Minggu, 19 Maret 2017

Pertanyaan Itu Sudah Mulai Terjawab...


Teater Korek usai menjadi pengisi acara di pagelaran Mesin Bersatu XIII Unisma Bekasi.


Sabtu (18/3/2017) pagi, hujan lebat kembali mengguyur Kota Bekasi. Sementara di hari yang sama, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Korek Universitas Islam "45" (Unisma) Bekasi akan melakukan pertunjukkan dengan tema "Menolak Lupa".

Padahal sebelumnya, Jumat (17/3/2017), Unisma banjir. Mulai dari gedung Fakultas Ekonomi (FE) hingga gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa tergenang air. Kampus hijau yang kian gersang ini, memang sudah langganan disapa Tuhan dengan cara demikian.

Syukurnya, hujan Sabtu tak lama. Kurang lebih hanya satu jam saja. Jam 5-6 pagi. Hanya menyisa rintik gerimis sampai langit tak lagi terlihat pekat. Banjir di kampus, semoga sudah surut; batinku. Sebab, Teater Korek akan mempersembahkan sebuah penampilan di pelataran gedung pertemuan kampus.

Jujur, menampilkan sebuah pertunjukkan tersebut bukan hanya sekadar persoalan eksistensi, tetapi juga ada beberapa maksud dan tujuan yang ingin tersampaikan. Salah satunya adalah soal refleksi ingatan bagi mahasiswa terhadap perjuangan yang dilakukan Wiji Thukul dan Munir Said Thalib. 


Selain itu, kalimat tanya yang menjadi tema Mukhtamar Keluarga Luar Biasa Teater Korek (Mukelu Biasa Tekor), tepat sebulan lalu, sedikit demi sedikit sudah mulai terjawab. Pertanyaannya adalah Satukah Jiwa-Jiwa Kita? Hal tersebut terlihat dari intensitas teman-teman Teater Korek berlatih, berkumpul, berproses, dan akhirnya berkarya.

Pembenahan organisasi dan kekaryaan pun dimulai. Teater Korek seperti terlahir kembali. "Kita harus memberi sekat dengan jelas tanpa memutus jaringan dan silaturrahmi kepada yang lain," demikian kata seorang pelopor. "Sepakat," jawabku seketika saat rapat internal, semalam.

Sementara keorganisasian teater itu, lanjut pelopor, adalah soal perpaduan antara logika dan estetika. Keduanya seiring sejalan. Kita tidak bisa terus-terusan menggunakan logika dengan meninggalkan estetika. Atau, sebaliknya. 

Setidaknya dengan pembenahan organisasi yang dilakukan, Teater Korek dapat kembali ke khittah. Memiliki "dapur" sendiri sehingga roda pergerakan terus berjalan. Tidak bercampur-baur sehingga seperti bergelap-gelap dalam terang. Hal itu menyebabkan harta benda terhanyut oleh gelombang keegoisan.

Dalam kebudayaan memang tak mengenal sekat. Soal kekaryaan pun demikian. Namun, organisasi tetap memiliki alurnya sendiri. Teater Korek tidak pernah menutup diri dengan siapa pun; soal kebudayaan dan kekaryaan. Bahwa di usia yang sudah menginjak remaja ini, pikirku, ia harus terus mencari pengetahuan lebih mengenai kedua hal itu. Agar mendewasa dan mengetahui siapa diri.

"Siapa mengenal diri, ia akan mengenal Diri," begitu kalimat yang pernah kudengar dari seorang ulama tasawwuf. Lagipula, dalam Kitab Ketentuan Dasar dan Kitab Ketentuan Rumah Tangga Teater Korek termaktub, tujuan utama organisasi teater kampus ini didirikan adalah untuk menjadikan diri bermartabat di hadapan sesama dan Tuhan Yang Maha Berbudaya.

Fungsi kebudayaan adalah memperhalus rasa, menurutku. Bukan membekukan hati, sehingga anti-kritik, seolah paling benar, dan bicaranya tak bisa diganggu gugat, sekalipun berkali-kali orang lain diminta untuk menggugat dan memberi kritik kepadanya; membuat kebudayaan menjadi yatim-piatu.

Kemudian, seorang teman mengatakan bahwa kebudayaan adalah jalan sunyi nan suci. Ia tak bisa terkotori oleh apa pun. Dengan keangkuhan dan bahkan permusuhan. Kalau ada suatu hal yang perlu didiskusikan, silakan datang. Pintu Teater Korek tidak pernah ditutup.

Sebab, ruang yang semula adalah masjid ini merupakan titik pertemuan lintas komunitas, baik kampus maupun non-kampus. Teater Korek tak pernah mempermasalahkan apa pun selama dirasa tidak merugikan. Tahu kan bagaimana segerombol lebah jika sarangnya dihancurkan?

Angkatan 13 Teater Korek yang kemarin memainkan aksi teatrikal mengenang Wiji Thukul dan Munir Said Thalib sudah memberi sedikit jawaban. Setelah, secara keorganisasian sekira 3 tahun vakum. Hari ini, semoga melecut semangat untuk kembali berkarya, melalui organisasi yang kuat dan matang.

Sekali lagi, Teater Korek sedang melakukan pembenahan organisasi. Membentengi diri agar "dapur" bersih. Namun, soal keilmuan, jaringan, kebudayaan, silaturrahmi, dan kekaryaan; Teater Korek tidak pernah menutup diri. Organisasi yang secara keorganisasian dipegang oleh mahasiswa aktif Unisma Bekasi ini, masih menjunjung tinggi nilai luhur bangsa, yakni sikap dan karakter kekeluargaan.

Jadi, bagaimana? Satukah Jiwa-Jiwa Kita? Syukur, sudah mulai terjawab. Semoga lebah dapat tidur dan beraktivitas dengan tenang.


Wallahu A'lam


Laboratorium Teater Korek, 19 Maret 2017


Aru Elgete
Previous Post
Next Post

0 komentar: