Senin, 18 Maret 2019

Kiai Ma'ruf Unggul dalam Debat? Gak Usah Lebay!


Adegan Sandiaga Uno mencium tangan Kiai Ma'ruf Amin
Debat ketiga yang melibatkan calon wakil presiden dari masing-masing paslon, sudah selesai dilaksanakan dan cukup memuaskan. Saya mendapati berita, bahwa beberapa pakar politik menyebutkan Kiai Ma'ruf menang unggul dalam debat kali ini.

Benarkah?

Banyak lembaga survei pun yang mengklaim elektabilitas Jokowi-Ma’ruf setelah debat cawapres ini masih tetap unggul di atas pasangan Prabowo-Sandi. 

Halah berlebihan!

Jika Kiai Ma'ruf terlihat lebih unggul, tak usah dibangga-banggakan. Lebay. Biasa saja lah. 

Saya suka adegan Pak Sandiaga Uno mencium tangan Kiai Ma'ruf. 

Pak Sandi menunjukkan akhlak mulia sebagaimana santri milenial yang takzim (hormat) terhadap orang yang lebih tua dan juga lebih berilmu. Memantapkan masyarakat bahwa Pak Sandi benar-benar pilihan hasil ijtima ulama yang selalu menghormati ulama.

Ditambah lagi menutup sesi debat kali ini dengan kalimat mulia, “Hasbunallah wa ni’mal wakiil, ni’mal maula wa ni’mannasir”. Kalimat itu diucapkan dengan fasih tidak terbata-bata.

Hal tersebut menepis semua isu yang  sempat menggegerkan dirinya soal wudlu di satu gayung, atau pun pencitraan salat yang dikrumuni banyak orang untuk berfoto. Jelas, isu semua terbantahkan hanya kalimat penutupnya.

Setelah Pak Sandi menyampaikan pernyataan penutup, giliran Kiai Ma’ruf berdiri dan memulai dengan salam. Kiai Ma'ruf terlihat lancar menyampaikan pernyataan penutupnya, pasti sudah disiapkan dengan matang. 

Ciri khas sebagai seorang ulama pun masih kental dengan membawa beberapa dalil untuk menguatkan argumen. 

"Al-Ishlah ila ma huwal ashlah, tsummal ashlah fal ashlah (Melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik, yang lebih baik. Secara terus menerus dan berkelanjutan),” kata Kiai Ma’ruf.

Menurut Kiai Ma’ruf, kebijakan pemerintah Jokowi-JK sudah baik. Sementara Kiai Ma’ruf hadir untuk mendampingi Jokowi lima tahun ke depan sebagai perbaikan yang masih kurang maksimal terhadap apa yang sudah dilakukan Jokowi-JK. 

Kiai Ma’ruf akan bekerja sungguh-sungguh semaksimal mungkin, karena hasilnya bukan untuk dirinya maupun Jokowi. Hasilnya untuk generasi yang akan datang, nanti.

Sedangkan untuk menangkal hoaks, Kiai Ma’ruf berpesan dengan mengutip potongan firman Allah dalam surah Al-Hujuraat ayat 6 yang berbunyi:

 إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا

"Jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah."

Hoaks menjadi titik fokus yang saat ini harus diperhatikan khusus. Karena hoaks, Indonesia bisa terpecah belah. 

Ia juga meminta doa restu, “Oleh karena itu kami mohon doa restu kepada seluruh rakyat indonesia, agar cita cita dan niat kami itu atas izin allah dapat terwujud”.

Secara sepontan, hampir seluruh hadirin dalam studio debat itu mengucapkan aamiin secara bersamaan. Doa tetap menjadi pendorong agar semua yang diharapkan diridhoi Allah, dan doa itu sudah diaminkan bersama.

Setelah selesai menyampaikan pernyataan penutup, Pak Sandi mencium tangan Kiai Ma’ruf dan penonton yang hadir langsung melantunkan salawat bersama. Persis seperti melihat santri yang baru saja ngaji kepada kiai.

Pak Sandi santri milenial, dan santri tetaplah santri, tidak boleh melangkahi kiai. Setua apapun Kiai Ma’ruf, moderator tetap memanggilnya putra bangsa. 

(Hafas Alawy, dalam status facebooknya pada Senin, 18 Maret 2019)
Previous Post
Next Post