Selasa, 21 Maret 2017

Teater Korek Adalah Cinta, Bukan Kebencian


Pengurus Teater Korek 2017-2019 berfoto bersama saat banjir melanda Kampus Unisma, Jumat (17/3/2017).

Bagiku, Teater Korek adalah jalan sunyi. Menjadi alternatif ruang dakwah. Sebab, berdakwah secara verbal dengan teks, dari mimbar ke mimbar, sudah penuh. Bahkan tak jarang, dakwah semacam itu telah terdistorsi oleh kepentingan bisnis dan politis.

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi pada 1 September 2014, aku tertarik dengan organisasi kesenian dan kebudayaan itu. Bagiku, hanya dengan berteater-lah, keseimbangan diri dapat tercipta. Suci. Menjernihkan sudut dan cara pandang terhadap sesuatu.

Meski pada Maret hingga November 2016 aku sempat menghilang, tapi Teater Korek menjadi tujuan akhir. Selama hampir 2 tahun sebelum kehilanganku itu, aku mendapatkan kabar bahwa Teater Korek sering mendapat cibiran keji nan kotor. Bagiku, itu biasa. Sebab substansi lebih penting daripada terus-menerus berdebat soal definisi.

Akhir 2016, aku kembali. Awal 2017, aku diamanahi untuk memegang kendali roda organisasi. Menurutku, kepercayaan dan harapan yang diberikan itu adalah sebuah keniscayaan. Aku dapat belajar, bekerja, sekaligus berkarya. Menabur cinta dan menebar pesan-pesan damai adalah misi utamaku.

Membalas cibiran dan kebencian dengan permusuhan adalah hal bodoh, bagiku. Sebab Tuhan menyukai dan akan memberi apresiasi bagi sesiapa yang dapat membalas kebencian dengan cinta kasih. Dalam kamus hidupku, tidak ada kebencian. Sekalipun harus marah, itu bukan karena benci yang tertumpah; tetapi karena cintaku dilukai.

Namun, cinta akan semakin kuat saat luka datang bertubi-tubi. Maka, benci dan lukai-lah Teater Korek sepuasnya, niscaya teman-teman Teater Korek akan semakin gigih menebar cinta. Kira-kira itu doktrinasi yang bisa kuberikan di setiap diskusi dan rapat rumah tangga. Berteater adalah soal kesadaran, bukan karena paksaan.

Di dalam Teater Korek, tidak ada pencucian otak agar membenci organisasi atau komunitas lain. Semua adalah saudara. Tinggal bagaimana sesama saudara saling mengintensifkan silaturrahmi lahir dan batin. Sebab dengan hal itu, tabir kegelapan akan mencahaya. Sementara kebencian pasti pudar dengan sendirinya.

Teater Korek tak pernah menutup diri dengan siapa pun. Tidak eksklusif. Apalagi menganggap bahwa Teater Korek lebih unggul daripada organisasi atau komunitas lain. Itulah sebabnya kenapa Tuhan menciptakan perbedaan. Untuk saling melengkapi. Masing-masing pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Sedangkan kebencian akan membutakan segalanya.

Silakan datang langsung ke Laboratorium Teater Korek. Kita lakukan diskusi secara terbuka. Maka, yang akan ditemukan adalah cinta; bukan kebencian apalagi permusuhan. Parahnya, penyekatan diri dalam hal silaturrahmi. Karena memutus rantai persaudaraan, bukanlah sesuatu yang disukai; baik oleh sesama makhluk, maupun oleh Pemilik Makhluk.

Di kepemimpinanku yang baru berjalan sebulan ini; aku akan mempertahankan tradisi lama Teater Korek dan melakukan pembaruan dengan mengikuti pola kehidupan yang terus berkembang. Menghidupkan kembali ritual 19-an dengan metode tadarus puisi dan diskusi rutin di setiap akhir bulan.

Dimulai dari akhir bulan ini. Pada 26 Maret 2017 akan diadakan malam riung antar-organisasi kampus, maupun antar-komunitas teater di Bekasi dan sekitarnya. Selain untuk memperingati Hari Teater Dunia yang jatuh setiap 27 Maret, juga sebagai momentum untuk memperkaya pengetahuan dan menjalin silaturahmi batin.

Maka dengan ini, aku mengundang kepada siapa pun untuk dapat meramaikan kegiatan tersebut di atas. Silakan ekspresikan diri karena disiapkan panggung apresiasi. Mari membangun cinta dari hal-hal yang sederhana; menyatukan jiwa-jiwa yang berpencar dengan ketenangan batin tanpa kebencian dan permusuhan.

Penyakit hati yang sangat berbahaya adalah ketika menganggap diri paling unggul, sementara tanpa disadari ia telah memperlebar jurang kebencian dan perlahan menghilangkan kepekaan cinta yang sebenarnya terpelihara di setiap jiwa anak manusia.

Bagiku, Teater Korek adalah cinta. Bukan tempat untuk menebar kebencian. Karena dalam Kitab Ketentuan Dasar dan Rumah Tangga dimaktubkan bahwa tujuan ditetaskannya Teater Korek ke dunia untuk membuat diri bermartabat dan bertanggungjawab serta meningkatkan derajat di hadapan Tuhan Yang Maha Berbudaya.

Tuhan selalu bersama orang-orang yang berbudaya.



Wallahu A'lam



Perwirasari, Bekasi Utara, 21 Maret 2017



Aru Elgete
Previous Post
Next Post

0 komentar: