Selasa, 04 September 2018

Maba Tiba, Kamu Bakal Jadi Senior Macam Apa?


Ini foto dengan gaya ketawa. Ngetawain senior yang belagu.

Mahasiswa baru (selanjutnya ditulis maba), sudah mendarat dengan selamat di kampus-kampus pilihannya. Mereka punya cita-cita yang ingin tercapai dengan ikhtiar dan upaya yang dilakukan semaksimal mungkin. Menjadi sarjana, salah satu impian, terlebih bertujuan untuk membahagiakan orangtua. Bagus.

Kalau begitu, sebagai mahasiswa semester akhir di Universitas Islam "45" (Unisma) Bekasi, saya mengucapkan selamat datang kepada seluruh maba di setiap fakultas dan jurusan. Saya, terkhusus, mengucapkan selamat belajar bagi maba yang memilih Jurusan Ilmu Komunikasi sebagai labuhan penggalian intelektual.

Namun demikian, saban tahun akademik berganti, terdapat fenomena menarik dan menyebalkan. Salah satu diantara sekian banyak itu adalah sikap para senior. Mereka, baik senior yang masih unyu-unyu maupun yang sudah hampir musnah, tapi terutama senior laki-laki, akan memperlihatkan karakter dan gaya masing-masing di depan maba. 

Pertama, ada yang sok cool. Bersikap dingin. Jika ditanya, hanya menjawab seperlunya. Selalu menampakkan kesan bahwa ia adalah senior serta wajib hukumnya dihargai dan dihormati.

Senior macam ini berpotensi akan berpacaran dengan maba. Sebab, sikap dingin itu bisa jadi adalah caranya memfilterisasi maba yang unyu-unyu untuk dijadikan pacar. Hahahahahahaa.

Kedua, senior yang selalu tampil trendi. Di hadapan maba, rambut harus ditata dengan model gaya baru. Sepatu model teranyar, atau minimal sepatu baru, harus digunakan agar mendapat pujian dari maba gemez. Baju-baju kemeja, celana pensil, dan wewangian harus selalu menempel di tubuhnya.

Di hadapan maba, ia selalu bersikap ramah, terutama kepada maba syantik. Menjawab segala macam pertanyaan dengan sigap, cepat, dan dibubuhi senyum terbaik. Senior macam ini adalah orang yang berpotensi punya pacar dengan interval setahun sekali ganti. Salut!

Ketiga, senior yang menampilkan kecerdasan sebagai pemancing agar menjadi daya tarik tersendiri bagi maba. Ia memiliki kecakapan retorika yang baik. Jika berbicara, bahasa yang dikeluarkan sangat tertata dengan baik dan rapi. Intonasinya sangat tegas dan lugas.

Tapi percayalah, kelebihan itu hanya untuk menggebet maba imut hingga menembus dimensi hati yang terdalam. Setelah itu jadian dengan maba, satu semester putus. Karena ternyata, inilah tipe 'tong kosong nyaring bunyinya'. Pintar bicara, tapi nilai akademiknya buruk. Boro-boro ikut organisasi internal atau eksternal. Setiap habis mata kuliah saja, dirinya langsung lenyap dari kampus. Alias kupu-kupu (kuliah pulang, kuliah pulang). Haduh.....

Keempat, senior tipe organisatoris. Yaitu senior yang mengajak cerdas maba untuk berpikir kritis dan kreatif. Bagaimana cara memecahkan suatu masalah, terutama sekali masalah-masalah yang seringkali muncul di kehidupan perkuliahan.

Kemudian, senior ini mengajak maba untuk berorganisasi tanpa menyekat antara organisasi satu yang harus diikuti, sedangkan organisasi lain haram dimasuki. Senior ini memiliki pemikiran yang luas. Berpikirnya tidak hitam dan putih. Sebab masih ada banyak warna yang bisa dijadikan sebagai pancaran kebenaran bagi segala hal di dunia ini.

Senior seperti ini akan selalu dekat dengan junior, menuntun adik-adik kelas untuk bisa berprestasi, baik di level akademik atau pun tingkatan yang lebih tinggi. Pemahaman intelektualitas maba akan dibukakan seluas-luasnya, karena ia melek literasi. Gerakan-gerakan literasi menjadi daya gedor dan perjuangannya. 

Senior-senior yang seperti itu akan selalu dekat dan meninggalkan kesan yang baik di hati para maba. Dan, percaya atau tidak, tapi memang harus dipercaya, tipe senior seperti itulah yang melekat di dalam diri saya. Ahaaaaayyy...

Oke, begini. Memangnya apa sih yang harus dilakukan senior kepada maba atau adik-adik kelas? Menurut saya, minimal senior itu punya sikap sebagaimana polisi, yaitu melindungi dan mengayomi dengan tanpa embel-embel atau modus terselubung.

Senior harus bisa menuntun adik-adik kelas agar berani mengemukakan pendapat dan argumentasi yang baik. Senior harus mampu menjadikan adik-adik kelas sebagai penerus yang menjadi bagian dari perjuangan membangun peradaban yang lebih baik.

Senior wajib hukumnya untuk membangun karakter maba. Sehingga ke depan, mahasiswa di kampus tidak hanya menjadi objek kapitalisasi pendidikan yang sedang dijalankan dewasa ini. Karakter itu harus diciptakan, yaitu karakter yang berani berhadap-hadapan atau berkonfrontasi dengan berbagai masalah yang nantinya akan datang silih berganti. Tapi bukan karakter urakan, ya!

Parahnya, ini parah banget, dan semoga di Unisma Bekasi tidak terjadi, kalau sampai ada senior yang galak-galakin adik-adik kelas ketika di acara ospek atau penerimaan mahasiswa baru (di Unisma namanya PIKMB), tapi ternyata di hadapan birokrat kampus melempem. Sama sekali tidak berani berargumentasi di depan pejabat kampus, diam seribu bahasa, menciut. Hahahaha itulah senior mental kerupuk!

Adik-adik maba yang membaca tulisan ini, mohon hindari senior-senior yang sekiranya tidak bisa menghadirkan nilai manfaat dan maslahat bagi kehidupanmu di kampus. Mereka itulah senior pembawa petaka. Tapi, dekatilah para senior yang memang menurutmu punya kemampuan untuk bisa mencerdaskan dan mencerahkan. Sekian.

Wallahua'lam...
Previous Post
Next Post

0 komentar: