Memaparkan materi penulisan cerpen di MAN 3 Jakarta. Foto: Muhammad Iqbal |
Pengurus Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PC IPNU) Jakarta Pusat, mengadakan kegiatan 1 Juta Pelajar Menulis di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Jakarta, Senin (27/2/2017).
Bertempat di auditorium sekolah, kegiatan tersebut bertema Tolerance, Peace, and Love untuk Indonesia Penuh Karya. Penulisan dikhususkan pada pembuatan Cerita Pendek (cerpen) berdasarkan ketiga tema itu.
Sebagai informasi, kegiatan itu merupakan program dari Pengurus Wilayah (PW) IPNU DKI Jakarta. Targetnya, selama sebulan 50 sekolah di Ibukota terjamah. Masing-masing sekolah, peserta dibatasi. Hanya 20 orang.
Masing-masing Pengurus Cabang di 5 wilayah, berbagi tugas. Sementara ini, PC IPNU Jakarta Pusat sudah mendatangi 3 sekolah. Yakni SMKN 31, SMAN 5, dan MAN 3 Jakarta.
"Nanti, kalau 50 sekolah di DKI Jakarta sudah terjamah, tulisan-tulisan dari 20 peserta di setiap sekolah akan dibukukan. Kita mau launching buku antologi cerpen," demikian kata Muhammad Ammar, Ketua PC IPNU Jakarta Pusat saat berbicara di hadapan murid MAN 3 Jakarta, kemarin (27/2/2017).
Minggu (26/2/2017) malam, Ammar, yang juga sahabat saya sejak di Buntet Pesantren Cirebon, menghubungi saya untuk memberikan materi penulisan cerpen. Tanpa pikir panjang, saya bersedia.
Sependek pemikiran saya, menulis adalah cara berdakwah kekinian untuk melawan hegemoni kebencian. Tentu yang saya maksud adalah berdakwah agar memperkuat cinta dan kasih sayang sesama anak bangsa.
Selain itu, menulis juga sebagai bentuk pengabdian pada keabadian. Seorang penulis akan hidup sepanjang masa, karena karya yang dihasilkan. Dengan tulisan, seseorang menjadi abadi. Tak pernah mati, hidup selama-lamanya.
Foto bersama Ketua PC IPNU Jakarta Pusat dan peserta 1 Juta Pelajar Menulis, murid-murid MAN 3 Jakarta. Foto: Muhammad Iqbal |
Setibanya di lokasi, saya sempat dibuat terharu saat melihat antusias yang tinggi dari peserta 1 Juta Pelajar Menulis itu. Mereka memperhatikan secara saksama ketika saya memaparkan teknik penulisan cerpen.
Saya katakan, menulis adalah bentuk pengejawantahan kata-kata atas keresahan yang dialami seseorang. Setiap manusia pasti memiliki keresahan. Beruntunglah mereka yang resah dan peka atas itu, kemudian menerjemahkannya melalui tulisan.
Masing-masing peserta diberi tugas untuk membuat cerpen seputar toleransi, kedamaian, dan cinta. Pikir saya, hal itu dilakukan guna memperkuat persaudaraan antar sesama anak bangsa.
Sebagaimana yang diketahui, saat ini kondisi negara sedang dipertontokan oleh keangkuhan, kebencian, dan permusuhan. Maka, kegiatan itu sebagai perlawanan atas keburukan-keburukan yang terjadi.
Menulis adalah kemuliaan. Menulis adalah kebaikan. Menulis adalah tentang pendewasaan berpikir seseorang. Menulis cerita soal toleransi, kedamaian, dan cinta merupakan cara berdakwah yang paling tinggi derajatnya.
Maka itu, menulislah untuk keabadian. Menulislah agar hidup selama-lamanya. Menulislah supaya tidak pernah mati sepanjang zaman. Menulislah dengan cinta. Menulislah sebagai jalan dakwah; demi Indonesia yang damai.
Tabik,
Aru Elgete
Laboratorium Teater Korek Unisma Bekasi, 28 Februari 2017
0 komentar: