Selasa, 26 Juli 2016

Klarifikasi atas tulisan, "Temu rindu, kembali ke dasar"


Kiri ke kanan: Nurhalim, Yulia Purnama, Mutiara Kusuma Dewi, Rizka Awalnya Rahma, Aru (Elgete) Lego Triono; Photo by Imam Ghozali (Alumni SDN Semper Barat 13 Jakarta Utara 2006).


Menanggapi isu yang beredar di lingkungan SDN Semper Barat 13 Jakarta Utara atas tulisan saya beberapa waktu lalu yang berjudul Temu rindu, kembali ke dasar, tanpa mengurangi rasa takdzhim dan hormat kepada seluruh guru-guru di sana, berikut dicantumkan beberapa poin penting sebagai wujud klarifikasi dan permohonan maaf saya:

1. Tulisan di blog pribadi saya yang berjudul "Temu rindu, kembali ke dasar" adalah sebuah kegelisahan dan kerinduan saya setelah 10 tahun tidak 'kembali ke dasar'.

2. SDN Semper Barat 13 Jakarta Utara adalah tempat pondasi awal penempaan diri, maka tidak mungkin saya berniat untuk mencemarkan nama baik seluruh orang yang ada pertalian atau berhubungan dengan sekolah tersebut.

3. Seluruh tulisan di blog pribadi saya ini adalah campuran dari beberapa fakta yang saya dapat dan opini dari hasil olah pikir sendiri; termasuk tulisan yang berjudul "Temu Rindu, Kembali ke dasar," yang saat ini sedang dipermasalahkan.

4. Foto SDN Semper Barat 13 Jakarta Utara dan Ibu Tita yang saya pajang bersamaan dengan tulisan tersebut merupakan bentuk kebanggaan terhadap almamater dan guru saya sendiri juga teman-teman semasa SD.

5. Pemaknaan terhadap teks, tergantung persepsi masing-masing pemikir. Saya, sebagai penulis tulisan tersebut sama sekali tidak bermaksud untuk menjatuhkan kredibilitas guru-guru di sana. Karena saya berusaha menggeneralisasi konteks pembahasan, tidak hanya terpaku pada SDN Semper Barat 13 Jakarta Utara, tapi keseluruhan; yakni gaya pendidikan di Indonesia.

6. (Terakhir), kalau tulisan saya adalah sebuah kenyataan yang terjadi di lapangan, saya mohon untuk diperbaiki sistem pengajaran dan pembelajarannya, karena ini adalah bentuk kepedulian terhadap almamater pertama saya. Tetapi, kalau ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, dengan segala kerendahan hati dan takdzhim atas guru-guru di sana, saya mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Saya akui, ini adalah wujud kesalahan saya, namun bila tidak diklarifikasi, saya khawatir justru akan terjadi kesalahpahaman yang terus berlanjut.

Terimakasih, semoga permasalahan ini adalah langkah awal untuk menjalin komunikasi dan silaturrahmi batin antar-kita, antara guru dan murid, antar teman se-alumni, dan antar seluruh orang yang bersangkutan dengan sekolah yang sangat saya banggakan itu.

Wallahu Muwafiq ilaa sabilil-haq
Tertanda,

Aru Elgete
Alumni SDN Semper Barat 13 Jakarta Utara


Bekasi, 26 Juli 2016/21 Syawal 1437
Previous Post
Next Post