Sabtu, 17 Desember 2016

MEMBACA AGUS HARIMURTI, PEMIMPI(N) BARU IBUKOTA


Agus-Sylvi, pasangan nomor urut 1 dalam Pilgub DKI Jakarta. 

Sudah terlalu lama kita mendebatkan persoalan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Al-Maidah 51. Bangsa Indonesia menjadi terpecah. Kehilangan budaya dan kearifan lokal yang dimiliki.


Sehingga beberapa hari lalu, saya menulis “AHOK DAN AIR MATA BU(D)AYA”. Sudah saatnya kita menjadi produktif dalam berkarya, inovatif untuk mencari pemecahan masalah atau solusi, dan inspiratif dalam menyampaikan gagasan.

Karenanya, mari kita beralih kepada Agus Harimurti Yudhoyono (Selanjutnya ditulis AHY). Dia-lah pemimpi(n) baru untuk Ibukota.

Gagasan dan ide kreatifnya memiliki peluang besar untuk mengatasi beragam permasalahan di Kota Jakarta.

Bersama pasangannya, Sylviana Murni (Selanjutnya SM), dia ingin merevitalisasi Kali Ciliwung dari hulu ke hilir. Selain itu, AHY dan SM punya cita-cita untuk membuat Green Smart City.

Putra Cikeas itu, ketika terpilih menjadi pemimpi(n), akan membagi-bagikan uang dengan nominal yang terbilang besar kepada setiap RW di Jakarta.

Hal itu dimaksudkan untuk meminimalisasi ketimpangan yang terjadi; antara si miskin dan si kaya.

Harapan saya, semoga Mas Agus juga berhasil meminimalisasi ketimpangan antara si rajin dan si malas. Tujuannya hanya satu, agar Ibukota menjadi lebih baik lagi.

Pasangan ini sudah tidak diragukan lagi. Sebagai mantan TNI, AHY pasti punya strategi jitu untuk melakukan pembenahan di Jakarta.

Karena seorang tentara harus punya cara yang baik untuk mencapai visi atau tujuan yang diharapkan.

Maju terus dan pantang menyerah; begitulah kiranya motto hidup seseorang yang dididik secara militer. 

Sementara itu, ada SM. Seorang birokrat yang berpengalaman. Mengabdi untuk Jakarta selama 31 tahun, mengalami 7 gubernur yang berbeda gaya dan watak kepemimpinan, serta sudah merasakan 11 jabatan.

Tak ada lagi yang harus dikhawatirkan jika SM memimpi(n) Ibukota untuk lebih maju, aman, adil, dan sejahtera. AHY dan SM adalah pasangan yang tepat. Tampan dan cantik serta berpengalaman merupakan kunci dari keberhasilan mereka dalam kontestasi politik DKI Jakarta tahun ini.

Pada Kamis (15/12) malam, Kompas TV menggelar debat terbuka untuk ketiga calon gubernur dan wakilnya. Namun, acara yang dipimpin Rosiana Silalahi itu hanya dihadiri dua pasang kandidat. Ahok-Djarot dan Anies-Sandi.

Semua orang bertanya-tanya, kemana AHY-SM ketika itu? Mungkinkah keduanya takut, sehingga terkesan menghindari debat? Jawabannya tidak. Mas Agus dan Mpok Sylvi adalah seorang petarung dan pemberani. Tidak mungkin takut.

Mereka tidak berkenan menghadiri undangan televisi untuk berdebat. Alasannya karena AHY-SM hanya ingin mendebatkan visi-misi saat ada undangan dari Komisi Pemilihan Umum atau penyelenggara pemilu DKI Jakarta.

Mereka sudah dua kali menolak hadir di acara debat yang diselenggarakan oleh stasiun televisi swasta. Itulah strategi mereka, pemimpi(n) baru Ibukota. Jangan disepelekan. Mereka berdua itu keren, lho. 

PENYAYANG ANAK DAN SEORANG PLURALIS

Agus Harimurti, Annisa Pohan, dan putrinya; Aira. Sumber: Instagram @annisayudhoyono


Saat tidak menghadiri undangan Kompas TV, rupanya AHY sedang menyaksikan pementasan putrinya. Hal itu diketahui dari akun Instagram kepunyaan istrinya, @annisayudhoyono yang mengunggah foto keluarga kecilnya.

Di sana, nampak seorang anak kecil yang mengenakan pakaian ala natal. Merah dan sedikit putih. Menurut saya, cucu Pak Beye itu baru saja merampungkan pementasan yang bertema atau bernuansa natal.

Dari itu, saya menyimpulkan bahwa AHY adalah seorang ayah yang sangat mengutamakan kebahagiaan anaknya. Dia rela menolak panggilan Kompas TV demi untuk melihat langsung pementasan yang dibawakan putrinya.

Dia juga tidak mempermasalahkan cucu presiden keenam itu mengenakan pakaian natal. Saya berpikir, dia paham konteks dan relevansi hadits “man tasyabbaha qoumin fa huwa minhum”.

Dengan begitu, saya semakin yakin kalau Mas Agus adalah pilihan terbaik. Dia penyayang anak, gaul, muda, tampan, dan tentunya punya pengalaman yang tidak dimiliki orang lain. Begitu pun Mpok Sylvi.

Wah, pengalaman mereka berdua sudah tidak bisa diragukan. Terlebih ketika saya tahu, AHY itu Pluralis. Dia tidak takut anaknya kehilangan keimanan hanya karena mengenakan atribut natal. Keren.

Selain pengalaman yang lebih, AHY memiliki pengetahuan keislaman yang menyamudera (luas, red).

Dia, barangkali, beranggapan bahwa tidak ada hukum Islam yang melarang penggunaan pemakaian atribut natal. Buktinya, dia memakaikan baju bernuansa natal kepada putri kesayangannya itu.

Karena mungkin menurutnya, pengharaman itu hanya sekadar Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang tidak absolut dan boleh untuk tidak diikuti.

Karena fatwa itu sifatnya anjuran atau imbauan. Tidak wajib dan tidak berdosa kalau tidak dikuti. AHY-SM adalah pilihan tepat untuk menjadi pemimpi(n) baru di Ibukota.

Jadi, kebenaran sudah terang-benderang, saudaraku. Mari pilih pemimpi(n) yang bisa diandalkan. Yang punya pengalaman dan bersedia bekerja untuk rakyat. 

Menciptakan solusi yang atas berbagai masalah di Jakarta. Yang penyayang dan pluralis. Yang punya strategi jitu untuk perbaikan dan kebaikan. Dia adalah Mas Agus Harimurti Yudhoyono dan Mpok Sylviana Murni.

Jangan Mengecewakan Mas Agus dan Mpok Sylvi



Tuluslah dalam mendukung. Pilih sesuai kata hati. Tidak menjadi bunglon, yang terkadang putih, terkadang hitam. Tak punya pendirian. Kalau tidak memilih, katakan tidak. 

Ah, bapak yang ada di foto itu, pasti bikin Mas Agus, Mpok Sylvi, dan timsesnya baper.

Dia mengenakan kaus bergambar dan bertuliskan Agus Yudhoyono. Tapi ternyata selfie bareng Pak Djarot, temannya si penista agama itu. Ya Allaaaaah, maafkan bapak itu, ya.

Padahal Mas Agus itu baik. Punya visi-misi yang mulia, serta cita-cita luhur untuk membangun Ibukota yang lebih baik lagi. Jangan sepelekan dan remehkan putra Pak Beye itu. Dia-lah Pemimpi(n) terbaik untuk DKI Jakarta.

Mungkinkah, foto di atas itu merupakan salah satu strategi jitunya Mas Agus, ya?



Wallahu A'lam



Kaliabang Nangka, Bekasi Utara, 17 Desember 2016



Aru Elgete

Previous Post
Next Post

2 komentar: