Sabtu, 18 Maret 2017

Bekasi Smart City dan Preparing The Future?


Di Halaman Laboratorium Teater Korek Unisma Bekasi. Foto: Dheni Maulana Saputra

Saat sedang mendengar khutbah Jum'at (17/3/2017), sesekali aku memandang ke luar. Langit pekat. Rintik hujan sudah mulai turun perlahan. Masjid Al-Fatah Unisma Bekasi, menjadi gelap. Khatib kala itu, tak cukup jelas wajahnya terlihat.

Aku berada di barisan kedua. Menyaksikan petuah keagamaan dengan kegelisahan. Sebentar lagi turun hujan deras; dengan durasi yang lama; kemudian banjir. "Lalu, apa yang akan terjadi setelahnya?" Batinku.

Iqamah dikumandangkan. Tanda salat Jum'at dimulai. Aku maju. Berada di shaf pertama. Belakang agak ke kiri dari posisi imam. Entahlah, pikirku, urusan banjir biar nanti. Aku mau memasrahkan diri kepada Pemilik Semesta.

Usai salat berjama'ah, aku bergegas ke bagian belakang kampus. Student Centre. Aku ke Sekretariat Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himikom), mengambil sesuatu. Seorang teman mengingatkan, "jangan lupa jam 1 ada kuliah, Jurnalisme Radio."

"Oke," jawabku singat. Kemudian aku ke Laboratorium Teater Korek. Latihan. Hujan masih rintik. Namun, pertanda akan turun deras. Sembari menunggu anggota Teater Korek selesai kuliah. Aku duduk di samping jendela Ruang Kebudayaan itu; yang langsung menghadap ke kali dan proyek pembangunan gedung perkuliahan Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan (FKIP).

Tak lama berselang, sekira pukul 13.00 WIB, hujan turun. Deras. Membasahi Bumi Patriot. Mengguyur kota yang memiliki visi Maju, Sejahtera, Ihsan. Memberi kesejukan bagi kampus hijau yang kian lama tak hijau.

Tepat di belakang rumah keduaku itu, ada Kobelco sedang mengeruk tanah. Entah sedang apa. Ia seperti membuat kubangan besar. Hujan turun sangat deras, sehingga kerukan tanah itu, terisi air. Seperti waduk. Pikir liarku, kampus terbesar di Bekasi ini kok seperti COC (Clash of Clans). Entahlah.

Sekitar pukul 13.45, hujan masih tetap sama. Deras dan stabil. Teman-teman sekelasku sudah memberi kabar; perkuliahan Jurnalisme Radio telah dimulai. Dosen pengampu matakuliah sudah di kelas. Bersamaan dengan itu, sebagian temanku yang berada di kantin mengirim gambar di grup WhatsApp.

Di kantin, yang juga sedang ada proyek tempat parkir, banjir. Hujan baru setengah jam. Air coklat kepekatan sudah menggenang di sana. Semua terjebak hujan dan banjir. Tanpa pikir panjang, aku katakan, "tolong sampaikan ke dosen, saya ijin. Rumahku (Lab Teater Korek) banjir." Kurasa, hanya sedikit saja yang masuk kuliah. 

Sudah pukul 14.00 WIB. Hujan masih sama. Deras dan stabil. Aku bergerak. Memakai jas hujan, kemudian ke warung depan kampus. Beli kopi, sebagai teman di kala hujan. Kampus mulai banjir. Mulai dari gedung FKIP hingga FE (Fakultas Ekonomi). Lucu juga, batinku, hujan sebentar banjir.

Aku kembali. Motor kuparkir di jembatan penghubung antara FKIP dengan Student Centre. Ngopi hangat. Setidaknya cukup menetralisasi pikiranku. Tak lama, saat seruputan kopi kedua, aku mulai melihat air mengucur dari bawah lantai Laboratorium Teater Korek. Rembes. Sementara kali di samping, airnya semakin meninggi. Hampir tumpah.

Waspada banjir. Semua barang berharga dinaikkan ke atas. Ke tempat lebih tinggi. Seperti ini gambaran kampusku. Mirip Kp Pulo beberapa tahun lalu. Selalu was-was saat hujan turun. Sudah biasa. Seruputan kopi kian hangat sambil melihat kuli bangunan gedung FKIP dan Kobelco yang tetap bekerja. Mereka pejihad tangguh. Demi anak dan istri. Menantang maut.

Sekira 14.45 WIB, ruangan tempatku itu sudah mulai menggenang. Di depan air sudah seukuran betis orang dewasa. Hujan mulai reda, tapi belum selesai. Masih merintikkan sisa-sisa air yang semula tak sempat turun. Aku langsung mendapat kabar, kali di belakang Student Centre meluap. Airnya masuk ke dalam kampus dengan sangat mudah.

Hujan berhenti. Dua jam sudah, kampusku terguyur. Di media sosial, kemacetan terjadi. Bahkan hingga berjam-jam dan berkilo-kilo meter. Bekasi keren. Kampusku tak kalah keren. Tiap hujan banjir. Pembangunan tetap berjalan. Mahasiswa terus bertambah. Kapasitas air juga demikian.

Proyek gedung perkuliahan FKIP dan samping gedung H, juga area parkir di kantin. Ah, rasanya masih banyak yang harus ditulis. Kakiku sudah gatal. Ingin segera ke kampus. Cerita, berita, dan derita pada Jum'at kemarin, belum selesai. Nanti digabung dengan sepenglihatanku hari ini. 

Masihkah Bekasi Smart City; dengan Maju, Sejahtera, Ihsan, dan Unisma Bekasi Preparing The Future menjadi visi paling mutakhir? Atau hanya retorik semu. Bahkan, cita-cita yang utopis? Bagaimana menurutmu?



Wallahu A'lam


Perwirasari, Bekasi Utara, 18 Maret 2017


Aru Elgete
Previous Post
Next Post

0 komentar: