Minggu, 03 Desember 2017

Teruntuk Kakak Perempuanku, Selamat Meningkatkan Kadar Kualitas Hidup





Menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Begitu kata Presiden Republik Jancukers Sujiwo Tejo. Bahwa manusia, menurutnya, bisa berencana menikahi siapa saja, tetapi tak bisa merencanakan cinta untuk siapa. 

Cinta adalah sebuah keniscayaan naluriah. Tak bisa dibuat-buat dan direncanakan. Ia menjadi takdir yang tidak bisa diganggu-gugat. Sementara menikah, itu hal lain. Sujiwo Tejo pernah mengungkapkan, ada manusia yang menikah tanpa cinta. Menikah dengan seseorang, tetapi cintanya untuk orang lain. 

Di era kekinian, menikah bisa saja menjadi sebuah peningkatan status sosial. Menikah dengan konglomerat (meski tanpa cinta), akan menjadikan harkat dan martabat menjadi terangkat. Hal tersebut akan terjadi kalau hidup hanya diukur dari materi belaka. Namun, siapa yang dapat mengukur kedalaman cinta seseorang? 

Kalau menikah diibaratkan seperti ranjang, maka cinta menjadi selimutnya. Semegah apa pun ranjang yang ditiduri pengantin baru, akan sangat tak bermakna kalau tanpa selimut yang dapat dijadikan sebagai penghangat dan pelindung. Kalau menikah itu label, maka cinta adalah isi. Kalau menikah itu kulit, cinta menjadi dagingnya. Cinta merupakan substansi, menikah itu (bisa jadi) hanya persoalan gengsi.

Cinta dan kasih sayang menjadi modal utama pasca-menikah. Maksudnya, setelah prosesi serah-terima (ijab-qobul) dilakukan. Sebab, menikah bukan diartikan hanya pada aqdunnikah (akadnikah). Menikah adalah proses peristiwa. Sebuah perjalanan yang mesti dilalui sampai jauh waktu dan ruang. Tanpa cinta dan kasih sayang, perjalanan pernikahan yang memakan waktu panjang akan sia-sia.

Itulah sebabnya dalam Al-Quran, Tuhan sematkan cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) untuk bekal menjadikan pernikahan yang menenteramkan (sakinah). Cinta dan kasih sayang adalah naluriah. Keduanya telah Tuhan sematkan ke dalam diri manusia. Yang perlu diperjuangkan dan disemogakan dalam peristiwa pernikahan adalah ketenteraman. Maka, cinta dan kasih sayang merupakan bekal untuk, selain sakinah, juga bekal untuk menciptakan kebaikan (maslahah).

Pasca prosesi akadnikah, sesungguhnya bukan memulai hidup yang baru. Tetapi meneruskan kehidupan ke jenjang yang lebih meningkat. Sebab, kehidupan baru hanya akan dirasakan saat kematian datang. Dengan begitu, menikah juga berarti sebagai tahap peningkatan kualitas diri. Siapa bisa melalui berbagai keadaan di depannya, sakinah kian tercipta. Cinta dan kasih sayang semakin bertambah.

Menikah, selain merupakan perjanjian suci, juga sebagai pemantapan hati untuk bersedia saling melengkapi, mengisi, menjaga, dan saling mengayomi. Sebagaimana pesan Tuhan dalam Al-Quran, "Mereka (perempuan) adalah pakaian bagi kalian (laki-laki), dan kalian adalah pakaian bagi mereka."

Pesan itu menjadi tanda, bahwa menikah berarti memfungsikan diri sebagai pakaian. Yang masing-masing saling menjaga dan menutupi aib pasangannya. Menjadi pelindung dan penghangat dari segala macam hal yang akan terjadi selama perjalanan kehidupan pernikahan berlangsung.

Selamat menjalankan pernikahan, Wahdaniah Puji Hartami dan Aditya Wahyu Perdana. Harapannya agar kalian senantiasa menjaga sakralitas perjanjian suci yang telah disepakati bersama. Semoga cinta dan kasih sayang yang terdapat dalam diri bisa menjadikan perjalanan kehidupan kalian tenteram dan menyenangkan.

Satu hal yang mesti digarisbawahi adalah bahwa menikah bukan hanya persoalan menyatukan kedua hati, tetapi juga harus mampu mempersatukan jiwa banyak orang. Sebab menikah tidak bicara soal kehidupan berdua, melainkan juga menjadi persoalan banyak orang. Menikah adalah ajang silaturrahmi, menjalin kekerabatan, dan persaudaraan bagi banyak orang.


Sekali lagi, selamat. Nasib (menikah) dan takdir (cinta) kalian mesti seiring sejalan. Perjuangkan selama hayat masih di kandung badan, selama desah nafas terhela, dan selama detak nadi belum terhenti. Bukan hidup baru yang akan kalian jalani, tetapi peningkatan kadar kualitas hidup yang mesti selalu dipertahankan dan harus ditingkatkan.


Wallahu A'lam.


Bekasi, 3 Desember 2017


Aru Elgete
(Anak bontot dari pasangan Saryono-Wiani)
Previous Post
Next Post

0 komentar: