Selasa, 28 Maret 2017

MRHTD, Teater Korek Merekatkan Bukan Meretakkan



Menyanyikan Mars Teater Korek usai MRHTD

Malam Renungan Hari Teater Dunia (MRHTD) menjadi langkah awal. Teater Korek sebagai perekat, bukan peretak. Jalinan silaturahmi dan tenun kebudayaan tercipta. Civitas akademika Unisma Bekasi, turut hadir. Tak terkecuali komunitas atau sanggar teater yang diundang.

Di Laboratorium Teater Korek Unisma Bekasi, 26 Maret 2017, semua menjadi saksi. Bersalam-salaman sembari lempar senyum merupakan kebahagiaan yang utuh. Tujuan diadakan Malam Riung memang seperti itu. Setiap bulan, mudah-mudahan lancar dan terlaksana. Intinya, semoga mendapat ketenangan lahir-batin.

Baca: Hari Teater Dunia, Korek Unisma Gelar Malam Riung

Senat Mahasiswa (Sema) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip), Himpunan Mahasiswa Manajemen (Himma), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pusat Kajian Pancasila, Fakultas Teknik, Teater Camuss Universitas Islam Asy-syafiiyyah, Sanggar Teater Biru Jakarta Timur, dan Komunitas Ranggon Sastra Universitas Indraprasta PGRI (Unindra), hadir secara perwakilan.

Sebagai organisasi kemahasiswaan yang bergerak di bidang seni dan kebudayaan, Teater Korek masih sangat minim kajian. Maka, MRHTD itu adalah sebuah pergerakan yang nyata agar gerak dan otak menjadi stabil. Seimbang. Kaum terpelajar tak melulu gerak, juga tidak terus-menerus melakukan kajian. Kira-kira itu wejangan sehari-hari dari orangtuaku.

Namun, Teater Korek mesti punya tujuan yang jelas. Agar tak terombang-ambing oleh ketidakpastian. Harus segera berproses agar punya karya kembali. Setidaknya membungkam mulut yang mengatakan, "Teater Korek tak berkarya." Lucu. Padahal di Sekretariat Teater Korek, ada banyak sekali arsip sebagai bukti sejarah bahwa Teater Korek memang punya karya.

"Bicaralah sesuai apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan," begitu kata ulama kampung di lingkungan rumahku. 

Teater Korek sedang bangun. Kembali bangkit. Semoga mendapat ketenangan. Mencuci piring bekas pesta kemarin. Mempertanggungjawabkan segala hal yang sengaja dibebankan. Sejalan dengan itu, Teater Korek tidak menaruh dendam kepada siapa pun. Juga tak lagi menggantungkan harapan pada orang lain, kalau akhirnya justru diperkosa oleh keserakahan diri.

Kembali ke MRHTD. Malam itu, semua berbahagia. Masing-masing diri dan komunitas memberi apresiasi di panggung yang telah tersedia. Pembacaan dan dramatikal puisi, tarian, performance art, serta dramatical reading membawa keceriaan tersendiri. Tata ruang yang diatur sedemikian rupa, membuat tamu terkesima. Disediakan tempat berfoto dengan kumpulan foto aktivis yang dihilangkan pada masa orde baru.

Alat musik tradisional dikeluarkan. Dihidupkan kembali. Difungsikan lagi. Menjadi daya tarik untuk difoto oleh juru kamera salah satu media massa di Bekasi. Pencahayaan yang unik, merekatkan jiwa. Malam itu, di luar sedang turun hujan. Namun, kehangatan tetap tercipta. Sebab Teater Korek merekatkan, bukan meretakkan.

Kekurangan dalam hal penyambutan dan penyajian pasti ada. Tidak ada gading yang tak retak bukan? Maka, dengan segala kerendahan hati dan penyadaran diri, Teater Korek mengucapkan maaf yang paling tulus. Semoga ke depannya lebih baik lagi. Juga mengucapkan rasa terimakasih yang tak berhingga kepada seluruh diri dan komunitas yang telah membantu kelancaran kegiatan tersebut. 

Selamat Hari Teater Se-Dunia, 27 Maret 2017. Majulah Teater Indonesia. Jayalah Teater Bekasi. Teater adalah kehidupan, selamat menikmati hidup dan selamat berteater.



Wallahu A'lam



Bekasi Utara, 28 Maret 2017


Aru Elgete
Previous Post
Next Post

0 komentar: