Senin, 06 Juni 2022

6 Juni Ke-28: Membangun Harapan-Harapan Besar

 


Foto: Syakir NF 


Di dalam setiap perjalanan hidup ini, saya yakin, kita tidak pernah tahu ihwal apa yang terjadi detik demi detik, menit per menit, hingga bulan ke bulan, bahkan dari tahun ke tahun. 


Juni datang berkali-kali setiap tahunnya. Hari ini, saya genap berusia 28 tahun. Pada 6 Juni Ke-28 tahun ini, saya merasa sudah saatnya untuk mulai menyusun secara serius berbagai rencana ke depan. Inilah waktunya untuk membangun harapan-harapan besar dalam hidup yang selama ini diinginkan. 


Memang harus saya akui, mungkin juga kita semua, bahwa hidup ini selalu mengalir begitu saja. Rencana-rencana yang sudah kita susun, tak jarang harus dihadapkan pada berbagai rintangan yang sangat sulit untuk dilalui. Namun, semua harus dengan sungguh-sungguh bisa kita hadapi dan lewati.


Mulai saat ini, hingga Juni ke-29 dan Juni-Juni selanjutnya, sampai entah kapan, saya selalu memiliki target. Semua target itu adalah harapan-harapan besar yang harus segera diwujudkan. Sebab, saya masih ingat pesan para guru, bahwa hidup kita saat ini harus lebih baik dari sebelumnya. Tidak boleh sama, karena akan membuat kita tak berdaya di hadapan waktu. 


Waktu terus bergulir, tanpa henti, dan tidak ada yang bisa menghentikannya sedetik pun, bahkan memutarnya kembali. Karenanya, mungkin inilah saatnya saya untuk terus membersamai waktu yang diberikan agar tetap mampu berjalan, bahkan berlari mengejar perwujudan target dan harapan-harapan besar yang telah dicanangkan.


Tentu saja, saya tetap berpegang pada prinsip yang selalu ditanamkan oleh guru-guru saya, termasuk kedua orang tua di rumah. Mereka mengajarkan kepada saya untuk tidak menjadi penjilat bagi orang lain. Lebih dalam lagi, haram hukumnya untuk mengekor pada orang lain. Sebab itu akan menambah beban hidup kita, lantaran bakal terhitung sebagai utang budi. Bagi guru-guru saya itu, berutang budi pada orang lain, akan menambah beban yang tak berkesudahan. 


Utang budi cukup kepada orang tua dan guru-guru yang telah berjasa, dengan tanpa pamrih, membukakan cakrawala pengetahuan tentang cara menghadapi waktu, hari demi hari. Mereka itulah yang harus selalu kita taati dan ikuti. Sebab berkat mereka, hidup saya, dan mungkin kita, menjadi lebih baik dari hari-hari kemarin. 


Baca Juga: 6 Juni Ke-27


Selain kepada mereka, tidak boleh kita menaruh pengharapan yang besar. Lebih jauh, saya dilarang untuk bergantung kepada orang yang punya kepentingan politis, yang hanya akan menguntungkan dirinya dengan memanfaatkan potensi yang saya miliki. Saya punya potensi, tapi saya ingat pesan guru-guru dan orang tua saya, bahwa potensi itu harus ditempatkan pada profesionalitas kerja. 


Sebagai manusia, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad, kita akan mendapatkan gelar sebagai sebaik-baiknya manusia jika mampu memberikan manfaat kepada manusia lain. Namun jika ada, sekali lagi jika ada, orang atau kelompok yang dengan sengaja memanfaatkan potensi yang kita miliki, tetapi diiringi dengan embel-embel khidmah (padahal demi kepentingan politis yang hanya menguntungkan satu pihak), maka orang atau kelompok ini harus segera dijauhi dari kehidupan kita.


Kira-kira begitulah prinsip yang sudah sangat tertanam di dalam jiwa dan pikiran saya. Prinsip ini pula yang akan terus saya bawa hingga bertemu dengan Juni-Juni berikutnya. Dengan kata lain, saya tidak akan mengubah prinsip ini. 


Mewujudkan harapan-harapan besar dengan cita-cita yang saat ini telah menjadi satu target, sungguh tidak mudah. Harapan-harapan besar itu mesti diikuti dengan ikhtiar-ikhtiar dan kerja keras. Saya meyakini hadits Nabi, barangsiapa bersungguh-sungguh maka dia akan memperoleh hasil yang selama ini diinginkan.


Pada 6 Juni ke-28 ini, saya sedang fokus menyusun rencana-rencana. Semoga rencana-rencana ini akan segera terwujud dan memperoleh hasil maksimal. Saya akan buktikan bahwa pada 6 Juni ke-29 tahun depan, rencana-rencana yang saat ini sedang saya susun akan berganti menjadi rencana-rencana lain untuk tahun-tahun berikutnya. 


Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas segala doa dan harapan yang dilangitkan kepada Allah untuk kelancaran hidup saya selama ini. Doa-doa itu adalah semacam stimulus untuk menggedor pintu langit agar segera memberikan jawaban atas berbagai hal yang hendak diwujudkan. Saya sangat merasa tidak bermakna jika tanpa doa-doa itu. Saya pun mendoakan hal sama. 


Semoga pada tahun-tahun berikutnya, hidup kita akan bermakna dan memiliki berbagai perwujudan atas harapan-harapan yang selama ini diinginkan. Aamiin.


Bekasi, 6 Juni 2022

Previous Post
Next Post

0 komentar: