya. Hanya sebatas seruan yang fatwanya itu bisa kita debat kapan pun dan di mana saja. 

Jadi sudahlah, jangan terlalu serius menanggapi para pengguna FaceApp. Toh, mereka juga hanya untuk bersenang-senang. Terlepas dari selera humor mereka yang rendah, receh, dan tidak bermutu; itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama. 

Terakhir, sekali lagi saya tanya, apakah menggunakan FaceApp berarti sama dengan mendahului takdir yang sudah Allah tentukan? Jawabannya tentu saja tidak. Justru kalian yang melarang penggunaan FaceApp dengan membawa dalil agama, yang sudah sok tahu bahwa Allah bermaksud sama dengan kalian. 

Btw, kok pembahasan tulisan di blog ini jadi serius banget ya? Udahlah~
Previous Post
Next Post

0 komentar: