Minggu, 05 Januari 2020

Menutup Aib


Sumber gambar: semaranginside.com


Saat ini sudah tidak ada orang suci seperti para nabi yang ma'shum. Kini, yang ada hanyalah orang-orang yang aib atau keburukannya masih ditutup oleh Allah. Dalam sebuah hadis riwayat at-Tirmidzi disebutkan bahwa Allah SWT akan menutup aib orang yang senantiasa menjaga aib orang selama di dunia. 

ومن ستر على مسلم في الدنيا ستر الله عليه في الدنيا والاخرة

"Barang siapa yang menutupi (aib) seorang muslim selama di dunia, Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” HR Abu Daud, at-Tirmidzi, dan imam lainnya".

Nun jauh di sana, ada sekelompok pemuda yang sedang menghadiri pesta pernikahan teman sejawatnya semasa duduk di masa putih-biru. Salah satu diantara mereka --sebut saja Asep-- melihat seorang guru yang dulu pernah menjadi walikelasnya. Seketika itu, dengan cekatan karena dibalut rasa rindu yang menebal, Asep langsung menghampiri dan kemudian mengecup punggung tangan sang guru dengan penuh takzim (penghormatan) dan takrim (pemuliaan).

Usai mencium tangan gurunya itu, Asep membuka percakapan seraya duduk di kursi kosong sebelahnya. "Masih ingat saya kan, pak guru?"

"Wah maaf, saya lupa."

"Masa sih bapak nggak ingat saya?" tanya Asep penuh heran.

Dia melanjutkan, memberi gambaran siapa dan bagaimana dirinya saat di sekolah dulu.

"Saya Asep, Pak. Murid yang dulu nyolong jam tangan punya teman di kelas."

"Ketika anak yang kehilangan jam itu menangis, bapak menyuruh kita untuk berdiri semua, karena akan dilakukan penggeledahan saku murid semuanya," lanjut Asep bercerita.

"Saat itu saya berpikir, saya akan dipermalukan di hadapan teman-teman dan para guru. Bahkan bakal jadi bahan ejekan dan hinaan. Mereka pasti akan melabeli saya sebagai pencuri. Harga diri saya pasti akan hancur selama hidup saya."

Sementara Asep bercerita, sang guru tetap dengan saksama menyimak sedari awal tadi, sembari berkali-kali menghisap rokok kretek kesukaannya. 

Asep melanjutkan uraiannya, "Bapak menyuruh kami berdiri menghadap tembok dan menutup mata kami semua. Kemudian bapak menggeledah kantong kami. Ketika tiba giliran saya, bapak ambil jam tangan itu dari kantong saya, dan bapak lanjutkan penggeledahan sampai murid terakhir."

"Setelah selesai, bapak menyuruh kami membuka penutup mata, dan kembali ke tempat duduk masing-masing. Saat itu, saya takut bapak akan mempermalukan saya di depan teman-teman saya. Tapi rupanya bapak tunjukkan jam tangan itu dan langsung bapak berikan kepada pemiliknya tanpa menyebutkan siapa yang mencuri."

"Selama saya belajar di sekolah itu, bapak tidak pernah bicara sepatah kata pun tentang kasus jam tangan itu. Bahkan, tidak ada satu orang pun guru atau murid yang bicara tentang pencurian jam tangan itu."

Setelah menjelaskan panjang-lebar, Asep mengajukan pertanyaan sekaligus pernyataan atas kekagumannya kepada sang guru untuk meyakinkan ingatan, bahwa dia-lah murid yang dulu pernah ditolong oleh sang guru. 

"Bapak masih ingat saya, kan? Saya adalah murid bapak. Kisah tadi itu adalah cerita pedih yang akan selalu saya ingat sepanjang hidup. Saya sangat mengagumi bapak. Sejak peristiwa itu saya berubah menjadi orang yang baik dan benar hingga sekarang saya jadi orang sukses. Saya juga mencontoh semua akhlak, sikap, dan perilaku bapak."

Pak guru yang dikagumi Asep itu pun akhirnya buka suara.

"Sungguh aku tidak mengingatmu, karena pada saat menggeledah itu aku sengaja menutup mata agar tidak mengenalimu. Aku tidak mau merasa kecewa atas perbuatan salah satu muridku. Aku sangat mencintai semua murid-muridku."
Previous Post
Next Post

0 komentar: