Kamis, 10 Desember 2020

Gara-gara Humor, Gus Dur Masyhur di Negeri Abu Nawas


Sumber gambar: NU Online


Presiden Republik Indonesia keempat, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur merupakan sosok yang sangat dikenal dengan kelakar-kelakarnya. Dengan humor, ia dapat mengritik berbagai macam kebijakan pemerintah yang tidak berorientasi pada keadilan. 


Bahkan dalam sebuah kutipan yang sangat populer, Gus Dur pernah menyatakan bahwa perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi. Melalui humor pula, Gus Dur dikenal dengan sosok yang cerdik dalam berbagai situasi dan kondisi.  


Gara-gara humor pun, Gus Dur sangat dikenal di Negeri seorang sufi cerdik bernama Abu Nawas. Saat ia berkuliah di Universitas Baghdad, Irak dan menjadi mahasiswa di sana, Gus Dur pernah mengeluarkan anekdot soal anjing dan kepala ikan.


Alkisah, Gus Dur bersama sepuluh temannya yang berasal dari Indonesia, Gus Dur menyewa sebuah rumah besar. Untuk menghemat waktu, mereka juga bergiliran memasak.


Ketika tiba giliran Gus Dur untuk memasak, menu yang disajikan selalu istimewa berupa jerohan yang terdiri dari ati ampela, paru, dan lainnya yang memang biasa dimakan di Indonesia. Namun ternyata makanan itu tidak biasa dikonsumsi oleh orang Irak. 


Teman-temannya menikmati saja apa yang disajikan Gus Dur dan tidak menanyakan bagaimana strategi mendapatkan makanan enak dan murah itu.


Suatu ketika aka nada rombongan tamu dari Indonesia. Untuk menyambutnya, para mahasiswa itu berencana membuat masakan istimewa dengan makanan seperti yang dibuat oleh Gus Dur. Maka pergilah salah seorang mahasiswa ke penjual daging untuk membeli jerohan-jerohan itu.


“Pak minta jerohan 10 biji,” kata salah seorang mahasiswa itu kepada pedagang.


“Oh ya, mana temanmu itu yang biasa minta daging-daging jerohan ini untuk makanan sepuluh ekor anjingnya?” tanya pedagang tersebut, menanyakan Gus Dur. 


“Hah?” mahasiswa itu kaget bukan kepalang bak disambar petir karena tak mengira bahwa Gus Dur akan memperlakukan teman-temannya sama dengan anjing untuk mendapatkan makanan itu secara cuma-cuma alias gratis.


Ia pun langsung buru-buru pulang dengan hati penuh amarah karena tak terima diperlakukan sama dengan anjing. Ia langsung dan tak segan-segan memarahi Gus Dur.


Dikutip dari Jurnal Kebudayaan dan Demokrasi Pesantren Ciganjur (2010), kelakar Gus Dur tersebut sangat memiliki kesan mendalam bagi Duta Besar Irak untuk Indonesia kala itu, Ismail Shaafiq Muhsin.


Bahkan humor Kepala Ikan dan Sepuluh Anjing itu, menjadikan Gus Dur sangat terkenal di Irak. Menurut Ismail, kini cerita tersebut menjadi kisah yang banyak diceritakan dan menjadi anekdot di mana-mana di Kota Baghdad. 


“Di Baghdad, memelihara satu ekor anjing saja adalah sebuah kerepotan tersendiri. Lalu bagaimana ada seorang mahasiswa asing (Gus Dur, maksudnya) bisa memelihara sepuluh ekor anjing? Karena itulah seorang pemilik warung bersimpati kepada Gus Dur yang ingin membeli ikan sehingga dengan senang hati dia memberikan kepala ikan secara gratis kepada Gus Dur secara berkala,” katanya.


Previous Post
Next Post

0 komentar: