Jumat, 26 Januari 2018

Kiai adalah Representasi dari Nabi Muhammad



Sumber: gusmus.net

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Depok menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad, Haul Sewindu Gus Dur, Harlah NU ke-92, dan Haul ke-21 tokoh NU di Depok H Ismail Taufik, di Pondok Pesantren Ar-Ridho, Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, pada Kamis (25/1) malam.


Pada kesempatan itu, KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus hadir memberikan tausiyah. Kiai yang baru saja menerima penghargaan Yap Thiam Hien Award itu mengatakan bahwa Islam Nusantara beranjak dari tradisi pesantren. Bahkan, jauh sebelum NU lahir sudah ada kiai-kiai kampung yang menularkan ajaran Islam Nusantara.

Ia juga mengungkapkan, istilah kiai dicetuskan pertama kali oleh orang Jawa. Orang-orang Jawa ketika memanggil siapa atau apa pun yang dihormati dengan sebutan kiai. Misalnya keris, tombak, kereta, dan bahkan kerbau.



"Nah, ada orang yang sangat baik, akhlaknya mulia, maka disebut kiai. Mulai dari berobat sampai minta jodoh, semua datang ke kiai. Kalau ada orang di daerah lain menyebut kiai, maka itu pasti meniru orang Jawa. Kiai bukan artinya ulama, itu istilah budaya. Kiai tidak ada padanan kata yang pas dalam bahasa Arab," kata Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.

Sebab, imbuhnya, sebagian besar orang yang disebut kiai merupakan sosok yang memiliki akhlak dan ilmu yang berasal dari sumber asli. Yakni, Nabi Muhammad. Kemudian, ilmunya itu memiliki sanad hingga ke Allah dan bisa dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.

"Kiai-kiai itu punya ciri yang sama karena cerminnya, panduannya, dan panutannya adalah Nabi Besar Muhammad," katanya.

Gus Mus menambahkan, Allah tidak pernah memuji Nabi Muhammad. Mulai dari pujian atas ketampanannya, kekayaaan, atau pun kecerdasan intelektualnya. Melainkan, dipuji karena akhlaknya.

"Kalau baca Al-Quran, dari Al-Fatihah hingga Annas, anda tidak akan pernah menemukan Rasulullah dipuji Allah karena kegantengannya yang melebihi Nabi Yusuf. Tetapi akhlaknya. Innaka la'ala khuluqin adzhim," kata Gus Mus, disambut riuh tepuk tangan dari hadirin.

Padahal, menurutnya, ilmu yang dimiliki Nabi Muhammad sangat luar biasa. Ilmu dari kejadian alam semesta, di dunia, hingga akhirat, Rasulullah pasti paham. Akan tetapi, suami dari Siti Khadijah itu tidak mendapat pujian berupa kecerdasan melainkan karena akhlak mulianya. Sebab, agama adalah akhlak.

"Makanya sekarang kalau ada kiai tapi akhlaknya buruk, jelas itu tidak mengikuti ajaran yang dibawa Kanjeng Nabi," paparnya.
Previous Post
Next Post

0 komentar: