Selasa, 13 April 2021

Menyambut Ramadhan (4)


Ziarah di makam sesepuh Buntet Pesantren Cirebon


Siapa yang tak bahagia kedatangan Ramadhan?

Semua orang menyambutnya dengan sukacita. Mengunjungi makam-makam leluhur sebelumnya, sebagai bagian dari pelestarian tradisi Islam Nusantara

Orang-orang mulai mengatur jadwal. Menghubungi kerabat dan handai taulan yang dikenal. Mendiskusikan pertemuan untuk sekadar reuni, seperti bukber dan sahur bersama di sana-sini. Padat sekali.

Selain itu, ada pula yang mulai mengatur jadwal ceramah. Panitia Ramadhan di masjid dan mushala, mulai mencari tokoh agama terkemuka. Mengisi mimbar-mimbar keagamaan sebelum tarawih atau usai shalat isya. Semua sibuk menyambut Ramadhan dengan sukacita.

Kini, ada media sosial yang menghantui laksana pisau bermata dua. Menjadi baik jika dimanfaatkan sesuai porsi, tetapi menjadi buruk saat dimanfaatkan demi kepentingan duniawi.

Orang-orang di kota misalnya, tak jarang mengatasnamakan dakwah untuk memperjelas dan mempercantik citra diri. Semula yang bersifat privasi, kini dipublikasi dengan sedemikian rupa. Dibumbui kata-kata manis, mengajak pada kebaikan.

Padahal, barangkali, bisa saja demi sebuah pengabaran diri atau orang kota menyebutnya: pen-citra-an.

Ya, Ramadhan memang seperti itu. Selain sebagai ladang untuk memperbanyak amal kebaikan, juga menjadi ajang berpura dan menyombongkan diri. Lebih-lebih di era digital ini.

Ibadah di bulan suci tak lagi suci, jika dibumbui bermacam kata-kata bersampul suci. Diunggah ke media sosial
dengan maksud mendapat apresiasi.

Bijak bestari bertutur, ibadah di bulan suci tak sekadar menahan nafsu lapar dan dahaga, tetapi juga seluruh laku dan gerak mesti dijaga.

Sebab, Ramadhan adalah penyatu jiwa kepada Pemiliknya. Lucu, jika Ramadhan sudah tiba, hati justru jauh dari-Nya.

Sombong, angkuh, dan berpura-pura dalam ibadah. Itulah penyebab tercipta jarak antara hamba dengan Tuhannya.

Maka, seluruhnya mesti dibatasi. Bukan hanya soal lapar dan dahaga di siang hari, tetapi juga eksistensi di berbagai kanal media sosial milik pribadi.

*Ditulis pertama kali di Bekasi pada 2019
Previous Post
Next Post

0 komentar: